BIN: Ada Indikasi Penyimpangan Gafatar

Namun dia belum menyebutkan organisasi tersebut berbahaya.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 13 Jan 2016, 10:42 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2016, 10:42 WIB
20151206-Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso-Jakarta
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso meluncurkan buku berjudul Sang Pemimpin di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Minggu (6/12/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Intelijen Negara (BIN) tengah mendalami kemungkinan menjadikan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sebagai salah satu organisasi terlarang dan patut diwaspadai. ‎Gafatar tengah menjadi sorotan masyarakat terkait hilangnya dokter Rica Tri Handayani dan sejumlah orang di beberapa daerah.
‎
"Kalau i‎tu masih kita dalami. Nanti kalau dapat karena kalau BIN yang ngomong harus A1 (terpercaya) soalnya," ujar Kepala BIN Letjen (Purn) Sutiyoso di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (13/1/2016).

Berdasarkan laporan yang diterimanya, ada indikasi penyimpangan ajaran yang disampaikan Gafatar. Namun ia belum berani menyebutkan organisasi tersebut sebagai organisasi berbahaya.

"M‎asih didalami. Aku belum ngerti, kan? Memang indikasi-indikasinya seperti itu. Nanti kita akan umumkan. Sekarang belum bisa komentar terlalu banyak," kata Sutiyoso.

Beberapa orang menghilang di sejumlah daerah. Hilangnya mereka diduga karena bergabung dengan organisasi Gafatar. Mantan Ketua DPD Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) DIY, Yudhistira, mengungkapkan dokter Rica Tri Handayani yang sudah ditemukan di Kalimantan Tengah pernah datang saat peluncuran perdana organisasi berlambang matahari itu pada 2012 di Yogyakarta. Ibu satu anak itu adalah anggota Gafatar.

Sedangkan Diah Ayu Yulianingsih yang saat ini masih hilang dulunya adalah penari aktif di Gafatar. Seorang pelajar di Yogyakarta bernama Muhammad Kevin Aprilio juga dilaporkan hilang dan bergabung dengan Gafatar.**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya