Yorrys: Konflik di Papua dapat Selesai dengan Pendekatan Antropologi dan Budaya

Yorrys mengatakan pemerintah sebenarnya bisa menyelesaikan kasus Papua dengan cara pendekatan antropologi dan budaya.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2019, 13:24 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2019, 13:24 WIB
KPK Periksa Yorrys Raweyai Terkait Kasus Suap Fayakhun
Politikus Partai Golkar Yorrys Raweyai menunggu di lobi gedung KPK, Jakarta, Senin (14/5). Yorrys diperiksa sebagai saksi kasus dugaan suap pengadaan satelit monitoring atau pengawasan di Bakamla anggaran tahun 2016 APBN-P. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Daerah terpilih asal Papua, Yorrys Raweyai menjelaskan gejolak di Manokwari, Papua Barat sudah terjadi sejak 1965. Dia menjelaskan masalah tersebut bukanlah hal baru dan bagian dari bentuk akumulasi kekecewaan yang membuat semangat kolektif.

Yorrys mengatakan pemerintah sebenarnya bisa menyelesaikan kasus Papua dengan cara pendekatan antropologi dan budaya. Hal tersebut menurut dia cocok karena Papua memiliki budaya heterogen. Dia menjelaskan pendekatan tersebut sebelumnya sudah dibicarakan bersama Luhut Binsar Panjaitan yang sebelumnya menjabat Menko Polhukam. Pembicaraan tersebut pun sudah beberapa kali dilakukan.

"Pemikiran menyelesaikan Papua secara holistik dengan pendekatan antropologi dan budaya," kata Yorrys saat di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8/2019).

Pembicaraan tersebut kata dia sudah pada pihak stakeholder Papua dan Papua Barat. Hingga tahap mengimplementasikan. Tetapi rencana pendekatan tersebut tidak ada kelanjutan saat Luhut menjadi Menko Maritim.

"Saya enggak tahu di mana handicap tapi konsep itu menurut saya konsep paling baik, pendekatannya harus antropologi karena Papua ini sangat heterogen budaya. Nah ini jadi konsep secara holistik dengan pendekatan antropologi dan sosiologi budaya," lanjut Yorrys.

Yorrys juga hingga saat ini belum mengutarakan kembali hal tersebut kepada Menko Polhukam Wiranto saat kunjungan bersama ke Manokwari beberapa hari yang lalu. Dia yakin para jajaran deputi di Polhukam sudah mengetahui usulan tersebut.

"Saya kira tidak, karena relatif singkat dan setiap pertemuan dua jam sampai, pertemuan dengan masyarakat kemudian jedah dengan hasil-hasil itu. Kemudian karena ini kan dibawah Polhukam ada panglima. Saya tidak sempat sampaikan tetapi sama deputi-deputi tahu karena mereka kan berproses," kata Yorrys.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tak Akan Seperti Timor Timur

Rohaniwan Franz Magnis Suseno menegaskan, Papua tidak akan sama dengan Timor Timur yang merdeka pada 2002. Untuk itu, pria yang karib disapa Romo Magnis itu meminta agar Organisasi Papua Merdeka (OPM) menghentikan pendekatan bersenjata.

"OPM hentikan pendekatan bersenjata. Itu tidak punya masa depan. Itu hanya menambah kematian, yang akan rugi orang Papua sendiri," kata Romo Magnis yang hadir dalam acara Gerakan Suluh Kebangsaan untuk menyikapi masalah Papua, di Jakarta, Jumat (23/8/2019).

Dia mengatakan, Papua bagian sah dari Indonesia. Papua, kata dia, tak bisa disamakan dengan Timor Timur atau Timor Leste.

"Papua bagian sah dari Indonesia, jangan dikira akan sama dengan Timor Timur. Papua itu memang sudah sah Indonesia," ungkap Romo Magnis.

Romo Magnis pun berharap dilakukan dialog agar tak ada lagi kontak senjata di Papua.

"Kalau itu dilakukan, dibuka dengan suatu dialog yang sungguh-sungguh. Jadi pihak Papua dengan sini, mencari secara terbuka, banyak orang Papua yang mengerti dan akan bersedia," jelas Romo Magnis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya