Liputan6.com, Jakarta Semua rakyat Indonesia pasti tahu kasus kopi sianida yang menyeret Jessica Kumala Wongso ke pengadilan. Kisah tewasnya Wayan Mirna Salihin karena diracun ini memiliki banyak episode. Bahkan, hingga kini persidangan tak kunjung usai.
Kemudian di Probolinggo ada pula kasus yang menyita akal sehat. Warga Jawa Timur gempar dengan kesaktian pembunuh dua santri di Padepokan Dimas Kanjeng, Taat Pribadi. Taat Pribadi disebut punya kemampuan menggandakan uang.
Namun siapa sangka, percampuran dua kasus yang dipisahkan jarak 800 kilometer itu ada di Kota Depok, Jawa Barat.
Â
Advertisement
Â
Pemilik Padepokan Satrio Aji Danurwenda, Anton Herdiyanto alias Aji, tega membunuh dua pengikutnya dengan racun sianida yang dicampur dalam kopi pada Rabu, 28 September 2016.
Shendi Eko Budianto dan Ahmad Sanusi disuguhi kopi yang sudah dicampur potasium sianida, sisa racun yang biasa untuk membunuh ikan.
"Pelaku sudah campur kopi korban dengan racun potasium sianida," kata Kapolresta Depok Kombes Pol Harry Kurniawan kepada Liputan6.com di Depok, Selasa, 4 Oktober 2016.
Baca Juga
Berdasarkan hasil autopsi terhadap jasad keduanya, dokter forensik menemukan adanya kerusakan di bagian organ Shendi dan Ahmad.
"Hasil autopsi ditemukan rusak di bagian pankreas," kata Harry.
Meski demikian, pihaknya masih menunggu keseluruhan hasil autopsi dari kedokteran forensik. Polisi menemukan jejak racun tersebut di beberapa barang bukti, di antaranya muntahan Shendi dan Ahmad.
"Pastikan sudah diracun, racunnya ada. Muntahnya juga ada racun," kata Kasatreskrim Polresta Depok Kompol Teguh Nugroho.
Racun juga ditemukan di kopi yang diminum dua pria tersebut. Menurut Teguh, efek saat Shendi dan Ahmad meminum kopi yang dicampur racun potasium sianida seketika.
"Efek racun langsung bereaksi seketika. Habis minum langsung terkapar," kata Teguh.
Gandakan Emas Jadi Modus
Pembunuh Shendi dan Ahmad di Kecamatan, Limo, Kota Depok, menggunakan cara khusus untuk memperdaya keduanya. Anton mengaku kepada keduanya mampu menarik emas. Syaratnya, keduanya harus memberikan mahar.
Kemudian, Anton mengajak Shendi dan Ahmad ke wilayah Tangerang, Banten, untuk menarik emas.
Namun, alih-alih membawa Shendi dan Ahmad ke Tangerang, pria 34 tahun itu malah mengajak keduanya ke Kampung Serap, Kecamatan Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.
Belakangan diketahui, di kampung ini terdapat sebuah tempat berkumpul anggota Padepokan Satrio Aji. Padepokan ini dibuat Anton sebelumnya.
Di padepokan, Anton menghidangkan kopi untuk Shendi dan Ahmad. Rupanya, kopi itu telah dicampur racun potasium sianida.
Â
Â
"Anton sudah beli kopi tiga untuk disajikan ke dia (korban). Tapi kopi itu dikasih potasium sianida. Pelaku bilang ini jamu, ini sakti," kata Kapolresta Depok Kombes Pol Harry Kurniawan.
Usai minum kopi, Shendi dan Ahmad yang salah satunya merupakan sopir taksi online langsung tewas.
Anton kemudian memasukkan kedua jenazah ke dalam mobil Avanza berwarna putih, milik Ahmad. Jasad keduanya kemudian dibuang di lokasi berbeda di Kecamatan Limo, Kota Depok.
"Peran saudara Anton setelah meracuni korban, membawa lari korban dan membuang korban. Pelaku kemudian membawa Avanza tersebut ke daerah Lampung," kata Harry.
Sementara, Kasatreskrim Polresta Depok Komisaris Teguh Nugroho menjelaskan, Shendi dan Ahmad merupakan pengikut padepokan Satrio Aji Danurwenda. Anton meminta mahar mobil agar emas dapat ditarik dengan kekuatannya.
"Pelaku bilang ke korban kalau dirinya bisa menggandakan emas," ujar Teguh.
Masih kata Teguh, Anton adalah pelaku utama. Dialah yang meracik dan meracun Shendi dan Ahmad.
Advertisement
Tokoh Imajiner
Saat pertama kali diperiksa, Anton sempat mengarang cerita kepada polisi. Dia mengklaim bersama Shendi dan Ahmad bertemu di warung kopi kawasan Kampung Serap, Kecamatan Sukmajaya, Depok.
Di situlah Anton bersama kawannya yang berinisial D dan Shendi dan Ahmad menikmati segelas kopi hangat.
"Saya disuruh antar kopi ke kedua korban oleh kawan saya berinsial D. Pas kedua korban meminumnya, tiba-tiba mereka jatuh dan sudah tidak bernapas," ungkap Anton, Depok, Senin 3 Oktober 2016.
"Saya enggak tahu kalau minum kopi udah dicampur racun. Bukan saya yang campur. Paling yang campur temen saya yang berinisial D itu, soalnya dia ngajakin buat abisin dia," ujar Anton.
Â
Panik melihat Shendi dan Ahmad sudah tak bernyawa, D kemudian menyuruh Anton memasukkan kedua jenazah ke dalam mobil Avanza putih, yang dikemudikan D.
"Saya enggak tahu kenapa dia buang ke sana. Karena memang kan dia yang nyetir, saya cuma ikut buang aja," ujar Anton.
Anton mengaku, dia dan D berpisah di Kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Anton disuruh mengantarkan mobil tersebut ke daerah Palembang, Sumatera Selatan.
"Saya disuruh bawa mobil ke sana. Katanya di sana udah ada orang yang tunggu saya. Saya sendiri enggak kenal. Mungkin pria yang berinisial D itu yang tahu," ungkap dia.
Menurut Anton, dia hanya mengenal satu korban, yakni Shendi. Dia adalah anggota Padepokan Satrio Aji Danurwenda, padepokan yang dipimpinnya.
"Saya cuma kenal sama si Shendi. Kalau sama satu lagi saya enggak kenal," ujar Anton.
Belakangan polisi mengetahui D yang sempat dilontarkan Anton, ternyata hanya tokoh imajiner, sebagai alibi.
"Kalau dia sebut ada lagi D, enggak benar itu. Kami sudah dalami itu, ternyata dia sengaja menciptakan tokoh lain, seolah-olah dia bukan tokoh utama melainkan hanya penadah saja," ungkap Kasatreskrim Polresta Depok Komisaris Teguh Nugroho.
Kendati, polisi sudah mengendus pelaku lain berinisial RY. Teguh mengatakan masih mendalami keterlibatan pia 49 tahun itu. Diduga R ikut ketika bertemu di Lampung.
"Masih kami lidik atas nama inisial RY. Sejauh mana pelaku satu lagi terlibat dalam kasus ini, karena barang buktinya ada di Lampung. Kami sudah kerja sama Polda Lampung," Teguh menjelaskan.
Polisi mendapati barang-barang klenik di kontrakan Anton di Jalan M Yusuf 1, Gang H Naim RT 002 RW 021, Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok.
"Di situ kami temukan barang-barang berbau klenik seperti keris, tulisan berbahasa Arab, bahasa sematmesem, dan lain-lain," ujar Kapolresta Depok Kombes Pol Harry Kurniawan, Senin, 3 Oktober 2016.
Kontrakan itulah, kata Harry, yang dijadikan sebagai padepokan dan dipimpin Anton.
Â
"Perekrutannya melalui media sosial. Kami dalami apakah ada korban-korban lain dalam hal kasus penipuan. Apakah ini ada unsur aliran sesat, juga masih kami dalami," ujar Harry.
Namun pelaku mengaku, padepokannya hanya ada dalam dunia maya, yakni di grup Facebook.
"Jumlah anggotanya sekitar 60 orang. Kami enggak punya padepokan resmi. Jadi enggak tentu mau kumpul di mana (sama anggota), tergantung kesepakatan saja," ucap Anton.
Grup padepokan tersebut, lanjut dia, digunakan sebagai tempat berbagi sesama anggota grup Facebook. Selain itu dimanfaatkan juga untuk menjual barang-barang mistik seperti keris, kuningan atau emas palsu, wafaq, rajaan, bulu harimau, dan semarmesem.
"Belinya bisa online atau secara langsung. Semua harganya mayoritas dijual di bawah Rp 100 ribu. Kecuali keris yang gede," ujar Anton.
Anton berkilah, selama menjual barang mistik tersebut, tak pernah menjanjikan apapun. Menurut dia, hal itu tergantung kepercayaan pembelinya masing-masing.
"Saya enggak pernah bilang sama mereka kalau ini ada kekuatannya," ucap Anton.
Jessica Wongso Jadi Inspirasi
Â
Â
Kasatreskrim Polresta Depok Komisaris Teguh Nugroho mengatakan, kasus pembunuhan ini terinspirasi dari Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan kopi maut Jessica Wongso yang saat ini ramai diberitakan media.
"Pelaku memang mencari sianida, cari sianida enggak ketemu. Karena enggak ketemu, akhirnya pelaku melihat ada sisa racun ikan di kontrakan dia. Itulah yang digunakan oleh pelaku," ungkap Teguh.
Sementara, Anton mengakui sering melihat pemberitaan kasus Jessica Wongso. Hal itulah yang membuatnya berpikir untuk meniru gaya pembunuhan yang dilakukan Jessica Kumala Wongso.
"Iya, sering nonton berita Jessica. Tapi... yaa," ungkap Anton sambil cengengesan.
Advertisement