BMKG: Megathrust Bisa Picu Gempa Besar, Tapi...

BMKG membenarkan bahwa Megathrust berpotensi memicu gempa dengan tingkat magnitudo tinggi.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 03 Agu 2019, 17:10 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2019, 17:10 WIB
Gempa Banten
Sejak 23 Januari hingga 26 Januari 2018, ada 49 gempa susulan mengguncang wilayah selatan Banten, akibat subduksi lempeng Indo-Australia. (Foto: BMKG Klas I Serang/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menanggapi isu yang semakin santer di masyarakat terkait adanya ancaman gempa besar yang diakibatkan oleh lempeng Megathrust. 

Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, pada dasarnya Megathrust memang berpotensi memicu gempa dengan tingkat magnitudo tinggi.

"Bisa memicu gempa besar di atas 7 magnitudo. Ini kenyataan kondisi tektonika Indonesia," tutur Daryono di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Ancaman tersebut pun nyata dan harus menjadi perhatian lebih bagi masyarakat, khususnya pemerintah dalam memberikan keamanan untuk setiap warga negaranya. Terlebih, Indonesia memiliki bagian banyak sesar aktif yang sewaktu-waktu dapat bergerak.

Sesar aktif yang berbeda di daratan, lanjut Daryono, jika bergerak akan menimbulkan efek goncangan gempa yang cukup signifikan. Bahkan cenderung bersifat destruktif atau merusak.

"Aktif artinya gempa terus terjadi, sedangkan kompleks karena memang banyak sekali sumber gempanya," jelasnya.

Meski begitu, Daryono mengingatkan agar masyarakat tidak sembarangan membuat informasi yang bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Apalagi menyebarkan prediksi terjadinya gempa yang dapat memicu kegaduhan di masyarakat.

"Peristiwa gempa bumi hingga saat ini belum dapat diprediksi oleh siapa pun, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya," beber Daryono dalam keterangannya, Sabtu (3/8/2019).

 

 

 

Soal Gempa Picu Gempa

Menurut dia, secara teknis gempa bumi sendiri muncul akibat deformasi batuan yang terjadi secara tiba-tiba pada sumber gempa, yang sebelumnya mengalami akumulasi medan tegangan atau stress di zona tersebut. Artinya, asumsi bahwa sebuah gempa dapat memicu terjadinya gempa di sumber lain belum dapat dibuktikan secara empiris.

"Teori yang berkembang saat ini baru dapat menjelaskan bahwa sebuah gempa dapat membangkitkan picuan statik karena adanya perubahan stress di sekitar pusat gempa yang kemudian dapat meningkatkan aktivitas gempa susulan (aftershocks) di sekitar gempa utama," terang dia.

Bagi Daryono, akan lebih bijaksana jika berbagai lapisan masyarakat bersinergi dengan pemerintah untuk bersama-sama melakukan langkah kesiapan terkait sebelum, sesaat, dan setelah terjadinya gempa.

Artinya, kesiapan itu meliputi adanya bangunan yang sesuai dengan konstruksi aman gempa, perabotan yang kuat dan dapat menjadi tempat perlindungan sementara saat terjadi bencana alam tersebut.

"Juga siapkan jalur evakuasi yang aman di lingkungan tempat tinggal Anda, serta menyediakan lahan untuk titik kumpul yang aman," kata Daryono.

Sebelumnya beredar kabar tentang adanya potensi gempa bermagnitudo 9. Isu itu tersebar atas nama dari grup geologi ITB.

Berikut informasi tersebut:

Dari Group Geologi ITB : 

Jarak antar gempa semakin pendek dan tiba-tiba aktifnya gunung Tangkuban Perahu, bisa jadi merupakan indikasi akumulasi energi patahan sunda (sunda megathrust) hampir mencapai titik kritis. jika atas seizin Allah SWT tercapai titik tersebut, gempa yang selama ini dikhawatirkan dengan besar ~ 9 skala Richter berpeluang terjadi. bagi Jabodetabek, yang dikhawatirkan adalah aktifnya patahan tersebut memicu pula aktivitas patahan Baribas yang memanjang dari Pasar Rebo hingga Ciputat, serta patahan Lembang di Bandung. wallahu'alam. persiapan diri harus dilakukan sejak sekarang. Friends, ini warning, bukan menakut-nakuti...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya