Profil Herman Lantang, Sahabat Soe Hok Gie yang Berpulang

Herman Onesimus Lantang atau yang lebih dikenal Herman Lantang, salah satu pendiri organisasi Mapala UI yang juga sahabat Soe Hok Gie meninggal dunia. Berikut profilnya.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 22 Mar 2021, 10:19 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2021, 08:46 WIB
Salah satu pendiri organisasi Mapala UI, Herman Onesimus Lantang, yang juga sahabat Soe Hok Gie meninggal dunia
Salah satu pendiri organisasi Mapala UI, Herman Onesimus Lantang, yang juga sahabat Soe Hok Gie meninggal dunia, Senin (22/3/2021). (Instagram Herman Lantang Camp)

Liputan6.com, Jakarta - Herman Onesimus Lantang atau yang lebih dikenal Herman Lantang, salah satu pendiri organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) meninggal dunia.

Kabar meninggalnya Herman terlihat dari akun instagram @hermanlantangcamp. Herman yang merupakan sahabat karib Soe Hok Gie dikabarkan meninggal dunia pukul 03.00 WIB di RSUD Tangerang Selatan, pada hari ini, Senin (22/3/2021).

Namun tak dijelaskan penyebab meninggalnya Herman Lantang yang disebut sebagai pemimpin dalam perjalanan pendakian perdana Mapala UI ke Gunung Semeru pada Desember 1969. Pada pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa itu pula, Soe Hok Gie meninggal dunia.

Herman Lantang adalah mantan mahasiswa jurusan Antropologi di Fakultas Sastra UI (FSUI). Dia juga pernah menjadi ketua senat FSUI pada medio 1960-an. Salah satu pendiri Mapala UI itu akhirnya memimpin organisasi yang dia dirikan pada 1972-1974.

Dia juga menjadi salah satu inspirator gerakan demo long march mahasiswa UI untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno pasca G30 S dan semasa Tritura.

Pria kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara ini memiliki kegemaran dengan alam karena kerap diajak sang ayah yang merupakan tentara ini keluar masuk hutan di kawasan Tomohon untuk berburu. Dari situ, lambat laun kecintaannya terhadap hutan yang sarat aroma petualangan timbul.

Setelah tamat dari Europrrshe Lagere School SR GMIM4 (setaraf SD), Herman Lantang kecil melanjutkan ke SMPK Tomohon.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Teliti Suku Dhani Papua

Herman mulai hijrah ke Ibu Kota bersama orangtuanya yang saat itu dipindahtugaskan ke daerah baru. Kemudian di Jakarta dia melanjutkan kembali pendidikan formalnya, ketika diterima di SMA 1 (Budi Utomo) pada 1957.

Tak puas sampai di situ, Herman mulai melirik perguruan tinggi yang menurutnya akan memberikan sistem pendidikan terbaik. Saat itu, di tahun 1960, melalui segudang tes yang cukup rumit, ia pun berhasil diterima di FSUI. Jurusan Antropologi yang banyak berkutat dengan kebudayaan dan perilaku manusia.

Melalui jurusan ini pula ia sempat melakukan penelitian mendalam terhadap perilaku suku terasing 'Dhani' di Papua pada 1972, yang mengantarkannya mencapai gelar sarjana.

 

Mud Doctor

Ketika tak lagi berkegiatan di kampus, jiwa petualangan pula yang membuat Herman bisa diterima di beberapa perusahaan pengeboran minyak ternama, seperti Oil Field all part of Indonesia, East Malaysia Egypt dan Australia East Texas USA.

Di perusahaan tersebut ia lebih terkenal sebagai Mud Doctor, yang menangani masalah lumpur-lumpur dalam pengeboran minyak bumi. Sebuah pekerjaan yang memang sangat jauh dari disiplin ilmu yang dulunya hanya Fakultas Sastra.

Namun, untuk profesi barunya itu, ia tidak main-main. Herman bahkan sempat mengenyam pendidikan singkat di Houston Texas pada 1974 mengambil studi tentang "Mud School".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya