Jawaban Dyan Dilato atas Isu Marshal di Sirkuit Mandalika hingga Diduga Hina Warga NTB

Dalam siaran pers yang dikeluarkan MGPA, pengunduran diri Dyan akibat ucapannya yang diduga menghina masyarakat NTB yang menjadi marshal di Sirkuit Mandalika.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Nov 2021, 12:31 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2021, 20:44 WIB
Keindahan Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat
Keindahan Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (dok: ITDC/MGPA)

Liputan6.com, Jakarta Sirkuit Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) kini tengah jadi sorotan. Bukan hanya disiapkan untuk World Superbike (WSBK) pada 19-21 November 2021 dan MotoGP pada Maret 2022 mendatang, namun aksi Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat mengaspal di trek mulus Mandalika juga tak kalah menyita perhatian. 

Namun, belum lama ini polemik terkait Marshal dan sejumlah isu lainnya ikut mewarnai trek yang baru saja diresmikan Jokowi, pada Jumat 12 November lalu.

Beredar kabar adanya dugaan penghinaan yang dilakukan Head of Operation Sporting MGPA, Dyan Dilato kepada masyarakat NTB yang menjadi marshal sebelum akhirnya dirinya resmi mengundurkan diri.

Dugaan penghinaan yang dimaksud lantaran Dyan menyebut warga setempat yang bertugas dengan marshal katrok dan ndeso. 

Selain kasus marshal, ada isu lain yang berkembang dan menyeret namanya. Seperti soal uang makan, transport hingga ibadah.

Atas semua tuduhan tersebut, kepada Liputan6.com, Dyan pun memberi klarifikasinya. Berikut sederet pernyataannya lewat wawancara eksklusif: 

Menjawab Terkait Isu Marshal

Dalam pernyataannya, Dyan mengatakan ada sejumlah masalah saat pelatihan Marshal karena waktu yang kurang. Akibatnya bisa dilihat Idemitsu Asia Tallent Cup (IATC) batal digelar.

"Ok jadi begini pak, perekrutan dari marshal. Mas tahu marshal kan? Yang kibar-kibar bendera itu untuk semua jadi krew. Itu udah dari 4, 5 bulan lalu.

Jadi awalnya itu dari orang Mataram. Cuma kebijakannnya itu terakhir, bupati nggak boleh ambil dari luar bupati lombok tengah. Artinya mas, jadi akamsilah, anak kampung sini. Didiklah.

Tapi kan training itu belum secara langsung. Traning masih visual. Visual itu lewat viedo segala. Udah ngerti, udah. tapi kan benderanya belum ada, kursinya belum ada, dan sirkuitnya belum ada.

Intinya adalah tracking itu kan belum selesai mas. Jadi baru jadi itu, saya balap itu hari sabtu, hari sabtunya sendiri temen-temen marshal baru pegang bendera mas. Baru pegang radio dia. Nggak ngerti pegang radio gimana.

Jadi singkat cerita, jadi memang dia itu bukan menjalankan tugas dan itu sudah terbukti loh mas, bahwa ada di radio kontrol. Di rest kontrol itu sudah terbukti.

Misalnya ada motor jatuh di pen satu, kan dia harus ngibarain bendera. Nah, dia nggak ngibarin bendera, dia nonton. dan itu terbukti mas.

Sendy mau lo gimana, padahal dari situ kita belum ngibarin belanda. Terus sebelum malam itu, ada namanya track inspektion dari tim saya juga di situ.

Disuruh kibarin bendera, keluarin bor, dia nggak keluarin, kan keliatan. Logikanya mas, hari sabtu itu ada dua. Salah satunya qualifying, kita sudah berusaha. Betul dong mas?

Berarti kan pimpinan lomba disana first director menilai bahwa oke marshalnya cukul 350, cukup dong. Mungkin karna panas, pikiran mereka kan gampang karena berdiri terus cape, ya hari minggunya datangnya sedikit. Emang kurang juga.

Saya kan sudah mendelegasikan sama koordinator marshalnya, orang sana juga. Lo atur, sudah gak mungkin. Waktu udah di trackinh inspekstin gtu, jadi mo balapnya jam 12, sempet keluar semua lo mas. Ngerti nggak?

Kalau dari awal dia di pressure memang nggak mampu, kamn beda, nggak jalannya itunya. Jadi udah mau on the greed, nggak tahu kenapa di dua corner terakhir, itu dia bilang pos 17 kibarin bendera, ya dikibarin.

Akhirnya begitu udah on the greed, first director bilang, wah ini bahaya nih kalau dia nggak dengerin radio gue. Itu banyak masalahnya. Ada yang radionya katanya btrenya abis, padahal baru diambil. Ada yang bilang dia nggak tahu cara pencet radionya. Jadi dia mencetnya sedikit ngggak bunyi. Jadinya nggak nyampai omongannya.

Tapi intinya adalah dimana-mana di dunia pak, itu nggak bisa langsung kejuaraan Asia, apalagi kejuaraan dunia. Semua perlu proses.

Juaranya kalau kaya orang mau panggung, ada namanya general repitisi atau simulasi gitu loh. Ini kan belum. Nah sekarang niat saya, udah tahu kaya gitu saya bilang, saya perlu waktu.

Persoalannya kan belum ada waktulah, kipnya aja belum jadi semuanya belum jadi. Dan itu terbukti mas. Saya bicara begini udah terbukti ada rekamannya. Bukan Pembelaan diri loh.

Menjawab Dugaan Telah Menghina Warga NTB

Lewat wawancara eksklusif bersama Liputan6.com, munculnya dugaan dirinya telah menghina warga NTB, Dyan langsung membantahnya.

"Itu tidak benar," katanya.

Dyan mengaku heran kenapa muncul berita seperti itu. "Yang nggak suka itu mas, pake logika aja mas, mana mungkin seorang saya, Dyan yang berpendidikan secara formal ngomong ke media, eh itu medianya katro, ndeso. Mungkin nggak mas ngomong kaya gtu mas?

Nggak mungkin dong mas. Saya itu biasa kalau sama temen-temen bercanda di WhatsApp. Lo kenapa lo begini-begini, saya bilang aduh. Karena kita kan kalau mau berteman, tapi kita kan nggak tahu nih kadang kalau temen di grup ada persaingan atau kaya gimana dia melihat saya. Jadi percaya gitu kan.

Tapi di forword nggak kaya wartawan ke temen-temen. Tapi cuma kan itu jaman sekarang kan cepet banget mas. Initinya adalah saya tidak pernah memnbuat pernyataan itu. Itu jelas

Dan saya berani diketemukan. Dia pasti nggak ada rekaman mas. Saya kalau abun kedengaran itu ngaco, itu hoaks. Tapi sebelum berita itu dimunculkan, saya sudah mengundurkan diri. Ada buktinya surat pengunduran diri.

Saya bisa kasih tahu mas, tapi nggak mau forword. karena itu bisa boomerang lagi. Kalau mas ingin datang ketemu saya minum kopi mah boleh.

EO-nya Riki juga ada. Karena ini kita nggak ngerti mas, siapa yang kepada saiapa berita dipelintir, di forword kan kacauu. Jadi kadang-kadang memang senang cari sensasi orang supaya follower banyak, subscriber banyak, padahal itu berita bohong.

Ya, tapi kalau orang yang deket sama saya mas, saya bukan butuh pembelaaan. Tapi saya nggak pernah punya reputasi seperti itu mas.

Saya nggak mungki di finn 15 tahun di empat periode 20 tahun melakukan suatu tindakan tidak sopan, nggak mungkin mas. Bukan pembelaan diri, enggak.

Saya dengan posisi saya sekarang ini,saya bisa buktiin mas dengan portofolio saya mas. Tapi intinya adalah saya bisa majuin, temen saya bilang lo bikin deklarasi, saya cuma ngomong gitu ajalah.

Kalau mas mau quote pernyataan saya, silahkan."

Klarifikasi soal Uang Makan dan Larangan Beribadah

Mengenai isu nasib marshal, Dylan menegaskan tidak pernah menawarkan posisi marshal sebagai pekerjaan. Dia pun mengklarifikasi perihal uang makan dan dilarang beribadah. 

Katanya itu tidak benar. Terkait uang transport memang akan diberikan tapi hari minggu.

"Pikiran mereka, marshal itu pekerjaan, padahal itu bukan pekerjaan. Semua itu harus ada bukti mas. Kalau saya pernah ngomong itu adalah pekerjaan, mana buktinya. Pernah nggak saya ngomong gitu? Baik tertulis atau rekaman, pernah nggak? Nggak ada. Berarti kan orang itu ngaco.

Jadi jaman sekarang ini mas, rentan sekali mana kebenaran, mana orang yang bikin hoaks. Itu saja, bilang sudah nggak bener semua mas.

Gini loh, kalau makan nggak dikasih sudah nggak bener. Gini mas, kalau mau tanya marshal ada 300, kenapa dengerin satu orang. Cek juga tuh ada 200 orang, bener nggak tuh orang. Termasuk yang kaga boleh solat.

Kalau uang transport, memang rencananya itu baru mau dikasih sekaligus hari minggu. Tapi gara-gara nggak bales atau gimana, saya juga nggak tahu, ini kan buat saya mas.Itu kan cuma dari BUMN. Kenapa saya yang jadi bulan-bulaman?

Jadi kita meski memilah-milah mas. Artinya mana yang bener dan nggak bener. Seorang saya nggak mungki membuat pernyataan yang mau menyakiti orang tidak ada. Dan itu bisa dibuktikan.

Saya mau panggil pak. Ibaratnya, mana panggil klik mataram itu. Ini ada buktinya, nggak ada. Berarti Anda fitnah. Undang Undang ITE itu. Ini bukan pembenaran, bukan. Saya nggak perlu pembenaran, tapi benar adalah benar jangan sampai yang benar itu disalahkan karena dipelintir."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya