Walhi: Sampah Teluk Jakarta Makin Parah karena Reklamasi

Lautan sampah menghiasi Teluk Jakarta, Muara Angke, Jakarta Utara.

oleh Merdeka.com diperbarui 20 Mar 2018, 09:18 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 09:18 WIB
Sampah teluk Jakarta
petugas tampak membersihkan sampah teluk Jakarta. (Anendya Niervana)

Liputan6.com, Jakarta - Lautan sampah menghiasi Teluk Jakarta, Muara Angke, Jakarta Utara. Pemprov DKI Jakarta mengambil langkah cepat untuk membersihkan sampah tersebut. Semuanya dikerahkan, mulai dari alat berat sampai Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) mengeruk berton-ton sampah.

Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno mengatakan, sampah-sampah ini menumpuk sejak 2014, sampai akhirnya mengendap hingga 2,5 meter.

Manajer Kampanye Energi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Dwi Sawung, menyalahkan proyek reklamasi di pantai utara Jakarta. Menurut dia, ini membuat arus laut berubah.

"Iya lama juga, lama-lama dia juga kan kayak mengendap. Kalau misalnya airnya enggak balik lagi, begitu ada reklamasi gitu ya. Arusnya kan berubah. Sampah yang masuk situ enggak bisa keluar lagi," ujae Sawung saat dihubungi, Senin, 19 Maret 2018.

Menurut dia, perubahan arus laut karena reklamasi membuat alur laju sampah tidak lagi dapat diprediksi. Misalkan, pada bulan-bulan ini. Seharusnya, kata dia, sampah membanjiri Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

"Harusnya bulan-bulan ini ada biasanya ada sampah dari Teluk Jakarta ke pantai Pulau Pari misalnya ya. Sekarang enggak ada sampahnya ke Pulau Pari. Ada perubahan arus ini," ujar Sawung.

 


Pesimistis

Pemprov DKI menargetkan pembersihan sampah akan selesai dalam waktu satu minggu. Namun, Sawung pesimistis hal itu dapat dilakukan.

Menurut dia, butuh waktu lama untuk mewujudkan Teluk Jakarta bebas sampah. Terlebih, pembersihan di beberapa tempat, tidak bisa dilakukan dengan alat berat.

"Saya kira sulit yah seminggu pasti yang besarnya saja. Ada yang di dalam, harus manual. Enggak bisa pakai alat berat. Alat berat ada batasnya juga karena enggak ada jalan ke situ. Harus manual dan pakai tangan. Pasti lama lebih dari seminggu itu," ujar Sawung.

Dia berharap ada kesadaran dari semua pihak. Sebab, sampah itu datang dari darat yang terbaru sampai ke laut. Oleh karena itu, harus ada penanganan sampah di darat juga.

Reporter: Syifa Hanifah

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya