Liputan6.com, Jakarta - Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto merupakan salah satu rumah sakit rujukan penanganan wabah Corona di Indonesia. KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa mengungkapkan kondisi penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut.
Andika menuturkan, tenaga medis di RS rujukan itu tertatih-tatih menangani penyakit yang disebabkan virus SARS-Cov-2 (Corona Wuhan) itu. Dia mengatakan, fasilitas yang dimiliki RSPAD sangat terbatas.
Terlebih, awal-awal wabah Corona merebak, pasien biasanya memilih RSPAD untuk melakukan perawatan. Padahal ada 6 rumah sakit lainnya yang bisa digunakan.
Advertisement
“Walaupun satu dari tujuh (RS), praktiknya itu lebih banyak yang ingin dirawat di RSPAD termasuk VIP sehingga memang beban RSPAD sejak awal ini lebih besar dari tujuh RS lainnya, dan ini berlanjut sampai hari ini karena beberapa pasien dari RS Wisma Atlet pun yang berat itu terpaksa dirujuk ke RSPAD. Yang saya sampaikan tadi, bahwa hanya untuk operasional harian saja RSPAD sendiri itu tertatih-tatih,” ujar dia.
Dia mencontohkan, identifikasi pasien yang dirawat positif terinfeksi Corona atau tidak harus melalui pemeriksaan rapid test PCR berbasis antigen. Padahal, mulanya, fasilitas itu hanya dimiliki oleh Balitbangkes. Waktu tunggu hasil pemeriksaan pun lama.
Hal ini tentu membahayakan tim medis yang merawat pasien yang terindikasi terinfeksi Corona itu.
"Kalau VIP sudah harian, apalagi yang bukan VIP, itu bisa minggu. Sementara mereka sudah harus masuk ruangan tanpa bisa kita tahu pasien ini positif atau tidak dan bisa kita campur (dengan pasien lain) atau tidak. Jadi kebingungan itu terjadi hari ke hari, sehingga begitu mulai kami mendapatkan bantuan dari Kemenkes satu laboratorium PCR, kami berusaha percepat karena memang signifikan. Teknis-teknis pengerjaan ini ternyata bisa kita bantu, kita kawal hari ke hari,” jelas Andika.
Saksikan Video Berikut Ini:
Tantangan Tak Berhenti di Situ
Tapi tantangan terkait pemeriksaan laboratorium tidak berhenti di situ. Sebab ketika laboratorium untuk pemeriksaan PCR sudah ada, pihaknya terkendala pada kesediaan test kit-nya.
"Begitu PCR atau laboratorium PCR jadi pun ada masalah lagi, yaitu reagen atau test kit dari swab-nya. Ketersediannya cuma 400, 200-annya masih berada di Singapura. Sehari kebutuhan 100," kata Andika.
Jika persediaan prasarana tes laboratorium habis, pihaknya terpaksa merujuknya ke laboratorium Balitbangkes.
"Jadi pada saat teleconference kami Senin kemarin, itu hanya tinggal bertahan sampai dengan hari ini untuk test kit swab-nya. Kalau itu tidak ada kan tidak bisa, percuma, ada laboratorium tapi tidak bisa melakukan swab test. Jadi kita harus merujuk lagi ke laboratorium PCR di Balitbangkes, lama lagi," tutur Andika.
Selain itu, ketersedian stok alat pelindung diri (APD) di RSPAD pun hanya cukup untuk 5 hari. Padahal, sehari-hari tenaga medis di RSPAD berpacu dengan waktu untuk menangani pasien Corona.
"Terus APD juga RSPAD saat ini stok cadangannya tinggal 5 hari 4 hari. Bayangin nih, berarti kan dari hari ke hari kita berpacu dalam melodi. Bagaimana mensuplai lagi suplai lagi terus-menerus. Karena kalau tidak dibantu ya sudah, pasti akan collapse. Tidak bisa membantu pasien Covid-19," tandas Andika.
Advertisement
Anggaran Tak Cukup
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, lanjut Andika, TNI Angkatan Darat (AD) melakukan pengalihan anggaran hingga mencapai Rp 40 miliar. Tepatnya Rp 39,9 miliar. Namun, anggaran tersebut pun tidak cukup.
Meski pada perkembangannya, RSPAD juga mendapatkan suntikan dana dari Kementerian Pertahanan.
"Jadi kami kawal hari ke hari dalam mengelola RSPAD ini sehingga kami bisa hadirkan dengan cepat. Dari manapun kami berusaha, anggaran kami pun sudah kami keluarkan. Di bawah Angkatan Darat hampir Rp 40 miliar. Sebenarnya untuk RSPAD sendiri sudah Rp 90 miliar, Rp 50 miliar dibantu Kementerian Pertahanan," ucap Andika.
Kebutuhan anggaran itupun baru untuk 1 rumah sakit. Padahal Angkatan Darat punya 69 rumah sakit yang menjadi rujukan penanganan pasien terinfeksi Corona.
"Itu baru 1 (RS), padahal kami punya 69 (RS). Jadi ini tambahan dari kami, betapa yang sudah jadi rujukan pun paling besar pun di Angkatan Darat, itu kalau tidak kita kawal bisa-bisa berhenti," kata Andika.
"Total di RSPAD sekarang dirawat 75 orang itupun setelah kita berjibaku untuk menyiapkan tambahan-tambahan ruangan fasilitas paling besar. Akan terus komitmen kami mengawal terus supaya RSPAD bisa terus memperbanyak (penanganan) pasien Covid-19," lanjut dia.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka