Ratusan Emak-Emak Tolak Pengoperasian Kembali Pabrik Gas di Bekasi

Warga khususnya keluarga para korban mengaku belum bisa melupakan insiden mengerikan tersebut.

oleh Bam Sinulingga diperbarui 15 Jul 2020, 20:50 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2020, 20:50 WIB
Ilustrasi Gas Elpiji
Pekerja mengangkut tabung gas ke dalam kapal di Rawa Saban, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (17/4). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Liputan6.com, Jakarta Rencana pengoperasian kembali pabrik gas PT Semar Gemilang di Jalan Raya Sukaringin, Desa Sukaringin, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mendapat penolakan ratuaan warga setempat yang didominasi kaum emak-emak.

Penolakan warga didasari rasa trauma atas insiden kebakaran pabrik yang menyebabkan 5 orang tewas dan sejumlah warga terluka, pada akhir Januari lalu. Mereka pun berbondong-bondong menyambangi kantor desa setempat untuk menyuarakan hal ini.

"Kami tidak setuju kalau pabrik gas itu dibuka lagi di tengah permukiman warga. Karena sampai sekarang kami masih terauma dan sangat takut," kata Mumun (30), salah seorang warga, Rabu (15/7/2020).

Warga khususnya keluarga para korban mengaku belum bisa melupakan insiden mengerikan tersebut. Bahkan ada beberapa kerabat mereka yang masih dalam proses pemulihan luka bakar yang dialaminya.

"Saudara kita sampai sekarang pun masih sakit, belum sembuh lukanya gara-gara ledakan itu. Pihak pabrik juga gak ada etika dengan kami," ujarnya.

Warga juga sempat menyampaikan kekecewaan atas ketidakhadiran kepala desa (kades) setempat, dalam dialog yang digelar bersama pihak perusahaan itu.

"Seharusnya kepala desa hadir dong, ini malah gak hadir," celetuk Mumun.

Sikap Kades

SM GMBI yang kala itu mendampingi juga ikut menyayangkan sikap Kepala Desa Sukaringin yang terkesan abai terhadap warganya. Terlebih sang kades sebelumnya diketahui sempat menolak keberadaan pabrik gas itu di tengah permukiman warga.

Hal ini spontan menimbulkan spekulasi adanya kongkalikong dibalik rencana beroperasinya kembali pabrik gas tersebut.

"Kami curiga dengan ketidakhadiran kades. Sepertinya ada keberpihakan kepada perusahaan. Kami juga tidak yakin perusahaan telah mengantongi izin berdiri dan beraktifitas di tengah permukiman warga," ucap Hartono, pihak LSM GMBI.

Oleh karena itu, lanjut Hartono, pihaknya akan terus mengawal warga dan mengawasi masalah ini hingga tuntas. Warga juga telah bersiap untuk selanjutnya melakukan aksi unjuk rasa kepada dinas terkait, agar keinginan mereka didengar dan dikabulkan.

"Ini didasari penolakan warga yang tidak didengarkan oleh pihak perusahaan yang ngotot akan beroperasi di tengah rasa trauma warga," pungkas Hartono.

Sebelumnya kebakaran melanda pabrik milik PT Semar Gemilang, pada Selasa 28 Januari 2020 dini hari. Kebakaran diduga terjadi akibat ledakan tabung gas elpiji di pabrik gas tersebut. 5 orang tewas dan 11 orang dilaporkan terluka dalam insiden ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya