Gunung Anak Krakatau Keluarkan Asap Kawah Tinggi, Sempat Ganggu Penerbangan

PVMBG menerbitkan peringatan gangguan jalur penerbangan atau Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) pada 4 Januari 2019 pukul 19.01 WIB kemarin malam.

oleh Arie Nugraha diperbarui 05 Jan 2019, 10:11 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2019, 10:11 WIB
Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)
Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, masih mengeluarkan asap kawah setinggi 1.000-2.000 meter dari puncak. Oleh karena itu, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menerbitkan peringatan gangguan jalur penerbangan atau Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) pada 4 Januari 2019 pukul 19.01 WIB kemarin malam.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kasbani saat diterbitkannya VONA dengan kode warna orange kemarin, diakibatkan erupsi yang berlangsung menerus dan kolom abu dengan ketinggian sekitar 2.110 meter diatas permukaan laut. Kolom abu jelas Kasbani, bergerak ke arah Barat, Utara, Timurlaut dan Timur.

"Berdasarkan rekaman seismograf tanggal 4 Januari 2019, Gunung Anak Krakatau tercatat 82 kali terjadi gempa erupsi atau letusan, 36 kali gempa hembusan, satu kali gempa vulkanik dalam dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 1 - 21 milimeter dominan diangka 7 milimeter," kata Kasbani dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Sabtu, 5 Januari 2019.

Kasbani mengatakan masih tingginya aktivitas vulkanik di Gunung Anak Krakatau tersebut, masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 kilometer dari kawah.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Aktivitas Vulkanik Meningkat Sejak 18 Juni

Gunung api dengan ketinggian 110 meter diatas permukaan laut itu mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018.

Sejak 18 Juni 2018 tutur Kasbani, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam pula gempa tremor menerus dengan amplitudo 1 – 21 milimeter (dominan di 6 milimeter). Namun memasuki 19 Juni 2018, gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata satu kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari.

"Selain itu mulai terekam juga gempa low frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1-14 milimeter (dominan 4 mm). Tanggal 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa low frekuensi dan 36 kali gempa vulkanik dangkal. Tanggal 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa hembusan, delapan kali gempa low frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan empat kali gempa vulkanik dalam," ujar Kasbani. Pengamatan visual Gunung Anak Krakatau dari tanggal 18-20 Juni 2018, pada umumnya gunung tertutup kabut. Sedangkan pada tanggal 21 Juni 2018, gunung tampak jelas hingga kabut, teramati asap kawah utama dengan ketinggian 25-100 meter dari puncak, bertekanan sedang berwarna kelabu dengan intensitas tipis.

Jenis erupsi atau letusan yang dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau berupa letusan strombolian. Gunung ini statusnya ditingkatkan oleh PVMBG Badan Geologi menjadi Level III (Siaga) sejak 27 Desember 2018, karena terus meningkatnya aktivitas vulkanologinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya