Kemendikbudristek Beberkan Keuntungan Pakai Kurikulum Prototipe, Apa Itu?

Sebelum mengadopsi Kurikulum Prototipe, Kemendikbudristek meminta sekolah untuk memahami secara mendalam konsep kurikulum ini terlebih dahulu.

oleh Yopi Makdori diperbarui 30 Des 2021, 09:35 WIB
Diterbitkan 30 Des 2021, 09:29 WIB
OTO: Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka di Tangerang
Siswa mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SMAN 1 Kota Tangerang, Banten, Senin (6/9/2021). Dinas Pendidikan Provinsi Banten uji coba PTM di SMA di Kota Tangerang secara terbatas dengan sistem bergiliran serta menerapkan protokol kesehatan ketat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengadopsi satu di antara tiga pilihan kurikulum pada 2022. Ketiganya adalah Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 yang disederhanakan atau kerap disebut Kurikulum Darurat, dan yang terbaru Kurikulum Penggerak atau Kurikulum Prototipe.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbudristek, Zulfikri menerangkan, terdapat sejumlah keuntungan bagi sekolah jika memilih untuk menggunakan Kurikulum Prototipe.

Misalnya, lewat Kurikulum Prototipe guru tidak dikejar-kejar target materi pembelajaran yang padat, guru lebih fokus pada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa, metode pembelajarannya lebih bervariasi, situasi belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa, serta guru diberi kesempatan untuk mengeksplor potensi siswa lewat berbagai inovasi pembelajaran.

"Kurikulum Prototipe berbasis kompetensi statusnya semacam model. Model untuk pilihan di mana guru dan murid tidak merasa terlalu terbebani. Penyempurnaan dari kurikulum darurat, di kurikulum prototipe ini (strukturnya) lebih ditata selain disederhanakan juga," kata Zulfikri dalam keterangannya, Kamis (30/12/2021).

Sebelum mengadopsi Kurikulum Prototipe, Zulfikri meminta sekolah untuk memahami secara mendalam konsep kurikulum ini terlebih dahulu.

"Karena ini pemulihan, dilakukan pengurangan materi dari Kurikulum 2013 yang padat dan dipilih materi yang esensial. Sehingga guru punya waktu memulihkan proses pembelajaran itu dan melakukan inovasi pembelajaran yang fokus kepada anak berdasarkan konteks, kebutuhan, dan potensi anak yang beragam," jelas dia.

Zulfikri mengatakan, dengan semakin meningkatnya layanan pembelajaran di sekolah maka anak akan tumbuh dan berkembang sesuai potensi, dan hilangnya pembelajaran (learning loss) pun bisa diatasi.

"Kalau menggunakan kurikulum yang padat materi sementara PTM dilakukan secara terbatas, itu tidak mungkin (akan mencapai kualitas belajar yang diharapkan). Sehingga (kurikulumnya) perlu disederhanakan," terang dia.

Pemulihan pembelajaran

Kemendikbudristek juga mengaku telah melakukan pengawasan dan evaluasi penerapan kurikulum darurat yang disebut dapat mengurangi dampak learning loss akibat pandemi secara signifikan.

Studi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menunjukkan bahwa siswa pengguna kurikulum darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya.

Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73 persen (literasi) dan 86 persen (numerasi).

"Saat penerapan kurikulum darurat, terjadi mitigasi 73 persen dari learning loss. Dan ini dilanjutkan dengan kurikulum prototipe pemulihan pembelajaran yang menjadi dasar untuk pengembangan Kurikulum Prototipe. Selama dua tahun, yaitu tahun 2022 sampai dengan 2024 sekolah dapat menerapkan kurikulum prototipe ini. Untuk kemudian akan kita evaluasi kembali," tutur Zulfikri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya