Antara Taksi Uber dan Sopir Tembak, Ahok Pilih Mana?

Menurut Ahok, Taksi Uber cuma masalah pelanggaran izin saja.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 24 Jun 2015, 08:48 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2015, 08:48 WIB
Polda Metro Jaya Tangkap 5 Armada Taksi Uber
5 Mobil Taksi Uber itu kini terparkir di halaman Dirkrimsus Mapolda Metro Jaya.

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan Taksi Uber dan angkot bak buah simalakama bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tapi mana yang lebih baik antara Taksi Uber dan sopir tembak angkot, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok punya jawabannya.

"Bahaya dua-duanya, tapi kalau sopir tembak angkot lebih bahaya. Taksi Uber cuma masalah pelanggaran izin, itu saja," ucap Ahok usai berbuka bersama di Kantor Walikota Jakarta Pusat, Selasa (23/6/2015).

Tapi, bila ada pilihan lain, mantan politisi Golkar dan Gerindra itu lebih memilih menambah bus untuk bergabung di bawah PT Transjakarta.

"Makanya kita mau nambah bus tadi, tambah bus semua masuk Transjakarta, mereka punya sertifikat kita," lanjut dia.

Ahok pun mengamini dugaan polisi bahwa Taksi Uber terindikasi penipuan. Yang pasti, keberadaan Taksi Uber sangat merugikan sopir taksi resmi.
 
"Ya pasti dong ada unsur melanggar pajak terima uang orang, tipu negara. Saya enggak tahu, kerugian sopir taksi yang jelas," pungkas Ahok.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Taksi Uber. Antara lain tidak adanya badan hukum yang membawahi usaha Taksi Uber.

"Sebagaimana diatur oleh UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan dan PP Nomor 74 tahun 2014 tentang Penyelenggara Angkutan Umum dengan tegas sudah mengatur bahwa operator angkutan umum baik barang maupun orang harus berbadan hukum baik PT maupun koperasi," kata Shafruhan dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Minggu 21 Juni 2015. (Ans/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya