Liputan6.com, Yogyakarta - Gempa 5,7 Skala Richter di Tenggara Ciamis, Jawa Barat yang terjadi pada Sabtu (25/7/2015) dini hari tadi terasa hingga wilayah Jawa Timur. Luasnya getaran ini dinilai karena pusat gempa cukup dalam di Samudera Hindia, yakni 10 kilometer namun tidak merusak wilayah terdampak.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono yang akrab disapa Mbah Rono mengibaratkan cakupan luas gempa seperti menyalakan lampu senter. Jika senter disorotkan dekat dengan tembok, maka lingkaran cahayanya kecil namun memiliki cahaya tajam. Ini disebut gempa dangkal.
Sebaliknya, kata Mbah Rono, jika senter disorotkan jauh dari tembok maka lingkarannya juga lebih luas, namun cahaya tidak tajam. Ini disebutnya sebagai gempa dalam.
"Ternyata saya lihat tadi 82 kilometer sebelah selatan Tasikmalaya di wilayah subduksi, pantas lah kalau 82 dirasakan luas dari subduksi," ujar dia di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
"Itu mungkin hasil subduksi antara Eurasia dengan Indo Australia lempeng samudra Indo Australia dan menyusup lempeng yang relatif stabil Eurasia itu gempanya dari itu. Karena dalam cukup dirasakan luas, tetapi seharusnya tidak merusak karena dalam," sambung dia.
Dampak Gunung Api
Dampak Gunung Api
Mbah Rono menjelaskan, terkait pengaruh gempa Ciamis terhadap aktifitas gunung api, tergantung kantong magma gunung tersebut. Jika kantong magma gunung api penuh, maka bisa memengaruhi aktifitas gunung.
Namun, kata Mbah Rono, ada juga gunung api dengan tipe berbeda, seperti Gunung Gamalama. Gunung berketinggian 1.715 di Pulau Ternate, Kepulauan Maluku ini bisa meletus walau pun kantong magma belum penuh.
"Ada juga gunung api yang sifatnya seperti air soda. Walau pun belum penuh, tapi jika diguncang gempa terus bisa meletus. Kan terkena tekanan tinggi terus jadi meletus kayak Gamalama," ujar dia.
Menurut Mbah Rono, jika gempa berpengaruh terhadap aktifitas gunung api, maka akan terlihat dalam beberapa hari setelah gempa. Kondisi ini berlaku berbeda di tiap gunung api.
"Berpengaruh paling delay 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari. Tergantung gunungnya," pungkas Mbah Rono.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah melaporkan terjadi gempa bumi 5,7 SR di tenggara Ciamis, pada Sabtu pukul 04.44 WIB. Dengan pusat gempa di Samudera Hindia di kedalaman 10 km pada 4 lokasi terpisah.
Di antaranya berada di 111 km Tenggara Ciamis Jawa Barat, 115 km Tenggara Cilacap Jawa Tengah, 117 km Barat Daya Kebumen Jawa Tengah dan 147 km Barat Daya Yogyakarta.
Bahkan, Posko BNPB sudah mengonfirmasi dampak gempa Ciamis ke beberapa BPBD. Dilaporkan getaran lindu ini terasa hingga ke 15 daerah. Di antaranya Tasikmalaya, Kota Ciamis, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Purbalingga, Kota Yogyakarta, Gunungkidul, Bantul, Prambanan Klaten, Solo, Magelang, Wonogiri, Pacitan, dan Ponorogo.
Advertisement
Tsunami Pantai Jawa Barat
Tsunami Pantai Jawa Barat
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter juga pernah mengguncang di lepas pantai Jawa Barat pada 17 Juli 2006 pukul 08.19 WIB. Gempa ini menyebabkan tsunami setinggi 2 meter yang menghancurkan rumah di pesisir selatan Jawa, dan membunuh setidaknya 659 jiwa.
Tsunami itu menghantam desa-desa di pesisir selatan Jawa di Cipatujah, Tasikmalaya, Pangandaran, dan Ciamis. Sejumlah pantai yang menjadi lokasi wisata seperti Pangandaran mengalami rusak parah.
Menurut US Geological Survey gempa Bumi ini berpusat pada 9,295°LS 107,347°BT, 48,6 km di bawah dasar laut. Berada 225 km atau 140 mil timur laut Pulau Natal dan 240 km atau 150 mil tenggara Tasikmalaya, dan 358 km atau 222 mil selatan Jakarta. (Rmn/Mut)