Liputan6.com, Jakarta Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), M. Hanif Dhakiri, mendorong pekerja media atau wartawan segera berserikat. Keberadaan serikat pekerja media sangat penting untuk memastikan perubahan-perubahan di industri media tidak melanggar hak-hak para pekerja.
"Tentunya ini harus disiasati secara baik oleh pekerja media. Saya mendorong teman-teman wartawan berserikat. Berserikat tentu berbeda dengan paguyuban. Para pekerja media di Indonesia berserikat lah," ujarnya, saat memberikan sambutan pada acara Malam Amal Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers di Jakarta, Rabu (1/8/2018).
Turut hadir dalam Malam Amal LBH Pers tersebut Direktur Eksekutif LBH Pers Nawawi Bahrudin, mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Bambang Harymurti, Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV M. Teguh dan, Pengajar Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) Atmakusumah.
Advertisement
Hanif mengakui, bagi kalangan pengusaha serikat pekerja konotasinya negatif. Pandangan atau anggapan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab pekerja media untuk bisa menampilkan serikat pekerja yang bukan hanya bisa berdemo, tapi serikat pekerja yang kuat dan bisa diandalkan untuk membela kepentingan anggotanya.
“Saya kira ini tantangan bagi pekerja media karena tantangan tenaga kerja semakin hari semakin banyak seiring perkembangan industri sebagai konsekuensi perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat,“ ucapnya.
Hanif mengingatkan, jika perubahan teknologi informasi yang berdampak perubahan karakter industri media tidak diantisipasi, maka klien LBH Pers semakin hari akan semakin banyak karena muncul kasus-kasus perselisihan hubungan industrial.
Selain permasalahan serikat, ia juga membahas persoalan sertifikasi kompetensi bagi pekerja media.
“Ini penting untuk memastikan teman-teman pekerja media ini terlindungi dari sisi sertifikasi kompetensi," kata Hanif.
Beli lukisan Bung Karno
Dalam malam amal tersebut, Hanif membeli lukisan bergambar Bung Karno bersama Che Guevara yang dilelang senilai Rp20 juta. Sementara itu, lukisan bergambar Jokowi berhasil dilelang kepada Katadata dengan harga Rp 25 juta. Dua buah lukisan itu didonasikan oleh S Malela Mahargasarie.
LBH pers berhasil mengumpulkan donasi sebanyak Rp 166 juta dalam acara yang diselenggarakan pukul 20.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB tersebut.
Menyinggung krisis finansial yang dialami oleh LBH Pers, Hanif menilai hal tersebut merupakan momentum yang tepat untuk merumuskan cara menopang kinerja mereka di masa depan. Namun, di sisi lain, krisis yang mendera LBH Pers juga merupakan berita buruk bagi keberlangsungan lembaga independen tersebut.
Walaupun begitu, dirinya berharap LBH Pers yang terus memperjuangkan kebebasan pers, kebebasan berekspresi dan berpendapat, serta memberikan dukungan advokasi hukum terhadap jurnalis dan masyarakat luas tersebut dapat tetap ada.
Sebagai informasi, LBH Pers tengah berada di ujung tanduk dikarenakan hanya mampu mendanai operasional kantor hingga bulan Agustus 2018. Untuk mengatasi persoalan tersebut, LBH Pers bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan Indonesia Corruption Watch (ICW) menggelar malam amal LBH Pers.
Â
Â
(*)