Nadiem Makarim Ungkap Tiga Dosa Besar yang Mencoreng Dunia Pendidikan di Indonesia

Tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yang diungkap Nadiem menurutnya membuat kegiatan belajar di sekolah menjadi tidak kondusif.

oleh Yopi Makdori diperbarui 19 Nov 2021, 10:40 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2021, 09:19 WIB
Menteri Nadiem Makarim
Menteri Nadiem Makarim saat memberikan sambutan pada peresmian revitalisasi gedung SMK Negeri 2, 5, dan 6 Surakarta.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim berkomitmen untuk tidak membiarkan segala bentuk intoleransi terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Dia pun menyebut intoleransi sebagai salah satu dari tiga dosa besar yang ada di dunia pendidikan Indonesia saat ini, dua lainnya yaitu perundungan (bullying) dan kekerasan seksual.

Nadiem menilai, tiga dosa besar itu menurutnya membuat pembelajaran menjadi tidak kondusif. Untuk itu ekosistem yang tidak kondusif seperti hal-hal intoleran yang terjadi didalamnya, tidak boleh dibiarkan ada di lingkungan pendidikan.

"Masa depan dia (korban) terancam, dengan adanya trauma yang diakibatkan dosa besar tersebut," tegas Nadiem dalam keterangan tulis, Jumat (19/11/2021).

Lebih lanjut Nadiem mengatakan, hubungan psikologis antara guru, orang tua, dan teman di sekitar kampus, memegang peranan penting dalam keberlangsungan ekosistem pendidikan.

Asesmen Nasional, menjadi inisiatif Kemendikbudristek dalam mewujudkan lingkungan belajar yang bebas dari diskriminatif. Dalam menghasilkan pemetaan yang objektif, mekanisme AN dilakukan melalui teknik sampling untuk mengambil data yang dibutuhkan. Pertanyaan yang tersaji tidak hanya sebatas numerasi dan literasi, namun survei karakter dan lingkungan belajar. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

 

Kedepankan Nilai Keberagaman dan Toleransi

Ilustrasi Pelecehan Seksual Anak
Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Nadiem menyampaikan bahwa pada AN, murid dan guru akan ditanyakan mengenai nilai Pancasila dan tingkat keamanan mereka di lingkungan sekolah.

Dengan demikian, upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, khususnya keimanan, ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, serta kebhinekaan global dapat tercapai. 

Selanjutnya, kebijakan kementerian juga merambah pada nilai-nilai keberagaman dan toleransi. Hal ini terlihat pada program Kampus Merdeka dan pertukaran pelajar baik di dalam negeri maupun luar negeri.

"Mereka (mahasiswa) akan praktik langsung mengenai toleransi dalam kerukunan antaragama (dari program ini)," Nadiem menandaskan. 

 
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya