HEADLINE: Agar Staf Khusus Jokowi Tak Sekadar Jadi Etalase, Gebrakan Out of the Box Dinanti

Presiden Jokowi memperkenalkan staf khususnya yang baru pada Kamis, 22 November 2019. Beberapa di antaranya berasal dari kalangan milenial.

oleh Nila Chrisna YulikaDelvira HutabaratLizsa EgehamAde Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Nov 2019, 00:03 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2019, 00:03 WIB
Putri Tanjung hingga Angkie Yudistia Diangkat Jadi Staf Khusus Jokowi
Presiden Joko Widodo mengenalkan staf khusus di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019). Staf khusus baru dari kalangan milenial yakni CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkenalkan staf khususnya yang baru pada Kamis, 22 November 2019. Beberapa di antaranya berasal dari kalangan milenial. Mereka merupakan anak-anak muda berprestasi baik di kancah nasional maupun internasional. Usia mereka dalam rentang 23 hingga 36 tahun.

Tujuh anak muda ini diberi tugas khusus, yaitu mengembangkan inovasi di segala bidang. Jokowi berharap mereka memberi gagasan segar yang inovatif, sehingga dapat mencari cara baru menuju Indonesia maju. 

"Cara-cara yang out of the box, yang melompat untuk kejar kemajuan negara kita," kata Jokowi.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebenarnya berharap para anak muda ini menjadi jembatan antara istana dan publik, senior dan yunior serta jembatan antara orang yang gagap teknologi dan memiliki pemikiran yang maju tentang teknologi. 

"Agar istana tidak menjadi menara gading maka perlu ada penjembatan. Penjembatan ini anak-anak muda di mana sekarang milenial ini jumlahnya sangat banyak, pemikirannya advance, kita kadang-kadang kaget dengan pemikiran itu. Maka harus terakomodasi dengan bagus," ujar Moeldoko di Jakarta, Jumat (22/11/2019).

Menurut Moeldoko, pemerintah tidak bisa menutup diri atas pikiran anak muda. Menurut dia, anak muda yang berprestasi justru memiliki sisi kebangsaan yang tinggi. Dengan demikian, kata Moeldoko, mereka harus dilibatkan dalam pembangunan nasional.

Lingkaran dalam Istana kali ini juga ditengarai cukup besar dibanding periode pemerintahan Jokowi yang lalu. Menurut Moeldoko pemerintahan Jokowi saat ini memang membutuhkan orang yang cukup banyak, agar lebih banyak hal yang bisa dicapai.

"Ada teori efektivitas dan efisiensi. Jadi walau pun kita ngeluarin 1.000 tapi hasilnya sedikit, kita mendingan keluarin 2.000 tapi hasilnya banyak," kata dia.

Kemudian, dengan personel yang cukup banyak, kata Moeldoko diharapkan bisa lebih cepat mencapai sasaran yang ditentukan. "Itu ciri-ciri kepemimpinan presiden adalah speed, waktu yang cepat. Waktu yang cepat itu perlu sumber daya," ujar Moeldoko.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera juga mengapresiasi keputusan Jokowi menggandeng anak muda dan disabilitas untuk masuk ke lingkaran istana. Namun, dia berharap posisi staf khusus ini tidak tumpang tindih dengan struktur yang ada.

Mardani berharap Jokowi segera membuat aturan mengenai tugas para staf khusus ini.  

"Tapi tanpa kejelasan tupoksi, bisa jadi aksesoris semata. Sudah ada KSP (Kantor Staf Presiden). Makanya segera perjelas KPI (key performance indicator) dan tupoksinya. Niat baik harus didukung dengan ekosistem dan tupoksi yang sesuai. Jika tidak sayang, cuma aksesoris," ujar Mardani kepada Liputan6.com.

Sementara, Politikus PKS lainnya, Aboe Bakar Alhabsyi mengatakan posisi staf khusus presiden ini sangat strategis. Mereka, kata dia yang akan merealisasikan janji presiden saat kampanye. Oleh karenanya, ujar dia, pengangkatan staf khusus sebenarnya ditujukan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas Presiden.

"Yang jadi pertanyaan, apakah para milenial ini sudah paham betul dunia kerja, sehingga mereka mampu menjalankan tugas berat tersebut. Jangan sampai keberadaannya hanya enak dilihat, bagus buat berita, namun kedodoran dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya," kata Aboe kepada Liputan6.com.

Infografis Tujuh Wajah Milenial Staf Khusus Presiden. (Liputan6.com/Abdillah)

Sementara Wakil Ketua Partai Gelora Fahri Hamzah menyebut, seharusnya posisi stafsus diduduki oleh orang-orang yang memiliki kapasitas. 

Fahri menyebut tujuh staf khusus muda yang dipilih hanya untuk pajangan atau etalase dan tidak mewakili anak muda keseluruhan.

"Mungkin presiden tidak punya terminologi lain yang digunakan untuk memilih orang sehingga menggunakan terminologi staf khusus, maka mungkin juga fungsinya dibuat lain. Mungkin ini semacam etalase, yang dalam bahasa umum dianggap sebagai duta dari anak muda milienal," ujarnya.

Fahri menyambut baik Jokowi memilih kalangan muda, namun ia melihat yang dipilih hanya kalangan melek digital bukan sektor riil.

"Tapi sayangnya semua ini adalah wajah digital, sementara digital itu menurut saya bukanlah persoalan dasar bangsa Indonesia. Persoalan dasar bangsa Indonesia adalah sektor riil, apa yang kita produksi sendiri, apa yang kita makan kita pakai, tanam, apa yang kita gunakan sehari-hari yang pertumbuhan ekonomi digital tidak menjamin surplusnya sektor produksi," jelasnya.

Mantan Wakil Ketua DPR RI itu berharap Jokowi juga menarik anak muda dari desa yang bergerak di sektor riil seperti pertanian.

"Harus ada anak muda yang didorong karena ia jadi petani, entrepreneur sektor manufaktur atau industri riil. Sehingga, kalau dia dimaksud etalase untuk mendorong anak muda maka etalase lengkap tidak sepihak, tidak pincang, tidak maya atau digital saja. Bisa membuat orang hanya mimpi," katanya.

"Sebenarnya anak yang dipilih bukanlah anak yang bisa ditiru oleh seluruh masyarakat Indonesia yang mayoritas masih hidup di pedesaan dan daerah. Sementara anak ini kebanyakan anak perkotaan yang tumbuh dengan teknologi dan pengetahuan yang lebih dari yang lainnya,” Fahri menandaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Punya Karya dan Pendidikan Berkualitas

Putri Tanjung hingga Angkie Yudistia Diangkat Jadi Staf Khusus Jokowi
Presiden Joko Widodo foto bersama para staf khususnya di Istana Merdeka, Jakarta (21/11/2019). Staf khusus baru kalangan milenial Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma'ruf, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan menilai, ketujuh milenial ini mumpuni untuk menjadi staf khusus presiden. Sebab, kata dia, mereka memiliki karya dan prestasi. Misalnya, Dwi Ayu Kartika yang mempelopori Sabang Merauke untuk menanamkan nilai-nilai toleransi. Kemudian ada pula program sukses di bidang pendidikan bernama Ruang Guru yang dibidani oleh Adamas Belva Syah Devara.

Selain itu, latar belakang pendidikan mereka juga sangat tinggi dan berasal dari universitas ternama di dunia. 

"Jadi kalau melihat karya-karya itu mereka adalah orang yang bisa menunjukkan bahwa mereka dapat melakukan sesuatu di bidangnya jadi dari segi pendidikan semuanya tinggi bahkan dari pendidikan luar negeri seperti universitas-universitas top dunia seperti Harvard, MIT dan sebagainya," kata Djayadi kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (22/11/2019).

Sehingga, kata dia, jika dilihat dari karya dan latar belakang pendidikannya, publik bisa berharap mereka dapat membantu memberi masukan kepada presiden.

Selain itu, kata dia, Presiden Jokowi juga membutuhkan para milenial untuk memberikan masukan tentang terobosan-terobosan untuk membantunya untuk melakukan tranformasi ekonomi.

"Memang kan salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah generasi milenial, transformasi Indonesia itu tidak akan berhasil dengan sukses kalau generasi milenial tidak terlibat dan tidak menjadi salah satu target utama," ujar dia.

Djayadi menekankan tugas staf khusus hanya memberikan gagasan dan masukan kepada Presiden. Mereka, kata dia, tidak memiliki birokrasi untuk mengeksekusi program.

"Stafsus memberi gagasan, saran, membantu presiden menganalisis masalah, membantu presiden soal info apa yang diperlukan dan seterusnya. Eksekusinya kan bukan di stafsus tapi di menteri," kata dia.

Sementara, Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisyah Putri Budiarti yakin, Presiden Jokowi tidak asal-asalan menunjuk staf khusus. Namun begitu, perempuan yang karib disapa Puput ini berharap para staf khusus ini bisa terbuka menyampaikan kepada publik apa target mereka serta gagasan yang disampaikan kepada Jokowi.

"Mereka kan bukan orang yang biasa bekerja di bidang politik pemerintahan mereka notabene adalah CEO. Kita harus lihat ke depannya mereka apakah akan mampu mengemban tugas atau tidak. Jika tidak mampu kita harus mencari hal apa saja yang menyebabkan ketidakmampuan tersebut," ujar Puput kepada Liputan6.com.

Sebab menurut Puput, staf khusus sebelumnya kurang berkomunikasi dengan media. Sehingga publik tidak mengetahui apa saja gagasan mereka dan mana yang digunakan Jokowi. 

Puput berharap stafsus saat ini dapat membantu presiden memberikan gagasan yang segar dan baru. Puput juga berharap mereka bisa membuktikan diri bahwa mereka mampu dan lepas dari bayang-bayang orangtua.

"Sejauh ini kan ada beberapa dari mereka yang dikait-kaitkan dengan orangtua, Nah mereka harus membuktikan bahwa hal tersebut tidak benar, dipilihnya mereka bukan lah karena kaitan orangtua melainkan memang punya kualitas," Puput menandasi.

 

Profil Singkat Para Stafsus Milenial

Putri Tanjung hingga Angkie Yudistia Diangkat Jadi Staf Khusus Jokowi
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) usai mengenalkan staf khusus di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019). Staf khusus baru dari kalangan milenial yakni CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tujuh staf khusus dari kalangan milenial telah dipilih Presiden Jokowi. Selama lima tahun ke depan mereka akan membantu jalannya roda pemerintahan Jokowi dan Ma'ruf Amin hingga 2024 mendatang.

Meski muda, karier ketujuh stafsus Jokowi ini terbilang sukses di bidangnya masing-masing. Berikut profil singkat ketujuh staf presiden Jokowi yang baru:

1. Andi Taufan Garuda Putra, lulusan Harvard Kennedy School. Pria 32 tahun itu diketahui CEO Amartha, perusahaan teknologi finansial yang menghubungkan pendana di perkotaan dengan pengusaha mikro di pedesaan melalui teknologi.

Jokowi mengungkapkan alasan dirinya memilih Andi Taufan sebagai staf khusus. Menurut dia, Andi adalah sosok pengusaha yang sangat memahami bidang Fintech serta mempunyai segudang inovasi di sektor UMKM.

2. Gracia Billy Mambrasar merupakan putra dari Tanah Papua. Dia merupakan pendiri yayasan Kitong Bisa yang berdiri pada tahun 2009. Yayasan ini memfokuskan pada pendidikan anak-anak Papua.

Kitong Bisa mempunyai arti kita bisa, dengan kata lain semua anak-anak Papua bisa meraih pendidikan meski berasal dari keluarga miskin.

Melalui Kitong Bisa, Billy ingin memberikan akses pendidikan untuk anak-anak tidak mampu, khususnya di Papua dan Papua Barat. Sejumlah pelatihan keterampilan juga diselenggarakan.

Saat ini, Kitong Bisa melalui usaha sosialnya, mengoperasikan sembilan pusat belajar dengan 158 relawan dan 1.100 anak.

Sekitar 20 di antara anak didiknya menempuh ilmu di sejumlah perguruan tinggi ternama dunia. Lainnya, ada yang menjadi pengusaha dan juga bekerja di sejumlah perusahaan.

3. Angkie Yudistia merupakan pendiri pusat pemberdayaan ekonomi kreatif untuk disabilitas Indonesia yang bernama Thisable Enterprise sejak 2011 lalu.

Thisable Enterprise memiliki misi untuk memberdayakan disabilitas Indonesia secara ekonomi di dunia tenaga kerja.

Perempuan penyandang tungarungu ini merasa bangga bisa mewakili teman-teman berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia .

4. Putri Indahsari Tanjung merupakan putri pengusaha dari Chairul Tanjung yang lahir pada 22 September 1996.

Dia adalah sarjana Academy of Art di San Fransisco. Pada usia 15 tahun, Putri Indahsari Tanjung sudah aktif menjadi CEO Creativepreneur dan Chief Officer Kreatif.

Menurut Putri, Creativepreneur adalah penyedia event untuk menyebarkan virus entrepreneur bagi anak muda.

5. Adamas Belva Syah Devara atau biasa dikenal dengan nama Belva Devara berhasil meraih gelar ganda, yaitu MBA (Master of Business Administration) Stanford University dan Harvard University dengan jurusan Public Policy.

Usai menyelesaikan studinya, pada 2016 ia kembali ke Tanah Air demi fokus membesarkan Ruangguru yang sebelumnya telah dikelola oleh Iman Usman.

Belva Devara masuk dalam daftar 30 pengusaha muda paling berpengaruh di Asia oleh Forbes Magazine pada 2017.

Saat ditanya mengapa memilih bidang pendidikan untuk pekerjaannya, Belva menjawab, "Tingkat kenaikan diukur dari pendidikan. Pendidikan itu penting. Saya sekarang bisa sampai seperti saat ini karena termasuk orang yang peduli dengan pendidikan. Satu-satunya cara untuk menuntut juga hanya dengan pendidikan."

Kini kesibukan di Ruangguru menjadi rutinitas Belva sehari-hari, tepatnya sejak dia menjadi founder Ruang Guru.

6. Ayu Kartika Dewi adalah lulusan pascasarjana Duke University Fuqua School of Business, Amerika. Dia berhasil sekolah dan lulus dari universitas tersebut dengan beasiswa Keller Scholarship dan Fulbright Scholarship.

Di usia 27 tahun kariernya terbilang cemerlang. Perempuan berjhijab ini juga memegang jabatan Manajer Consumer Knowledge Procter and Gamble (P&G) cabang Singapura.

Dia sekaligus sebagai Initiator dan Co-Founder dari organisasi SabangMerauke. Organisasi tersebut menyelenggarakan program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia.

Ayu mendirikan organisasi ini sekitar 2010-2011 diilhami dengan pengalamannya ketika menjadi guru SD di pelosok Maluku Utara. Saat ini Ayu menjabat sebagai mentor pada Board of Directors SabangMerauke.

7. Aminuddin Ma'ruf adalah Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2014-2016. Aminuddin terpilih dalam kongres yang digelar di Jambi, pada 30 Mei sampai 10 Juni 2014.

Sebelum menjadi ketua umum PMII, Aminuddin dipercaya sebagai Ketua Biro Pemberdayaan Ekonomi.

Aktif dalam berorganisasi tak menjadi penghalang bagi pria kelahiran Karawang ini untuk menimba ilmu setinggi langit.

Kader PMII yang diusung oleh cabang Jakarta Timur ini berhasil menyelesaikan pendidikan SI nya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Semetara, S2 nya dilanjutkan di Universitas Trisakti Jakarta.

Setelah tak lagi menjadi Ketua PMII, Aminuddin Ma'ruf pernah didapuk menjadi Sekretaris Jenderal Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi) dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya