6 WNI Terkait ISIS Diserahkan ke Kemensos

Polri Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan keenam WNI tersebut masih berada di Mako Brimob Polri.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2017, 10:35 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2017, 10:35 WIB
Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Enam WNI yang dideportasi pemerintah Turki karena diduga terkait organisasi radikal ISIS akan diserahkan ke Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC) Kementerian Sosial untuk dibina.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, keenam WNI tersebut masih berada di Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

"Untuk keenamnya masih di Kelapa Dua dan besok rencananya akan dibawa ke RPTC Kemensos," kata Martinus seperti dikutip dari Antara, Rabu (27/9/2017).

Berikut enam WNI dimaksud:

1. Iskandar Hidayat Essaray, kelahiran Ambon 7 Mei 1993.

2. Andi Muh Fadly Nasrullah, kelahiran Ujung Pandang 17 November 1997.

3. Taqiyuddin Ahmad Siswanti, kelahiran Lamongan 15 Juli 1998.

4. Sayful Qital, kelahiran Jakarta 28 November 1997.

5. Jaka Ramadhan, kelahiran Pandeglang 26 Februari 1997.

6. Muhammad Dziya Ulhaq, kelahiran Jakarta 28 Juni 1998.

Keenam WNI tersebut diketahui tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Kamis, 21 September 2017 dan langsung dibawa ke Mako Brimob.

Perlu Disadarkan

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif menuturkan, pemerintah harus mempelajari simpatisan ISIS yang kembali ke Indonesia. Ketika ada yang berpotensi merusak, maka hukum harus ditegakkan.

"Tidak ada jalan lain," ujar Syafii di Yogyakarta, Senin, 18 September 2017.

Ia menilai persoalan ini merupakan masalah global dan bukan lagi nasional, sehingga tidak sederhana. WNI yang pernah menjadi simpatisan ISIS perlu disadarkan. Ia menekankan kelompok radikal belum tentu teroris. Akan tetapi, teroris sudah pasti radikal.

Syafii Maarif menjelaskan alasan WNI pergi ke Suriah dan Irak beragam. Salah satunya ingin memperbaiki nasib.

"Sampai di sana mereka kecewa dan memaki-maki ISIS," kata Syafii Maarif.

Menurut dia, gejala ini merupakan rongsokan peradaban Arab yang sedang jatuh. ISIS menjadi manifestasi orang yang sedang kalah karena jatuhnya peradaban. Anak muda kerap hanyut dalam hal semacam itu karena tidak mengerti Islam.

Saksikan video di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya