Liputan6.com, Jakarta Sepanjang sejarah penyelenggaraanIndustrial Engineering Competition (IECA), baru tahun ini melahirkan juara termuda. Mereka adalah Tantyo Edo Wicaksana, Kelvin dan Jessica Meilina mahasiswa Teknik Industri President University angkatan 2015 yang berhasil merebut Juara II.
Ketiganya tergabung dalam tim Nine Values-President University, hanya kalah dari ITB yang berstatus juara bertahan dan mampu mengungguli Universitas Indonesia (UI). Event tahunan yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Atma Jaya kali ini mengusung tema “ Value Your Consumer, Lead The Market” yang diikuti sebanyak 41 tim dari berbagai universitas di Indonesia. Diawali dengan seleksi online 5 - 9 Juni 2017, kemudian semifinal 11 - 12 Juli 2017 dan diakhiri final 13-14 Juli 2017.
“Dari 41 tim diambil 15 tim untuk masuk ke semi final,dan kami termasuk 5 besar yang lolos ke final. Babak final dibuka dengan kunjungan tim finalis ke PT. Astra Honda Motor (AHM) yang berlokasi di Cikarang. Kami melakukan analisa study kasus yang diberikan PT AHM Cikarang tentang analisa stock level yang optimum. Kemudian kami presentasikan di depan dewan juri, dimana2 dari 3 juri berasal dari PT. AHM, sehingga kami sangat tertantang,” ungkap Edo kelahiran Jakarta 20 tahun silam.
Pencapaian sebagai Runner Up sungguh luar biasa, karena sebelumnya Edo hanya sampai babak penyisian di ajang kompetisi yang pernah diikutinya. Bahkan Kelvin dan Jessica baru kali ini ikut kompetisi.
“Prestasi ini berkat dukungan para senior yang memberikan bahan-bahan yang sering keluar pada saat lomba. Juga pihak Prodi yang selalu menyemangati kami dan membantu dalam mempersiapkan materinya,” ujar Kelvin yang menyampaikan terima kasih kepada Kaprodi Teknik Industri, Andira Taslim dan para dosen seperti Anastasia Lidya Maukar dan Sir Johan Runtuk.
Kelvin yang merupakan putra Singkawang, kelahiran tahun 1998 ini mengakui persaingan kompetisi IECA 2017 kali ini sangat ketat, yang juga dirasakan Edo dan Jessica. Menurut mereka, selain pesertanya banyak dari universitas terkemuka, score yang diraih pun beda tipis.
“Apalagi kami berasal dari angkatan 2015 dimana banyak materi yang belum didapat di kuliah. Jadi benar-benar tidak menyangka akan dapat juara 2. Sudah begitu, saat kompetisi kami masih disibukkan dengan tugas kuliah, sementara universitas lain sudah libur,” ungkap Jessica, lulusan SMA Santa Ursula BSD Tangerang.
Daya Tarik President University
Jessica merupakan mahasiswi President University yang aktif berorganisasi. Gadis kelahiran Jakarta 20 tahun silam ini, tercatat aktif di Academic Division of President Universisty Major Assosiation Industrial Engineering 2016, Vice Chair Person of Keluarga Mahasiswa Buddhist Ashokavardhana President University 2016, PR of Keluarga Mahasiswa Buddhist Ashokavardhana President University 2017 dan Head of Violin 2 President University Orchestra 2017.
“Alasan saya memilih jurusan Teknik Industri karena President University berada di lingkungan industri, sehingga memiliki kurikulum yang baik untuk jurusan ini. Terlebih lagi President University memiliki sistem magang yang baik dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar perkuliahan,” ungkap Jessica yang motto hidupnya mengutip kata-kata Richter Abend : “Courage is the magic that turns dreams into reality”.
Beda halnya dengan Edo yang tidak aktif di organisasi, namun sering ikut jadi kepanitiaan di acara kampus. Lulusan SMA Negeri 1 Singaraja Bali ini memilih President University karena menawarkan program beasiswa yang fantastis disertai dengan program-program yang dapat memberikan peluang besar untuk mahasiswa dalam dunia kerja dan juga kesempatan pergi ke luar negeri.
Sementara Kelvin lumayan aktif di kegiatan kampus. Lulusan SMA Santo Ignasius Singkawang ini aktif di organisasi President University Student Council (Senat mahasiswa) 2017 sebagai member Commisions 2 Campus Facilities. Pernah ikut ajang Mr and Ms President University 2016, dan terlibat di Merry Riana Corporate Ambassador 2017.
“Alasan pertama memilih kuliah di President University karena saya memperoleh beasiswa full. Kemudian adanya sistem pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris dan berada di lingkungan yang multinasional,” ujar Kelvin.
Powered By:
Jababeka