Pesan Dokter Reisa untuk Lindungi Anak Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Di dunia digital pun banyak ancaman bagi anak, baik soal perundungan atau tindakan bully, diskriminasi, hingga kekerasan verbal di media sosial.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 23 Jul 2021, 21:43 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2021, 21:43 WIB
Dokter Reisa Broto Asmoro dalam konferensi persnya sebagai bagian dari Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Indonesia pada Senin (8/6/2020) (Tangkapan Layar siaran BNPB)
Dokter Reisa Broto Asmoro dalam konferensi persnya sebagai bagian dari Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Indonesia pada Senin (8/6/2020) (Tangkapan Layar siaran BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, dokter Reisa Broto Asmoro menyampaikan rasa prihatinnya atas kondisi anak-anak Indonesia yang masih menghadapi situasi pandemi Covid-19. Hingga Hari Anak Nasional 2021 ini, tercatat lebih dari 60 juta anak kehilangan masa indah di sekolah, sebagian bahkan tidak bisa melakukan pembelajaran jarak jauh karena fasilitas tidak tersedia.

Banyak anak yang kehilangan kesempatan bermain dan mengenal alam terbuka. Di dunia digital pun banyak ancaman bagi anak, baik soal perundungan atau tindakan bully, diskriminasi, hingga kekerasan verbal di media sosial.

"Tekanan dan beban mental saat menjalani pandemi pasti tidak mudah bagi anak-anak Indonesia, dan yang paling membuat sedih, beberapa dari anak Indonesia, kehilangan orangtua mereka yang tidak dapat diselamatkan, pada saat menderita Covid-19," tutur Reisa dalam keterangannya, Jumat (23/7/2021).

"Kami turut berduka cita atas kehilangan mereka, dan mendoakan yang terbaik, bagi mendiang ayah bunda yang mendahului kita. Semoga Tuhan memberikan kekuatan dan kesabaran bagi anak yang ditinggalkan. Justru pada masa pandemi, anak Indonesia harus makin kita lindungi, agar masa depan mereka, yaitu masa depan kita juga, jauh lebih baik," sambungnya.

Reisa berharap penambahan kasus harian Covid-19 bisa segera turun dengan signifikan. Kapasitas rumah sakit juga diupayakan maksimal untuk merawat pasien dengan gejala berat meskipun jumlahnya bertambah, dan angka kematian karena Covid-19 harus ditekan sampai serendah mungkin.

Sejak awal pandemi, pemerintah juga terus menguatkan testing, tracing, dan treatment atau 3T. Reisa mengatakan bahwa testing atau menguji seseorang positif atau negatif terhadap Covid-19 sangatlah penting agar pasien cepat dirawat, dibantu sembuh, dan jangan sampai menulari orang lain.

"Tidak semua orang memiliki kesehatan prima, misalnya orang lanjut usia yang sudah punya penyakit menahun, apabila tanpa sengaja tertular oleh orang yang membawa virus, bisa berakibat fatal. Tracing atau kegiatan melacak siapa saja yang dekat dengan pasien yang baru saja diketahui positif Covid-19, supaya kita tahu siapa saja yang tertular dan yang tidak," jelas Reisa.

"Treatment atau perawatan, bagi yang terkonfirmasi positif setelah melakukan testing dan tracing bisa segera kita periksa, untuk memutuskan apakah disarankan isolasi mandiri, dirujuk ke isolasi terpusat punya pemerintah, atau bagi yang punya penyakit peserta yang berbahaya, dirujuk segera di rumah sakit rujukan, agar dapat perawatan intensif," lanjutnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pasien Sembuh Makin Banyak

Sejauh ini, kata Reisa, sudah ada hampir 1.000 rumah sakit rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia. Sementara tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Indonesia saat ini sudah hampir 125 ribu ruangan.

"Upaya pemerintah ini semoga membuat pasien sembuh makin banyak, kemarin kasus sembuh kita 36.370, naik dari hari sebelumnya yang berjumlah 32.887," Reisa menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya