Jeritan Sopir Kala Pengguna Kopaja dan Metromini Menghilang

Mati total, istilah yang digunakan oleh seorang mantan sopir Kopaja P20 jurusan Lebak Bulus-Senen bernama Maman untuk menggambarkan penghasilannya. Berikut cerita selengkapnya....

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Agu 2019, 19:03 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2019, 19:03 WIB
Kopaja dan Metromini Dilarang Melintasi Jalan Protokol Selama Asian Games 2018
Bus Kopaja dan Metromini melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (4/7). Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno melarang angkutan umum seperti Kopaja dan Metromini melintasi jalan protokol selama Asian Games 2018. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Mati total, istilah yang digunakan oleh seorang mantan sopir Kopaja P20 jurusan Lebak Bulus-Senen bernama Maman untuk menggambarkan penghasilannya. Dia tengah berjuang keras mencari nafkah untuk empat anaknya.

Sebab, sejak beberapa tahun lalu, sudah tak lagi menarik Kopaja karena kalah saing dengan Transjakarta dan moda transportasi modern lainnya.

"Dulu waktu berjalannya P20 itu sendiri lumayan lah ibarat kata anak bisa sekolah, terus rumah tangga juga kecukupan, sedangkan sekarang ini mati total saya pak, sudah enggak ada pemasukan, sedangkan sekarang nyari kerjaan juga dampaknya orang pendidikan juga, sedangkan saya pendidikannya minim pak," kata Maman saat ditemui di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat 23 Agustus 2019.

"Anak saya 4, waktu saya narik alhamdulillah bisa disekolahin lah, sekarang tinggal satu nih punya yang 5 tahun," sambung dia menceritakan kondisi keluarga.

Dia kemudian mengenang masa-masa masih mengandalkan Kopaja untuk menafkahi keluarganya. Setiap harinya, dulu, dia bisa meraup uang sebesar Rp 200 ribu.

"Dulu pendapat ya Rp 200 ribu kantongin per hari. Sekarang ya kadang-kadang Rp 50 ribu, juga kadang-kadang Rp 30 ribu per hari. Sedangkan risiko sehari-harinya kan sekarang gede pak lumayan," ujar Maman.

Menurut dia, semua harus berubah saat zaman telah berkembang. Sehingga, armada Kopaja dan Metromini pun lama-lama akan kalah dengan perubahan.

"Ya mungkin perubahan zaman atau gimana adanya TransJakarta, ojek online itu lah segala macam. Terus semua armada itu ya istilahnya hilang begitu aja jadi enggak bisa untuk dilanjut gitu. Karena udah abis begitu aja sewanya. Ngalih ke angkutan lain ke Transjakarta atau ojek online," kata Maman, mantan sopir Kopaja.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Asa Sopir Kopaja dan Metromini

20161006- Pemprov DKI Jakarta Berencana Ganti Angkutan Reguler- Helmi Fithriansyah
Angkutan umum melintas di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta, Kamis (6/10). Pemprov DKI Jakarta akan segera mengganti angkutan umum reguler seperti Kopami, Kopaja, Koantas Bima dan Metromini dengan bus tipe lower deck. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Lebih lanjut ia berharap Pemprov DKI Jakarta dapat memberikan kemudahan bagi para mantan sopir untuk bergabung di TransJakarta. Karena, salah satu syaratnya harus miliki ijazah.

"Harus punya ijazah, sedangkan kita punya skill punya, paling syarat punya SIM, tapi nggak segampang itu kita masuk. Ini SIM saya masih ada B1 umum," pungkasnya.

Senada dengan Maman, Tampubolon, sopir Kopaja P20 ini mengakui kalau ingin sekali mencari pekerjaan lainnya. Bahkan, ingin menjadi sopir Transjakarta.

"Kalau ngelamar TransJakarta kan usianya terbatas, kita sudah usia 50 lebih enggak diterima lagi di situ. Orang persyaratan usianya di bawah 40. Pengen sih Transjakarta tapi kan kita kan terbentur di usia. Moga-moga omongan ini didengar," pungkasnya.

Dia mengatakan, tak sedikit sopir Kopaja atau Metromini yang ingin masuk Transjakarta. 

 

Reporter: Ronald

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya