Liputan6.com, Jakarta - Jumat malam ini, pasangan cagub dan cawagub peserta Pilada DKI 2017 akan mengikuti debat perdana. Tiga pasangan cagub-cawagub, yaity Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan saling adu visi dan misi mereka dalam debat yang akan dipandu moderator Ira Koesno.
Debat malam ini dipastikan bakal panas, karena dalam kampanye sebelumnya, ketiga pasangan calon sudah terlibat dalam panasnya persaingan. Saling sindir dan mengkritisi program sudah santapan warga Ibu Kota dalam setiap kali kampanye para calon.
Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena wajib hukumnya bagi setiap pasangan untuk tampil garang dan dominan dalam debat jelang pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden sekalipun.
Advertisement
Mungkin banyak yang sudah lupa, saat Pilkada DKI 2012, dua pasangan yang maju pada putaran kedua, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara), juga terlibat saling adu lisan yang panas dalam dua kali debat yang digelar KPU DKI Jakarta.
Dalam debat pertama Pilkada DKI 2012 putaran kedua yang digelar di Hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat 14 September 2012, acara dimulai dengan pemaparan visi dari masing-masing pasangan calon.
Masalah pendidikan, penataan ekonomi kerakyatan, kesehatan, transportasi, sosial budaya, dan keamanan menjadi topik dalam debat ini. Empat orang akademisi, Yayat Supriyatna, Ninasapti Triaswati, Siti Nurbaya Bakar, dan Imam B Prasojo bertindak selaku panelis.
Jokowi-Ahok memaparkan program-programnya didukung dengan alat peraga berupa gambar maket kampung susun untuk penghuni permukiman kumuh di sepanjang bantaran Kali Ciliwung dan konsep monorel kapsul yang ditawarkannya sebagai alternatif mengatasi kemacetan di Jakarta.
Sementara Foke-Nara berusaha memaparkan mengenai keberhasilannya memimpin Jakarta selama 5 tahun dengan argumen-argumen yang cenderung bersifat teoritis tanpa menyentuh realita sesungguhnya.
Dalam masalah kemacetan, Fauzi Bowo menyebut jumlah kendaraan yang semakin bertambah dan tidak seimbang dengan pembangunan jalan yang menyebabkan kemacetan di Jakarta semakin parah.
Ketika salah seorang panelis menyoroti mengenai kebijakannya menghentikan pembangunan monorel, Foke membela diri dengan menyebut bahwa hal itu adalah kegagalan dari investor dan bukan pemerintah.
Â
Serunya Tanya Jawab
Â
Keseruan baru terasa pada sesi tanya jawab di antara pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Foke, misalnya, terlihat selalu ingin menunjukkan superioritas sebagai seorang ahli. Saat Jokowi menyinggung bahwa Pemprov DKI termasuk yang paling korup di Indonesia versi PPATK, Foke bereaksi dengan keras.
"Hasil PPATK itu sudah dijelaskan dan bukan seperti itu penjelasannya. Sebagai kepala daerah, jangan menyebar fitnah dengan mengandalkan informasi yang salah," kata Foke.
"Pak Joko, mohon maaf, Pak Joko mohon maaf. Kalau Pak Joko bukan calon gubernur ini tidak masalah, tapi karena Pak Joko calon gubernur, ini bisa masalah bagi masyarakat banyak," imbuh dia.
Menanggapi Foke, Jokowi hanya menjawab santai sambil tersenyum. "Ya, PPATK memberikan angka seperti itu, ya, berdasarkan fakta yang didapat. Dan saya percaya PPATK sebagai lembaga yang resmi," jawab Jokowi.
Tak hanya Foke, cawagub Nara pun memanfaatkan tekanan soal 'fitnah' itu saat menyerang Ahok ketika membantah pernyataan mengenai pemerataan pendidikan di Jakarta.
"Kalau bicara harus ada datanya, jangan fitnah, Pak Ahooook," ujar Nara dengan nada suara memanjang saat menyebut nama Ahok.
"Ini saya ada datanya," jawab Ahok sambil menahan tawa.
Demikian pula ketika Jokowi mengingatkan Foke mengenai angka kemiskinan di Jakarta yang mencapai 10%, perdebatan panas kembali terjadi.
"Soal angka kemiskinan, pada saat Pak Foke masuk berapa? Dan saat ini berapa? Apakah memang dari dulu sudah 3%? Atau memang sudah seperti itu? Atau bagaimana?" tanya Jokowi.
Pada segmen berikutnya, Jokowi dengan halus menohok kepemimpinan Foke.
"Dari sistem yang telah baik, tetap saja yang paling penting adalah teamwork-nya, di mana gubernur dan wakil gubernur harus rukun, harus berkomunikasi, karena yang kita kerjakan adalah pekerjaan besar," kata Jokowi.
Seperti diketahui, hubungan Gubernur petahana DKI Jakarta Fauzi Bowo atau Foke dan wakilnya Prijanto tidak harmonis. Bahkan, Prijanto sampai minta mundur diri dari jabatannya.
Waktu tiga menit yang disediakan pun kemudian banyak dihabiskan Foke untuk menanggapi tudingan dari Jokowi.
Bahkan, tidak segan-segan Foke menegur moderator acara debat Rahma Sarita yang mengingatkan untuk memberi kesempatan kepada Jokowi untuk menanggapi.
"Saya belum selesai bicara, this is our show," sergah Foke.
Â
Advertisement
Saling Sindir Berlanjut
Â
Perseteruan berlanjut pada debat putaran kedua yang digelar pada Minggu 16 September 2012. Pada sesi tanya jawab, Foke menyindir Jokowi atas visinya menyelesaikan masalah perkotaan di Ibu Kota.
"Permasalahan Jakarta tidak bisa selesai dengan retorika dan pencitraan," ujar Foke.
Jokowi pun menjawab dengan pertanyaan balik, "Yang retorika saya atau Pak Fauzi?"
"Sudah lima tahun (menjabat), ini terbalik, Pak Fauzi yang beretorika. MRT dan monorel belum dimulai, busway seharusnya sudah selesai 15 koridor. Yang retorika saya atau Pak Fauzi?" imbuh Jokowi sambil tersenyum.
Foke pun menjawab dengan panjang lebar. Dia mengatakan bahwa angkutan umum yang ada di Ibu Kota terus memperlihatkan peningkatan.
"Pekerjaan itu perlu perencanaan maksimum. Jumlah yang diangkut busway pada 2007 baru 66 juta per tahun dan akhir tahun ini akan 129 juta penumpang per tahun. Jumlah koridor tidak menentukan, yang menentukan panjangnya. MRT sudah kita mulai, Anda menilai pakai kaca mata yang keliru," tegas Foke.
Tanya jawab di antara cawagub juga tak kalah seru. Ahok dalam paparannya mengatakan kinerja Pemprov DKI Jakarta selama ini tidak becus mengelola pemerintahan.
"Itu sebabnya kami datang dari Belitung dan Solo," kata Ahok sambil menunjuk calon gubernur yang didampinginya, Wali Kota Solo Joko Widodo.
Panas dengan ucapan Ahok, Nara pun membalas. "Antara pahlawan dan pengkhianat beda-beda tipis," kata Nara. Ucapan itu menyindir kalimat Ahok yang melompat dari jabatan politik demi kepentingan rakyat.
Pada bagian akhir, moderator meminta masing-masing pasangan untuk menyebutkan sisi positif dari pasangan kompetitor. Namun, hal itu pun masih digunakan untuk menyindir.
"Paling tidak, (Jokowi) menjanjikan sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan. Buat saya, itu (pelajaran) positif," ujar Foke.
Balasan Jokowi, ia pun mengaku belajar dari Foke. Sebab lawannya itu sudah puluhan tahun berkarier di birokrasi Jakarta. Mulai sekretaris daerah, wakil gubernur, hingga gubernur. Dan tentu saja memiliki banyak pengalaman dan rencana.
"Meskipun belum ada yang dikerjakan," pungkas Jokowi.