Liputan6.com, Jakarta - Usai mencari nafkah, Nugroho Agung Laksono beristirahat sejenak di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Malam itu, Rabu 24 Mei 2017, tak ada firasat buruk yang dirasakannya. Sopir Kopaja 612 jurusan Kampung Melayu-Ragunan itu terus berbincang mengabiskan waktu bersama rekannya setelah mengantarkan penumpang di jalur lintasan rutenya.
Untuk melengkapi waktu santai, Agung lantas memesan segelas minuman dingin. Sesaat minuman itu diteguk, tiba-tiba ia mendengar ledakan keras serta getaran sangat dahsyat dari arah kamar mandi umum, dekat dengan lokasi dia duduk. Ledakan itu terjadi pukul 21.00 WIB.
Suasana berubah menjadi kacau balau. Warga ketakutan. Mereka berlarian menjauhi kamar mandi itu. Agung melihat sejumlah polisi terkapar bersimbah darah.
Advertisement
"Saya nengok ke kamar mandi, pada kabur. Saya lihat ada apaan. Pas saya nengok motor dekat aspal di trotoar pada jomplang, jongkrak semua (polisi)," tutur Agung.
Melihat korban banyak bergelimpangan penuh luka, ia berusaha menolong. Namun nahas menimpanya. Selang lima menit kemudian, bom kedua Kampung Melayu meledak. Posisi Agung tepat di dekat ledakan bom kedua.
"Pas saya bantu angkat, langsung bom kedua meledak," ujar dia.
Sontak dia merasa matanya sakit. Kuping kanannya tak bisa mendengar. Dia langsung lari terbirit-birit menjauh dari lokasi ledakan. Sesaat kemudian, dia dibawa ke Rumah Sakit Premier Jatinegara.
Usai ledakan bom, seluruh area dipasang garis polisi. Petugas melarang siapa pun memasuki kawasan halte Transjakarta, kecuali personel yang tengah melakukan olah TKP.
Banyak potongan kecil bagian tubuh korban menempel di bagian kaca Mikrolet maupun halte Trasnjakarta. Bahkan beberapa korban yang ditemukan dalam kondisi tubuh yang terputus.
"Ada yang (potongan tubuh) terputus, ditemukan salah satunya badan dan tangan yang terputus," ucap Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo.
Akibat aksi terkutuk itu, 11 orang terluka serta lima orang tewas. Mereka yang tewas dua di antaranya diduga pelaku dan tiga lainnya personel kepolisian yang tengah mengamankan pawai obor menyambut Ramadan di sekitar Terminal Kampung Melayu.
Â
Klaim ISIS
Kurang dari 24 jam setelah kejadian, Polri lantas mengidentifikasi dua nama pelaku teror bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu. Pelaku di TKP pertama disebutkan atas nama Ihwan, sedang TKP kedua dilakukan Ahmad Sukri.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto mengatakan, bom bunuh diri yang meledak di area Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, rupanya berbentuk panci yang diisi rangkaian bahan peledak serta ditambahkan paku dan gotri. Pelaku memasukkan panci tersebut ke dalam tas ransel yang dia bawa.
"Jadi, kemungkinan hasil olah TKP, dua pelaku membawa panci di dalam tasnya. Di bom panci itu ditemukan (serpihan) paku dan gotri," ujar Setyo Wasisto di lokasi kejadian.
Polri mencurigai pelaku bom bunuh diri ini merupakan kelompok teror Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Syak wasangka ini didasari serangkaian bom yang terjadi sebelumnya di negara lain seperti Manchester, Inggris.
"Diduga kuat ini kelompok ISIS," tegas Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Kamis 25 Mei 2017.
Sebab, ciri-ciri bom di Kampung Melayu tersebut mirip dengan kelompok ISIS. Yaitu melakukan serangan bom dengan daya ledak low explosive seperti kasus teror bom di Jalan Thamrin dan di Bandung. Mereka ingin menunjukan eksistensinya pada dunia bahwa mereka masih ada.
Kecurigaan Polri ternyata benar. Dalam pernyataannya, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas teror bom bunuh diri di Kampung Melayu itu.
Klaim tersebut dinyatakan dalam sebuah media ISIS, Amaq News Agency, seperti yang dilaporkan oleh SITE Inteliigence Group --firma analis dan intelijen privat berbasis di Maryland, Amerika Serikat-- dan diwartakan Turkish Radio and Television World (TRTWorld.com), Jumat 26 Mei 2017.
"Agensi berita Amaq ISIS melaporkan bahwa serangan anggota kepolisian pada 24 Mei 2017 di Jakarta Indonesia dilakukan oleh 'salah satu pejuang ISIS'," tulis Amaq yang dimuat dalam laman situs SITE Inteliigence Group, news.siteintelgroup.com, Jumat 26 Mei 2015.
Atas pengakuan itu, Polri mengaku tidak kaget. Sebab karakter kelompok yang berbaiat kepada ISIS di Indonesia sudah terbaca. "Memang kita sudah tahu bahwa mereka memang yang melakukannya," ucap Martinus.
Â
Advertisement
Bom Dirakit di Garut
Rumah kontrakan Ahmad Sukri (AS) terduga pelaku bom Kampung Melayu menjadi incaran Densus 88. Sejumlah barang bukti ditemukan dalam rumah yang berada di Kampung Cempaka, Desa Lebak Jaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Dalam penggeledahan di tiga lokasi, tim mengamankan barang bukti. Di antaranya tujuh ember, satu dus panci, 10 piring, tujuh toples kaca, satu jeriken, satu mangkok, dua gelas, satu baut penutup presto, dan satu plastik bekas es batu.
"Penggeledahan dan olah TKP tersebut dalam rangka penyelidikan lebih lanjut oleh pihak Polri terkait kasus bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta," ujar Kepala Bidang Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (01/06/2017).
Setelah menggeledah dua rumah kontrakan AS, Densus lantas menyasar rumah adik ipar AS yang berada di Kampung Paledang, Kecamatan Karangpawitan. "Diduga masih ada barang bukti yang ditinggalkan di rumah kontrakannya," ujar Yusri.
Dari hasil penyelidikan itu, lembaganya memprediksi Ahmad Sukri atau AS merakit bom Kampung Melayu di rumah kontrakannya yang berada di Kampung Cempaka, Karang Pawitan Kabupaten Garut, Jawa Barat itu.
"Dugaan sementara bahwa Ahmad Sukri merakit bom tersebut di rumah kontrakannya," ungkap Yusri.
Â
Buru Jaringan Pelaku
Sehari usai ledakan, Densus 88 menggerebek rumah berukuran cukup besar di Kampung Bangkok, Rt 003 RW 08 Desa Padaasih, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Rumah itu disebut milik salah satu terduga jaringan pelaku teror bom Kampung Melayu, berinisial JIS.
"Ini rumah milik JIS diduga terlibat sebagai pelaku peledakan bom di Kampung Melayu," ucap Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Yusri Yunus.
Dalam penggerebekan, beberapa barang milik JIS dibawa polisi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Polisi juga mencari peran dan keterlibatan JIS dalam aksi teror bom di Kampung Melayu.
Untuk mengungkap hal itu, polisi menangkap JIS ditangkap di Pasar Baru Bandung, Kamis 25 Mei 2017. Ia ditangkap bersama istrinya yang berinisial AR.
"Benar, ditangkap di parkiran Pasar Baru," kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Yusri Yunus saat ditemui seusai penggeledahan di rumah JIS di Kampung Bongkok, Desa Padaasih, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jumat 26 Mei 2017.
Yusri menambahkan, setelah dimintai keterangan, istri JIS dikembalikan ke rumahnya. Sementara JIS masih dimintai keterangan penyelidikan jaringan terorisme serta keterkaitan dengan peledakan bom di Taman Arjuna, Cicendo, Kota Bandung, beberapa bulan lalu.
Menurut Yusri, ada keterkaitan antara JIS dengan peristiwa ledakan bom di Tamana Arjuna. Ini lantaran istri JIS disebut memiliki hubungan kekeluargaan dengan istri terduga pelaku bom Cicendo bernama Soleh alias Gungun yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Gang Bah Pian (Isak Wijaya), Sukahaji, Kota Bandung, Kamis 9 Maret 2017.
"Apakah ada keterkaitan antara bom Cicendo dan Kampung Melayu ini yang sedang kita dalami," kata Yusri.
Sosok JIS, kata dia, merupakan salah satu tokoh cukup terpandang di Kampung Bongkok. Namun satu tahun ke belakang, sikap JIS berubah drastis. "Awalnya JIS sering khutbah di masjid, tapi setahun belakangan yang bersangkutan menjadi tertutup," ujar dia.
Ia belum mau menjelaskan peran JIS dalam teror bom Kampung Melayu. Menurut dia, hal itu perlu pendalaman lebih lanjut termasuk untuk mengetahui jaringan teroris yang diikuti JIS.
Â
Advertisement
14 Tersangka
Tak sampai di situ, Polri terus memburu orang-orang yang dianggap memiliki jaringan terhadap pelaku bom Kampung Melayu. Hasilnya, Densus menangkap dua orang di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, Selasa 30 Mei 2017. Mereka adalah AS dan BF alias I yang ditangkap secara terpisah.
"AS yang bersangkutan merupakan orang yang ditemui oleh Ahmad Sukri (pelaku bom Kampung Melayu)," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa 30 Mei 2017.
AS disebutkan telah menyerahkan motor kepada R alias B, pria yang sebelumnya telah ditangkap Densus 88 di Cibubur. Kemudian, siang harinya pada pukul 10.30 WIB, giliran BF yang diciduk. Sama seperti AS, BF juga kenal dengan Ahmad Sukri.
"BF menyimpan motor yang dititipkan Ahmad Sukri kepada R alias B melalui saudara A," kata Setyo.
Perburuan jaringan terduga teroris melebar ke sejumlah daerah. Dalam kurun hampir sebulan pascaserangan terkutuk di Kampung Melayu, Densus telah menciduk 36 orang.
Mereka telah ditetapkan tersangka. 14 orang di antaranya terkait dengan aksi teror bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur pada Mei 2017 lalu.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengungkapkan, 36 tersangka teroris itu ditangkap dari berbagai tempat berbeda. Di antaranya di Bandung, Jakarta, Garut, Medan, Kendal, Malang, Surabaya, Pandeglang, Cianjur, dan Bima.
"Dari total 41 orang yang ditangkap, 36 di antaranya sudah jadi tersangka," kata Setyo di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis 22 Juni 2017.
Dia menambahkan, dari 36 orang tersebut 25 orang di antaranya telah ditahan. Sedangkan sisanya masih dalam tahap pemeriksaan penyidik Densus, namun statusnya sudah tersangka.
Sementara itu, dari 41 orang yang ditangkap pasca kejadian bom Kampung Melayu, lima orang tidak terbukti terlibat. Mereka pun dipulangkan oleh polisi.
"Lima orang tidak terbukti terlibat, sudah dipulangkan ke keluarga mereka," ucap Setyo.
Menurut dia, penangkapan terhadap terduga teroris ini sebagai bagian dari langkah preventif serta untuk menjaga stabilitas keamanan jelang Hari Raya Idul Fitri.
"Pelaksanaan kegiatan yang disebut dengan preventive strike. Untuk mencegah," tambah Setyo.
Saksikan video pilihan berikut ini: