Liputan6.com, Palu - Kebocoran pipa PDAM dimanfaatkan sebagian warga Palu untuk menikmati air bersih. Mereka berduyun-duyun menampung air dengan menggunakan peralatan seadanya.
Seperti di Jalan Lagarutu. Di tempat tersebut terdapat pipa besar hitam yang melengkung ke luar atas jalan. Warga memasang selang ke pipa yang bolong untuk dialiri ke galon-galon.
Nizam, salah satu warga Palu yang menampung air menuturkan, sejak gempa dan tsunami menerpa Palu dan Donggala, warga yang bermukim di Lagarutu hidup penuh nestapa. Selama ini, warga berjuang sendiri untuk bertahan hidup.
Advertisement
"Tidak ada supply (bantuan) apa pun ke sini," ucap Nizam, Rabu (3/10/2018).
Akses air bersih saja, warga mengandalkan pipa PDAM yang bocor. Setiap hari bolak-balik mengambil air. "Kami cuma begini saja bertahan," ucap Nizam.
Namun begitu, warga harus bersabar dalam mengambil air. Sebab air tersebut mengalir tidak tentu waktu.
"Ini saja baru hidup pagi ini. Biasanya sore atau tengah malam baru ngalir," kata dia.
Saat ini, warga hanya berharap agar bantuan kepada korban gempa Palu dapat disalurkan ke kawasan yang belum tersentuh. "Di atas sana Poboya warganya masih ada yang kesulitan mencari makan," ujar Nizam.
Saksikan video menarik berikut ini:
1.234 Korban Meninggal
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga saat ini terdapat 1.234 orang dinyatakan meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Dia menyebut korban tersebut tersebar di kota dan kabupaten berdampak gempa dan tsunami yakni Palu, Kabupaten Donggala, Kabupten Sigi, dan Kabupaten Parigi Mutong.
"Korban yang kita pilah-pilah, totalnya 1.234 orang meninggal yang berasal dari dampak gempa bumi. Terutama reruntuhan bangunan dan terjangan dari tsunami," kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (2/10/2018).
Sementara itu, Sutopo juga menyatakan data sementara untuk korban luka berat hingga saat ini mencapai 799 orang. Dia juga menyebut saat ini 16 alat berat sudah didatangkan guna melakukan pencarian korban.
"Untuk evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban telah dikerahkan," ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari usai gempa dahsyat dan tsunami di Palu dan Donggala. Tanggap darurat berlaku per 28 September hingga 11 Oktober 2018.
Advertisement