Rumah Ibadah di Kompleks Parlemen, Ini Tanggapan Walubi

Untuk pembangunan rumah ibadah bagi umat Buddha sepertinya perlu pembicaraan lebih dalam

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 22 Nov 2015, 03:07 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2015, 03:07 WIB
[Bintang] Bukti Toleransi Antar Umat Beragama yang Akan Sejukkan Puasamu
Bukti Toleransi Antar Umat Beragama yang Akan Sejukkan Puasamu | via: pusakaindonesia.org

Liputan6.com, Jakarta - Ketua bidang Kerukunan Umat Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Suhadi Sendjaja menyambut baik usulan politikus  PDIP Maruarar Sirait yang mengusulkan pembangunan rumah ibadah sejumlah agama di Gedung Parlemen.

Tapi, khusus untuk Buddha, Suhadi menyatakan, ada beberapa perbedaan yang harus diperhatikan.

"Kalau ada yah boleh juga. Namun ada perbedaan antara tempat ibadah dan rumah ibadah. Tempat ibadah kan boleh di mana saja, di ruangan kantor atau ruangan lain kan boleh saja," Kata Suhadi kepada Liputan6.com, Sabtu (21/11/2015).


Suhadi mengatakan, untuk pembangunan rumah ibadah bagi umat Buddha sepertinya perlu pembicaraan lebih dalam. Mengingat banyak sekte atau aliran dalam Buddha yang memiliki standar berbeda pula dalam membangun rumah ibadah.

"Agama Buddha banyak sektenya, rumah ibadahnya beda-beda, repot juga. Beda-beda menurut standar masing-masing sekte," jelas dia.

Suhadi mengerti mengapa di setiap gedung hanya ada masjid atau musala sebagai rumah ibadah untuk umat muslim. Mengingat waktu beribadah setiap hari 5 waktu.

"Yang sembahyang 5 waktu kan cuma Islam. Jadi wajar," tutup Suhadi. (Ron/Vra)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya