Kurs Dolar AS Hari Ini, Rupiah Makin Melorot

Nilai tukar rupiah melemah pada pembukaan perdagangan hari Senin sebesar 251 poin atau 1,51 persen menjadi 16.904 per dolar AS dari sebelumnya 16.653 per dolar AS. Pada hari ini, operasi moneter rupiah dan valas masih libur.

oleh Septian Deny Diperbarui 07 Apr 2025, 10:43 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2025, 10:30 WIB
Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah melemah pada pembukaan perdagangan hari Senin sebesar 251 poin atau 1,51 persen menjadi 16.904 per dolar AS dari sebelumnya 16.653 per dolar AS. Pada hari ini, operasi moneter rupiah dan valas masih libur. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada pembukaan perdagangan hari Senin sebesar 251 poin atau 1,51 persen menjadi 16.904 per dolar AS dari sebelumnya 16.653 per dolar AS. Pada hari ini, operasi moneter rupiah dan valas masih libur.

Pengamat pasar uang, yang juga Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra menganggap pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi respons negatif negara-negara atas kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

"Sentimen negatif dari pengumuman kebijakan tarif Trump (Presiden AS Donald Trump) yang direspons negatif oleh negara-negara yang dinaikkan tarifnya menjadi pemicu utama pelemahan rupiah," ucapnya dikutip dari Antara, Senin (7/4/205).

Menurut dia, pasar khawatir bahwa ekonomi global takkan baik-baik saja karena mengalami penurunan akibat perang dagang yang didorong kebijakan tarif resiprokal AS.

Hal ini memicu pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman.

Pelemahan kurs rupiah juga dipengaruhi data tenaga kerja nonfarm payrolls AS yang lebih bagus dari proyeksi.

Sentimen negatif untuk pergerakan aset berisiko datang pula dari perang yang masih berlangsung di sejumlah wilayah dengan tensi yang meningkat.

"Perang di Timur Tengah dimana Israel meningkatkan serangan di jalur Gaza dan AS menyerang Yaman, serta perang di Ukraina dimana Rusia dan Ukraina saling meningkatkan serangan belakangan ini," kata dia.

"Kita masih nunggu respons pasar terhadap hasil negosiasi, bisa saja Trump melunak, dan positif lagi untuk harga aset berisiko," ungkap Ariston.

Waspada Pelemahan Rupiah Dampak Tarif Impor Donald Trump

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan kebijakan kenaikan tarif yang diumumkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Menurutnya, kondisi ini akan mendorong investor mencari aset yang lebih aman dan keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Rupiah? IHSG? Pelemahan kurs rupiah diperkirakan berlanjut, investor cari aset yang aman, keluar dari negara berkembang," kata Bhima kepada Liputan6.com, Minggu (6/4/2025).

Bhima menjelaskan, pelemahan kurs rupiah dapat membawa dampak luas terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu konsekuensi utamanya adalah imported inflation atau inflasi yang berasal dari kenaikan harga barang impor.

 

Barang Impor Makin Mahal

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dengan rupiah yang semakin melemah, harga barang-barang impor seperti pangan, perlengkapan rumah tangga, dan barang elektronik akan mengalami kenaikan, yang pada akhirnya dapat menekan daya beli masyarakat.

"Tekanan rupiah wajib diwaspadai efeknya ke imported inflation (harga barang impor jadi lebih mahal), menekan daya beli lebih lanjut terutama pangan, dan kebutuhan sekunder (perlengkapan rumah tangga, elektronik dsb)," katanya.

Selain itu, setelah libur Lebaran, pasar saham juga harus bersiap menghadapi potensi capital outflow atau arus modal keluar yang semakin besar.

Jika tekanan terhadap pasar keuangan semakin tinggi, bukan tidak mungkin trading halt (penghentian sementara perdagangan saham) dapat terjadi kembali untuk menstabilkan kondisi pasar.

"Pasca libur lebaran, pasar saham bersiap hadapi capital outflow. Trading halt bukan tidak mungkin terjadi lagi," ujarnya.

 

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya