Rahasia di Balik Kotak Hitam

Warna kotak hitam tidak sesuai namanya yang hitam, melainkan warna jingga atau oranye. Tujuannya agar memudahkan pencarian jika pesawat mengalami kecelakaan.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Mei 2012, 12:02 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2012, 12:02 WIB
110517bkotak-hitam.jpg
Liputan6.com, Jakarta: Umumnya pesawat terbang hancur saat kecelakaan terjadi. Kondisi itu membuat black box (kotak hitam) sulit dicari. Padahal kotak hitam bisa membongkar pembicaraan pilot dengan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan.

Warna kotak hitam tidak sesuai namanya yang hitam, melainkan warna jingga atau oranye. Tujuannya agar memudahkan pencarian jika pesawat mengalami kecelakaan.

Penempatan kotak hitam juga dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan. Umumnya terdapat dua unit kotak hitam yang diletakkan pada bagian depan pesawat dan bagian ekor pesawat, yang diyakini merupakan bagian yang utuh ditemukan.

Kotak hitam ini merupakan kumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi, yang merujuk pada perekam data penerbangan (Flight Data Recorder/FDR) dan perekam suara kokpit (Cockpit Voice Recorder/ CVR).

Alat ini ini bisa merekam suara pilot dan semua data yang diterima dari delapan alat yang berbeda. Semua data ini bisa dipisah dan menghasilkan data yang akurat tentang penyebab kecelakaan.

Umumnya alat perekam di pesawat menggunakan pita selayaknya kaset pada tape recorder. Namun dengan berkembangnya teknologi, kini telah digunakan FDR atapun CDR yang menggunakan chip memory khusus, Rabu (16/5).

Pada penemuan kotak hitam Sukhoi Superjet100, tim baru berhasil menemukan CVR. Alat berukuran sekitar 30 x 12,5 sentimeter ini akan merekam percakapan pilot, kopilot, pilot dengan ATC, serta para awak pesawat. Untuk durasi rekaman CVR umumnya 30 menit. Artinya, dalam setiap 30 menit secara otomatis data percakapan terhapus dan diganti dengan yang baru.

Sementara Tim Evakuasi belum menemukan FDR. Alat bernama lengkap Flight Data Recorder itu berukuran 49 x 12,5 cm. Alat ini merekam data-data seperti ketinggian, kecepatan, putaran mesin, radar, autopilot, dan lain-lain. Untuk durasi, FDR merekam hingga 25-30 jam. Data secara otomatis akan terhapus setelah 25-30 jam.

CVR dan FDR ini akan hidup secara otomatis apabila mesin pesawat dihidupkan.

Data dari FDR dan CVR kemudian disimpan di memory boards di dalam crash-survivable memory unit (CSMU), pelindung black-box1memory yang berbentuk silindris. Dengan alat ini, lebih dari 700 macam parameter data dapat disimpan.

Crash Survivable Memory Unit (CSMU) berisi papan memori dikelilingi isolasi termal baju besi dan baja yang dapat menahan dampak kecelakaan ribuan kali gaya gravitasi dan bertahan di laut pada kedalaman 14.000-20.000 kaki (4,270 m-6.096 m).

Seluruh data yang dikumpulkan sensor-sensor di pesawat terbang selanjutnya dikirim ke flight-data acquisition unit (FDAU) yang terletak di hidung pesawat. FDAU inilah sebagai perantara sebelum data di simpan dalam kotak hitam.

Kotak baja yang kuat akan membungkus alat perekam sehingga tidak ikut hancur ketika kecelakaan pesawat terjadi. Kotak ini kemudian dilapisi asbes tahan api sehingga kabel-kabelnya tidak ikut rusak karena panas.

Kekhawatiran bocornya pembicaraan pilot disalahgunakan juga mendorong diciptakannya komputer khusus yang disambungkan ke perekam.(dari berbagai sumber/MEL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya