Menko Polhukam Bentuk Tim Kajian Pengadaan Sukhoi dan Proyek KFX/IFX

Menko Polhukam Wiranto menuturkan, pihaknya akan membentuk tim kajian agar dua alutsista ini bisa tuntas dan dihadirkan di Indonesia.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 04 Agu 2018, 12:51 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2018, 12:51 WIB
Menko Polhukam Wiranto Kukuhkan PP ISHI 2018-2023
Menko Polhukam Wiranto memberi sambutan saat pelantikan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Hukum Indonesia (ISHI) di Kemenkumham, Jakarta, Senin (30/7). Acara ini dalam rangka Pengukuhan PP ISHI 2018-2023. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sudah sepakat membeli 11 unit jet tempur Sukhoi U-35 dari Rusia. Selain itu, pemerintah juga terus berupaya untuk menyelesaikan proyek Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

Menko Polhukam Wiranto menuturkan, pihaknya akan membentuk tim kajian agar dua alutsista ini bisa tuntas dan dihadirkan di Indonesia.

"Saya tadi bentuk tim kecil untuk secara detail, secara teknis bisa melakukan kajian-kajian, sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang sistematis, terutama kita kaitkan keadaan negeri ini," ucap Wiranto di kantornya, Jakarta, Jumat (3/8/2018).

Dia menegaskan, tim kajiann ini akan melihat masalah anggaran dan waktunya. Serta apa saja yang didapatkan setelah menghadirkan dua alutsista itu.

"Apakah yang menyangkut soal waktunya, menyangkut masalah anggarannya, termasuk yang mengatur masalah tipe-tipe dan kelengkapan yang nanti akan kita dapatkan. Juga adanya keinginan kita untuk bisa memasarkan Sukhoi U-35 dan juga bagaimana alih teknologinya," tegas Wiranto.

Dia menuturkan, tak mudah menangani pembelian alutsista ini. Menurutnya tidak bisa disamakan dengan membeli barang lain.

"Banyak sekali hal-hal sampingan yang perlu kita tinjau lebih detail. Juga bagaimana kita mendapatkan keuntungan dari proses-proses pembelian," ungkap Wiranto.

 

Bisa Ditunda Atau Dibatalkan

Wiranto tak menampik bisa saja opsi pengadaan Alutsista ini ditunda atau dibatalkan. Mengingat masalah yang dihadapi, khususnya untuk KFX/IFX. Namun, dirinya tak menyebut itu opsi yang akan dipilihnya.

Terakhir proyek KFX/IFX sempat tertunda lantaran, teknologi yang berasal dari Amerika Serikat yang digunakan Korsel untuk mengembangkan pesawat itu, belum memperoleh lisensinya.

Adapun komponen yang dipegang lisensinya oleh AS untuk pesawat tempur siluman itu antara lain, electronically scanned array (AESA) radar, infrared search and track (IRST), electronic optics targeting pod (EOTGP), dan Radio Frequency jammer.

"Jangan mendahului sesuatu yang belum pasti. Saya nanti akan rapatkan lagi. Ini kita secara teknis sedang membahas soal itu. Banyak kemungkinan, karena ini masalah hubungan kedua negara. Kita tidak hanya fokus masalah pembelian-pembeliannya, tapi juga menyangkut bagaimana perkembangan global yang juga tidak bisa kita abaikan," jelas Wiranto.

Memang tak bisa dipungkiri, proyek KFX/IFX, peran AS juga secara tidak langsung ada disana. Terlebih hubungan ini bisa dibilang memanas, usai Indonesia memastikan membeli Sukhoi.

Hal ini lantaran Presiden Donald John Trump meneken undang-undang pada bulan Agustus lalu. Dimana setiap negara yang terlibat perdagangan dengan sektor pertahanan dan intelijen Rusia akan menghadapi sanksi Amerika Serikat.

"Sanksi itu masih bersifat general. Makanya kita tunggu," ia memungkasi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya