3 Penyebab Gempa Lombok Sangat Merusak

Gempa bumi di Lombok telah mengakibatkan lebih dari seribu bangunan rumah rusak, 17 orang meninggal dan 162 lainnya luka-luka.

oleh Sunariyah diperbarui 31 Jul 2018, 18:55 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2018, 18:55 WIB
Dampak Gempa Bumi di Lombok
Seorang pria berdiri di antara reruntuhan rumah yang rusak akibat gempa di Lombok, NTB, Minggu (29/7). Data sementara BPBD Provinsi NTB mencatat, gempa bumi tektonik 6.4 SR itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia (HO/NTB DISASTER MITIGATION AGENCY/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa 6,4 Skala Ritcher yang mengguncang Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu, 29 Juli 2018 lalu, telah mengakibatkan lebih dari seribu bangunan rumah rusak.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB juga mencatat, gempa telah menewaskan 17 orang dan 162 lainnya luka-luka. Wilayah yang paling mengalami kerusakan parah akibat gempa yakni Lombok Utara dan Lombok Timur.

Muncul pertanyaan, mengapa gempa Lombok dengan kekuatan 6,4 SR dampaknya begitu merusak?

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (31/7/2018) memaparkan, ada 3 faktor utama yang menyebabkan gempa Lombok begitu merusak:

1. Gempa Lombok merupakan gempa kerak dangkal dengan kedalaman hiposenter 24 kilometer. Hiposenter yang dangkal semacam ini menyebabkan nilai percepatan getaran tanah masih cukup tinggi di permukaan.

Mengacu peta tingkat guncangan (shake map) BMKG, tampak sebagian besar wilayah Lombok Utara dan Timur mengalami guncangan yang mencapai skala intensitas VI-VII MMI.

Dengan estimasi percepatan getaran tanah (PGA) mencapai di atas 120 gal, sudah memenuhi syarat untuk terjadi kerusakan pada bangunan.

2. Kawasan yang mengalami kerusakan akibat gempa di Lombok Utara dan Timur, lahannya didominasi oleh kawasan perbukitan yang tersusun batuan gunung api seperti lava, breksi, dan tufa.

Kawasan dengan kontur lembah dan perbukitan sangat rentan terjadi efek topografi. Efek topografi permukaan dapat memicu terjadinya amplifikasi guncangan yang lebih besar dalam arah horizontal dari pada vertikal, semakin curam lereng, maka makin besar amplifikasinya.

3. Jika kita amati kondisi struktur bangunan yang rusak akibat gempa Lombok ini, tampak hampir semua bangunan yang rusak dan rubuh ternyata tidak memenuhi standar aman gempa bumi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kondisi Topografi

Karena itu, bangunan mudah rusak dan rubuh saat diguncang gempa. Tingkat kerusakan bangunan akibat gempa tidak hanya disebabkan oleh besarnya magnitudo dan jaraknya dari episenter, tetapi kondisi topografi, tanah setempat, dan mutu bangunan sangat menentukan tingkat kerusakan.

"Sebagai pembelajaran, tampaknya perlu terus digalakkan sosialisasi mitigasi gempa bumi yang berkelanjutan terkait langkah aman dalam menghadapi gempa, serta pentingnya membangun rumah tahan gempa," ujar Daryono.

Hal ini sangat penting, lanjut Daryono, karena korban luka dan meninggal sebenarnya bukan disebabkan oleh gempa, tetapi akibat bangunan yang roboh dan menimpa penghuninya. Jika warga belum mampu membangun rumah tahan gempa, maka pilihan lainnya adalah membangun rumah dari bahan kayu atau bambu yang didisain menarik. Membuat bangunan rumah tembok dengan mutu yang rendah tanpa besi tulangan yang kuat, hanya akan membuat penghuninya menjadi korban saat terjadi gempa.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya