Liputan6.com, Jakarta Diterima kerja pasti menjadi harapan setiap lulusan perguruan tinggi, apalagi bekerja di perusahaan asing. Diterima menjadi karyawan saat masih berstatus mahasiswa, mungkin hanya sebagian kecil yang mengalaminya. Salah satu yang berhasil adalah Silvia Chayadi, mahasiswi President University Jurusan Manajemen.
Ketika magang di perusahaan Farglory Free Trade Zone Taiwan, dara kelahiran Medan 21 tahun tersebut ditawari bekerja di King Freight International Corp. Murid termuda di program kelas Certified Financial Analyst (CFA) ini pun menceritakan awal mula diterima kerja di perusahaan asing tersebut.
Advertisement
“Pada awalnya, saya magang di perusahaan logistik terbesar di Taiwan, yaitu Farglory Free Trade Zone melalui kerjasama International Office President University. Karena kinerja yang baik, saya mendapatkan promosi. Ada perusahaan bernama King Freight International Corp, sebuah perusahaan yang fokus pada ocean freight forwading, atau pengiriman ekspor impor melalui laut, sedang mencari orang yang sudah pernah ke Taiwan dan tahu kultur Taiwan. Juga bisa berbahasa Mandarin untuk ditempatkan di kantor cabangnya yang di Indonesia,” ujar Silvia, yang sebelumnya magang di Bank UOB sebagai Research Market and Analyst pada Juni 2017.
Advertisement
Kemudian, putri bungsu dari tiga bersaudara tersebut ditunjuk untuk mengikuti interview dan tahap-tahap seleksinya.
“Saya diwawancarai oleh Human Resources dan Vice President perusahaan tersebut di Taipei, head office-nya. Beberapa waktu lalu, saya dapat konfirmasi diterima yang kemudian di-training selama 2 hari untuk mengenal logistik, supply chain, ekspor, impor, mengingat background study saya bukan mengenai hal itu. Dan pihak Taiwan sudah melakukan konfirmasi dengan pihak Indonesia, dimana pada bulan Januari2018 nanti saya pulang ke Indonesia untuk bertemu pihak perusahaan yang di Indonesia untuk bicara salary dan benefit, job desc, dan lain sebagainya,” ucap Silvia, yang saat ini masih berada di Taiwan.
Dalam kesempatan bekerja nanti, Silvia ingin memperoleh ilmu tentang supply chain, bagaimana prosedur ekspor dan impor, bagaimana cara pikir, dan decision making orang China. Ia mengakui bahwa orang China bekerja dan berpikir dengan sangat cepat, jadi ia ingin pelajari itu. Sesuai dengan cita-citanya sebagai CEO bank, Silvia menyadari seorang banker masa depan harus tahu industri karena bank itu memberikan pinjaman ke industri harus bisa melakukan industry analysis.
Kuasai Bahasa Inggris sekaligus Mandarin
Perjalanan Silvia hingga dipercaya kerja di perusahaan asing, adalah berkat keputusannya kuliah di President University setelah lulus SMA Kristen Penabur 5 Jakarta tahun 2014.
“Saya tertarik dengan ekonomi semenjak di bangku SMA, sehingga saya akan mengambil jurusan manajemen setelah lulus. Saya melihat di President University ada jurusan manajemen dengan pembagian spesifik (konsentrasi), yaitu banking and finance, international business, human resources, dan marketing. Dan saya tertarik dengan banking and finance karena dilihat kurikulumnya lebih tertuju kepada investment,” kata putri bungsu dari tiga bersaudara tersebut.
Selain itu, alasannya masuk President University adalah lingkungan internasional dan full English sebagai bahasa pengantar, sehingga dapat menjadi kesempatan buatnya untuk berlatih, mengingat pentingnya Bahasa Inggris di masa depan. Di President University mahasiswa juga harus tinggal di asrama pada tahun pertama, sehingga Silivia yang menerima beasiswa ini tertantang untuk hidup mandiri tanpa orang tua.
Selain itu, President University Program Studi (Prodi) Manajemen sangat up to date dalam menyusun kurikulum. Salah satunya memasukkan Bahasa Mandarin sebagai mata kuliah wajib, karena melihat perkembangan perekonomian China yang mengglobal.
Aktif di organisasi kampus
Pada tahun pertama kuliah, Silvia adalah anggota senatatau President University Student Council (PUSC). Lalu, pada tahun kedua diangkat menjadi kepala divisi. PUSC adalah badan legislatif mahasiswa yang bekerja dan bertanggung jawab kepada Vice Rector III Bidang Student dan Alumni Affairs yang saat ini dijabat Agus H. Canny.
“Saya juga aktif sebagai panitia di berbagai lomba dan event, seperti Capital Market Competition, sebagai public relation, Smart Economic Challenge sebagai master of ceremony, dan masih banyak lagi. Di samping itu, saya juga join sebagai Ambassador Campus di tahun pertama saya dan menjadi Team Leader Ambassador Campus President University di tahun kedua,” ujar salah satu member of Charity Club President University ini.
“Dari berorganisasi saya mendapat pengalaman yang sangat banyak, terutama self development, perkembangan diri yang benar-benar drastis. Dari berorganisasi saya didorong untuk memimpin, menyuarakan pendapat, belajar bagaimana membuat decision making, bagaimana menjadi ketua yang wise, ketika anggotanya ada silang pendapat. Saya belajar bagaimana bernegoisasi dengan orang-orang, apa itu tanggung jawab dan integritas. Saya juga mendapatkan pengalaman untuk melayani teman-teman President University dengan hati,” lanjut Silvia, yang memiliki motto hidup “Menjadilah seseorang yang bisa mempengaruhi orang lain, atau berdampak bagi orang. Berdampak atau tidak itulah yang harus diperjuangkan, masalah jabatan itu akan menyusul dengan sendirinya.”
Dukungan orangtua dan pihak kampus
Ayah adalah sosok yang menginspirasi Silvia dari kecil hingga sekarang.
“Karena Beliau yang mengajarkan saya melihat dunia, bahwa dunia ini penuh persaingan, bahwa kerja keras adalah hal utama yang orang harus punya, orang pintar akan kalah dengan orang bekerja keras. Dan juga karena Beliau yang memberikan contoh bagaimana menjadi orang yang seperti saya sekarang. Menurut ayah, dengan bekerja di perusahaan Taiwan, saya bisa mengasah Bahasa Mandarin sebelum melanjutkan kuliah S2 di negara China,” ucapnya.
Silvia menyampaikan terima kasih kepada Genoveva sebagai dosen pembimbing dalam menyelesaikan thesis, juga kepada Agus H. Canny yang sering memberinya masukan.
“Judul thesis saya adalah 'Customer's Perceptions Towards Internet Banking Adoption'. Saya mengambil topik ini karena pada zaman sekarang yang sedang hits dan berkembang pesat adalah teknologi. Jangan mau teknologi control your life, tetapi gunakan teknologi untuk membantu kamu mempermudah urusan hidupmu. Apalagi zaman sekarang lagi marak-maraknya e-commerce yang membuat kita tidak jauh-jauh berbelanja, karena transaksi semua menggunakan online,” kata dia, yang ternyata juga mempunyai mimpi besar membuka Silvia's foundation, seperti membuka sekolah gratis untuk anak kurang mampu dan panti jompo.
Selain Genoveva yang menjadi mentor dan terus memotivasi dan mendukungnya, ada teman-teman Silvia yang ikut berperan.
“Alessia, Bella, Paulina, Devi, dan lain-lainnya yang tidak bisa saya sebutkan di sini, mereka yang selalu mau diajak untuk bertukar pikiran, membahas soal-soal baik pelajaran maupun kehidupan pribadi. Tetapi peran terpenting adalah Tuhan dan orang tua saya, karena mereka yang membuat saya menjadi seperti sekarang, menjadikan saya lebih baik,” ujarnya.
(*)