SMRC: Mayoritas Masyarakat Tidak Setuju Isu Jokowi Terkait PKI

Dari temuan trend selama periode Juni 2016 sampai April 2019 mengatakan, bahwa mayoritas masyarakat tidak sepaham dengan isu Jokowi terkait PKI.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 30 Sep 2020, 23:17 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 23:17 WIB
Survei SMRC Tren Elektabilitas Jokowi Terus Ungguli Prabowo
CEO SMRC Djayadi Hanan memaparkan grafik saat rilis hasil survei nasional Tren Elektabilitas Capres: Pengalaman Menjelang Hari H (2004-2019) di Kantor SMRC, Jakarta, Minggu (7/10). (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Mengemukanya isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) saat ini membuat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), merilis hasil trend atas isu keterkaitan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan partai komunis ini. 

Hasilnya, dari temuan trend selama periode Juni 2016 sampai April 2019 mengatakan, bahwa mayoritas masyarakat tidak sepaham dengan isu Jokowi terkait PKI. 

"Rentang waktu dimulai September 2017 hingga April 2019. September 2017 trend mengatakan bahwa 75 persen mengatakan tidak setuju, setahun berikutnya berkurang 3 persen, dan hasil teranyar April 2019 pada Pilpres kemarin 80 persen yang mengatakan demikian," kata Peneliti Saiful Mujani Research Centre (SMRC) Sirajuddin Abbas dalam jumpa pers virtualnya, Rabu (30/9/2020). 

Sirajuddin menilai, trend dari isu ini banyak warga yang cenderung tidak setuju dengan isu tersebut. Dia mengungkap, trend yang mengatakan setuju bahwa Jokowi orang atau terkait PKI tidak pernah lebih dari 6 persen dalam rentang waktu yang sama. 

"September 2017 hanya 5 persen yang berkata demikian. Setahun berikutnya berkurang menjadi 4 persen, dan April 2019 pada saat Pilpres 6 persen," jelas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Jawab Tidak Tahu Menurun 14 Persen

Namun demikian, trend isu terkait juga mengungkap bahwa mereka yang memilih jawaban tidak tahu, berdasarkan rentang waktu yang sama, angkanya terus menurun. 

"September 2017, ada 20 persen mengatakan tidak tahu atau tidak setuju. Setahun berikutnya menjadi 23 persen, dan April 2019 menurun menjadi 14 persen," dia menandasi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya