Liputan6.com, Jakarta Pasar saham global mengalami penurunan selama empat hari berturut-turut seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari perang dagang global yang diperburuk oleh kebijakan Presiden Donald Trump. Investor semakin berhati-hati menjelang pengumuman tarif baru, yang diperkirakan akan memperburuk ketidakstabilan ekonomi.
Melansir Yahoo Finance, Senin (31/3/2025), indeks saham di berbagai negara, termasuk Australia dan Hong Kong, mengalami tekanan jual yang signifikan. Nikkei-225 turun ke level terendah dalam lebih dari enam bulan, sementara indeks saham di Taiwan mengalami koreksi dengan penurunan lebih dari 10% dari puncaknya.Â
Baca Juga
Selain itu, kontrak berjangka untuk indeks saham di AS dan Eropa juga mengalami pelemahan. Di sisi lain, emas mencapai rekor tertinggi baru dan imbal hasil obligasi Treasury AS menurun, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven.
Advertisement
Manajer investasi global memilih untuk mengurangi risiko dalam portofolio mereka atau menunda pengambilan posisi besar di tengah ketidakpastian pasar.Â
Data Ekonomi AS Menunjukkan Pelemahan
Data ekonomi AS terbaru menunjukkan pelemahan dalam sentimen konsumen serta meningkatnya tekanan inflasi. Para ekonom di Goldman Sachs Group Inc. bahkan memperkirakan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini untuk mengatasi dampak negatif dari perang tarif terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.
"Semua perubahan kebijakan yang serampangan dan agresif yang telah kita lihat dari pemerintahan Donald Trump berdampak negatif pada ekonomi," kata Katrina Ell, direktur penelitian ekonomi di Moody's Analytics, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (31/3/2025).
Â
Tarif Timbal Balik
Trump menyatakan rencananya untuk menerapkan tarif timbal balik terhadap semua negara, membantah spekulasi bahwa cakupan awal tarif akan dibatasi. Presiden AS bahkan menggambarkan pengumuman tarif pada 2 April sebagai 'Hari Pembebasan,' menandakan peningkatan eskalasi dalam perang dagang.Â
Pekan lalu, Trump menaikkan tarif sebesar 25% untuk semua mobil yang tidak diproduksi di AS, dan menyatakan bahwa tarif timbal balik yang akan datang akan sangat lunak.
Bergantung pada skala kebijakan yang diumumkan, Bloomberg Economics memperkirakan dampaknya dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) AS serta memicu guncangan harga dalam beberapa tahun mendatang akibat kenaikan tarif yang signifikan pada impor dari berbagai negara.
Sebelumnya, optimisme terhadap kebijakan ekonomi Trump telah mendorong indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi pada Februari. Namun, sejak saat itu, indeks mengalami penurunan tajam dan diperkirakan akan mencatatkan kuartal terburuk sejak 2022. Dengan berakhirnya kuartal ini pada hari Senin, volatilitas pasar diperkirakan akan tetap tinggi.
Â
Â
Advertisement
Kabar Bursa Sepekan: Pencatatan 1 Saham, 3 Obligasi dan 2 Sukuk
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan ada sejumlah pencatatan saham, obligasi dan sukuk pada 24-27 Maret 2025.
Mengutip data BEI, Sabtu (29/3/2025), pada Selasa, 25 Maret 2025 perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka oleh PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) dalam rangka pencatatan perdana saham.
YUPI yang tercatat di Papan Utama BEI bergerak dalam bidang industri kembang gula. YUPI menjadi perusahaan ke-11 yang tercatat di BEI pada tahun 2025 dengan total fundraised sebesar Rp 2,04 triliun.
Selama sepekan pada periode 24-27 Maret 2025, terdapat 5 emisi yang tercatat di BEI, terdiri dari tiga obligasi dan 2 sukuk. Pada Rabu, 26 Maret 2025, Obligasi Berkelanjutan II, Obligasi USD Berkelanjutan II, dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II OKI Pulp & Paper Mills Tahap I Tahun 2025 yang diterbitkan oleh PT OKI Pulp & Paper Mills mulai dicatatkan di BEI.
Obligasi dan sukuk dicatatkan dengan nilai pokok masing-masing sebesar Rp 1,96 miliar, USD 2,66 juta, dan Rp 1,5 triliun. Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan PT Kredit Rating Indonesia untuk kedua obligasi adalah idA+ (Single A Plus) dan irAA- (Double A Minus), sementara untuk sukuk adalah idA+(sy) (single A plus syariah) dan irAA- (Double A Minus). PT Bank KB Bukopin Tbk menjadi Wali Amanat dalam penerbitan emisi tersebut.
Pada hari yang sama, Rabu pekan ini, Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap II Tahun 2025 yang diterbitkan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga turut dicatatkan di BEI. Obligasi dicatatkan dengan nilai pokok sebesar Rp 5 triliun. Hasil pemeringkatan dari pefindo atas obligasi ini adalah idAAA (Triple A) dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat.
Â
Â
Â
Pencatatan Sukuk BUMA
Kemudian pada Kamis, 27 Maret 2025, perdagangan BEI dibuka oleh PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) dalam rangka pencatatan Sukuk Ijarah I BUMA Tahun 2025 di BEI.
BUMA menerbitkan Sukuk Ijarah tersebut senilai Rp 2 triliun dengan hasil pemeringkatan dari PEFINDO adalah idA+(sy) (Single A plus syariah) dan A+(idn) (Single A plus) dari PT Fitch Ratings Indonesia. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat dalam penerbitan ini.
Dengan pencatatan tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang 2025 adalah 33 emisi dari 24 emiten senilai Rp 45,56 Triliun.
Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 606 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 495,60 triliun dan USD 108,41 juta, diterbitkan oleh 134 Emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 192 seri dengan nilai nominal Rp 6.190,33 triliun dan USD 502,10 juta. EBA sebanyak 8 emisi senilai Rp 2,41 triliun.
Â
Advertisement
