Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini masyarakat dibuat heboh dengan Tini, pengemis di Kota Bogor, Jawa Barat yang memiliki cek senilai Rp1,3 miliar. Padahal selama ini Tini tinggal di kolong jembatan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dan kesehariannya memang menjadi pengemis.
Kisah Tini terkuak dari hasil operasi penertiban penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) oleh Satpol PP dan Dinas Sosial Kota Bogor, Kamis 27 April 2023. Petugas menggiring Tini untuk dimintai keterangan tentang aksinya. Ternyata, bukan kali pertama Tini terjaring operasi pengemis jalanan.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kota Bogor Dodi Wahyudin mengatakan, Tini mengejutkan para petugas yang menginterogasinya. Pasalnya, kata Dodi, wanita berkulit hitam memakai topi ini diduga memiliki harta kekayaan senilai lebih dari Rp1 miliar.
Advertisement
"Ditemukan ada cek senilai Rp1.350.000.000 dan 2 STNK sepeda motor, salah satunya Honda 150 cc," ujar Dodi.
Rupanya, jauh sebelum kisah Tini yang merupakan diduga pengemis kaya, pada 2017 lalu ada Sri Keryati saat itu berusia 55 tahun. Dia ditangkap petugas dari Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat saat mengemis di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Kramat Sentiong, Jakarta Pusat, Minggu, 12 November 2017.
Saat tertangkap, petugas menemukan emas dan uang yang jumlahnya cukup mencengangkan, hampir Rp23 juta.
"Uang kertasnya itu Rp 22 juta sekian, terus ada uang recehnya jadi hampir Rp23 juta. Sedangkan emasnya itu dibungkus, tidak dipakai karena dia kan sedang mengemis," kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat, Susana Budi Susilowati, kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin, 13 November 2017.
Dan pada 2019, petugas Suku Dinas Sosial Kota Administrasi Jakarta Selatan menangkap seorang kakek yang berprofesi sebagai pengemis dengan barang bukti uang senilai Rp194,5 juta hasil dari mengemis di jalan.
Berikut sederet kisah pengemis kaya yang menjadi jutawan bahkan miliarder sempat membuat heboh masyarakat Indonesia dihimpun Liputan6.com:
Â
1. Pengemis Bernama Sri Keryati pada 2017 Silam
Perempuan bernama Sri Keryati saat itu usianya 55 tahun. Dia ditangkap petugas dari Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat saat mengemis di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Kramat Sentiong, Jakarta Pusat, Minggu, 12 November 2017.
Saat tertangkap, petugas menemukan emas dan uang yang jumlahnya cukup mencengangkan, hampir Rp23 juta.
"Uang kertasnya itu Rp22 juta sekian, terus ada uang recehnya jadi hampir Rp23 juta. Sedangkan emasnya itu dibungkus, tidak dipakai karena dia kan sedang mengemis," kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat, Susana Budi Susilowati, kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin, 13 November 2017.
Â
Advertisement
2. Pengemis Punya Rp1 Miliar di Bogor
Legiman merupakan seorang pengemis berusia 52 tahun asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Namanya sempat menjadi bahan pergunjingan publik karena mengaku memiliki kekayaan dari hasil mengemis mencapai Rp1,4 miliar.
Angka Rp1,4 miliar berupa uang, rumah, tanah pekarangan, dan tabungan. Untuk tabungan yang disimpan adiknya mencapai Rp 900 juta, aset tanah Rp275 juta, dan rumah senilai Rp 250 juta.
"Legiman tercatat sebagai warga Ngawen, Kecamatan Margerojo, Pati. Ngakunya punya kekayaan Rp 1,4 miliar. Pengakuannya itu saat terjaring razia dan kebetulan di video dan jadi viral," kata Sekretaris Satpol PP Kabupaten Pati, Imam Rifai, kepada Liputan6.com, Kamis 17 Januari 2019.
Menurutnya, saat sepi, pendapatan sehari sekitar Rp500 ribu. Namun, ketika ramai Legiman mengaku bisa membawa pulang uang hingga Rp2,5 juta. Ketika terjaring razia Minggu, 12 Januari 2019, didapat uang Rp600 ribu.
"Hari ini sepi. Hanya dapat Rp 695 ribu," kata Lik Man Ceker, panggilan akrabnya ketika ditangkap di sekitar Simpang Lima, Pati.
Dalam pengakuannya Lik Man kerap mendapatkan makanan dan minuman. Bahkan, jika beruntung berttemu Anak Buah Kapal, ada yang memberinya Rp50 ribu.
Lik Man Ceker sendiri sudah dua kali terjaring razia. Tiap razia ia mengaku dalam semalam ia mampu mengumpulkan uang Rp 500 ribu hingga Rp1 juta.
Satpol PP tidak mau gegabah mempercayai pengakuan itu. Namun, Imam Rifai menyebut bahwa penjelasan itu memang berasal dari mulut Legiman sendiri.
Kepala Desa Sokokulon, Pati, tempat di mana Legiman tercatat sebagai warga menyebutkan, Legiman tidak memiliki rumah dan hanya kos. Sehingga pengakuannya terasa janggal.
"Hidup di rumah kos saja, yang bayari adiknya yang jualan rosok (barang-barang bekas), tiap bulan Rp400 ribu. Jika punya aset miliaran mosok kerjanya juga mengemis setiap hari," kata Masrikan, Kades Sokokulon, kepada Liputan6.com, Kamis 17 Januari 2019.
Pemilik rumah kos yang ditempati Legiman juga meragukan pengakuannya itu. Menurut dia, jika memang punya tabungan uang sampai Rp 900 juta tentu uang kos tak jadi masalah.
"Tapi ini kok dibayar sama adiknya yang kerja jualan rosok. Saya kok ragu," kata Mohadi.
Â
3. Pengemis di Bogor Punya Mobil
Pengemis bernama Herman diamankan anggota Satpol PP Kota Bogor saat mengemis di Yasmin, Jalan Abdullah bin Nuh, Kota Bogor, Rabu 20 Maret 2019.
Sosoknya sempat populer lantaran beberapa hari sebelum razia, dia kedapatan hendak mengemudikan mobil minibus untuk meninggalkan lokasi tempatnya mengemis.
Terkuaknya seorang pengemis tua memiliki mobil itu berawal saat sejumlah anggota Satpol PP sedang melakukan giat penertiban alat peraga kampanye di kawasan Jalan Abdullah bin Nuh, tepatnya di Simpang Yasmin pada Senin 18 Maret 2019.
Karena dikira kedatangan petugas Penegak Perda yang hendak melakukan razia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), pria yang belum diketahui identitasnya itu terlihat tergesa-gesa masuk area parkir gedung dekat Lotte Mart.
Secara kebetulan, kendaraan yang ditumpangi petugas Satpol PP pun masuk ke tempat yang dituju kakek tersebut dan parkir saling berdekatan. Karena takut digelandang ke kantor, kakek tanpa hidung itu langsung mengeluarkan kunci mobil dari saku baju kokonya.
Namun, sesaat akan membuka pintu depan mobilnya, anggota Satpol PP yang sudah mengenali wajah pengemis itu lantas menghampiri dan menginterograsinya. Begitu mengetahui kakek itu memiliki kendaraan pribadi, para anggota Satpol PP pun tercengang.
Para petugas kemudian hanya melakukan pengusiran terhadap kakek yang mengenakan sarung, baju koko, dan peci hitam itu. Sebelum meninggalkan lokasi, seorang anggota Satpol PP sempat memfoto saat pengemis membuka pintu kemudi mobilnya.
Pada Rabu 20 Maret 2019, kakek tanpa hidung ini kemudian digelandang ke Kantor Satpol PP di Jalan Pajajaran Kota Bogor untuk dimintai keterangan. Usai diinterogasi, Herman selanjutnya dibawa ke Kantor Dinas Sosial (Dinsos) untuk didata.
Saat ditanya petugas Dinsos, Herman membantah memiliki kendaraan roda empat dan rumah mewah, serta mempunyai tiga istri. "Jadi, apa yang diaampaikan di medsos itu fitnah, tidak benar. Saya bisa menuntut itu," ucap Herman.
Menurut dia, kendaraan Toyota Avanza warna hijau yang sempat viral di media sosial dia sewa berikut sopir sebesar Rp85 ribu per hari.
"Iya naik mobil, tapi bukan punya saya. Itu tiap hari saya sewa sama tetangga. Sopirnya juga dia tiap hari diantar jemput," kilahnya.
Pria yang akrab disapa Enur ini mengaku menyewa mobil lantaran sudah tidak kuat lagi untuk mengangkat kakinya pada saat naik angkot.
"Kaki kalau diangkat begini enggak bisa jalan, makanya pakai mobil," ucap pengemis berusia 87 tahun ini.
Enur juga membantah memiliki rumah mewah di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, dan mempunyai istri tiga. Menurut dia, ketiga istrinya kini sudah tiada.
"Kalau kawin memang tiga kali, tapi kawin-cerai, kawin-cerai, dan sudah meninggal semua. Yang pertama orang Madura, kedua Cimayang, ketiga orang Palembang," ujar dia.
Herman mengungkapkan sudah menjalani profesinya sebagai pengemis di sejumlah ruas jalan Kota Bogor sejak tahun 1980. Saat ini, dia lebih sering mangkal di lampu merah Simpang Yasmin maupun Simpang Semplak Kota Bogor.
Dari hasil mengemis mulai pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB, dia mampu menghasilkan uang minimal Rp150 ribu per hari. Uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari anak, menantu dan cucu-cucunya.
"Anak saya kerja gajinya kecil. Semua tinggal satu rumah, menantu, anak dan cucu," jelas dia.
Â
Advertisement
4. Pengemis Sragen Punya Tabungan dan Deposito
Pengemis bernama Cipto Wiyono Sukijo (74) ditangkap petugas gabungan Satpol PP dan Dinsos Sragen. Di tas dan kantong plastik miliknya terdapat uang Rp12 juta dan deposito Rp25 juta.
Dia terjaring razia tim gabungan pada Rabu 28 Agustus 2019, di simpang empat radio umum Cantel Kulon, Sragen Kota. Dia kemudian dibawa ke Rumah Singgah Dinsos Tlebengan, Sragen Tengah, Sragen.
"Masih ada tabungan berisi Rp22.000 dan deposito senilai Rp25 juta di BNI. Jadi total uang yang ada dalam tas itu senilai Rp37.441.000. Kami tidak mengira tas kumal itu berisi uang yang cukup fantastis bagi seorang pengemis," ujar Kasi Operasi Pengendalian Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Satpol PP Sragen Sriyono, Selasa 3 September 2019.
Cipto Wiyono Sukijo diketahui merupakan warga Dukuh Sundoasri RT 019, Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan, Sragen. Cipto mengalami gangguan jiwa. Kakek-kakek itu mengemis dengan membawa tas hitam itu ke mana-mana sambil berkalung radio.
Kasi Operasi Pengendalian Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Satpol PP Sragen, Sriyono mengatakan, Cipto sudah tertangkap Satpol PP dua kali. Pertama pada Februari 2019 lalu, saat itu ia juga membawa tas berisi uang tunai senilai Rp5 juta dan deposito Rp25 juta.
Sriyono mendapat informasi dari warga, Cipto si pengemis tajir kerap mengancam orang yang tidak memberi uang menggunakan tongkat besi yang dibawanya.
Bahkan Kasi Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Dinsos Sragen, Ine Marliah, mengatakan kondisi kejiwaan Cipto tidak stabil, sehingga perlu dibawa ke RSJ. Setiap barang yang dibawa pengemis ini, kata dia, diperiksa dan disaksikan yang bersangkutan.
Â
5. Muklis Si Pengemis Tajir Gandaria
Muklis Muctar Besani (65) terjaring razia petugas Dinas Sosial di kawasan Gandaria Jakarta Selatan, pada Jumat 29 November 2019.
Dari tas yang dibawa Muklis petugas mendapati uang dengan ragam pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp 20 ribu. Totalnya mencapai Rp 194,5 juta.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Mursyidin mengatakan, petugas telah memantau Muklis sejak tiga bulan terakhir. Muklis tak pernah berhenti menadahkan tangan ke pejalan kaki yang melintas selama petugas membuntuti aktivitasnya.
"Kami tidak serta-merta menangkap, kami rekam bagaimana pengemis beraksi. Biasanya di depan bank, minimarket, dan tempat-tempat yang berpotensi orang-orang memberikan uang Rp 2 ribu atau Rp 3 ribu," ucap Mursyidin saat dihubungi Liputan6.com, Jumat 29 November 2019.
Muklis beranjak dari rumahnya di Bukit Indah Ciputat, Tangerang Selatan pada pukul 06.00 WIB ke tempat-tempat strategis di wilayah Kebayoran baru, dan Kebayoran Lama. Ia menyambangi setiap perbankan, dan retail. Uniknya, ketika uang hasil mengemis yang didapat sudah lumayan banyak akan ditukarkan ke bank
"Dari puluhan ribu menjadi ratusan ribu sehingga uang dia bagus-bagus," ucap dia.
Muklis kemudian menaruh uang-uang itu ke dalam ranselnya. Hingga kini terkumpul Rp 194,5 juta.
Ini bukan yang pertama kali Muklis terciduk petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan. Pada 2017 lalu Muklis juga pernah tertangkap dengan bukti uang Rp 82 juta.
"Yang pertama kami masukan ke panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya, kemudian kami hubungi keluargannya. Setelah dibina, sanak keluarga menjemput ya dipulangkan. Singkat cerita mereka membuat pertanyaan tidak mengemis. Tapi nyatanya tidak demikian," ucap dia.
Mursyidin mengatakan, Muklis mempunyai target apabila sudah terkumpul Rp 200 juta akan dipakai untuk modal usaha dan membangun rumah di Kampung Jambi
"Uang dan pengemis ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya. Duitnya nanti dikembalikan," tutup dia.
Â
Advertisement
6. Pengemis di Aceh Kendarai Mobil
Seperti halnya Herman, warganet juga memergoki seorang peminta-minta di Kota Lhokseumawe, Aceh, pulang naik mobil sedan usai mengemis pada Juni 2019 silam.
Dalam video yang diunggah oleh akun instagram @tercyduk.aceh, tampak seorang pria mengenakan baju warna merah serta menggunakan sarung dan peci berjalan mendekati mobil yang diparkir di pinggir jalan itu. Sadar dirinya sedang direkam, pria itu langsung marah.
"Jangan urus saya kau," kata pengemis itu sambil masuk ke dalam mobil.
Pria yang merekam video tersebut lantas membalas dengan kesal, "pak, bapak uangnya untuk apa pak? Masa’ droneuh ek moto, kiban cara ile? (Masak kamu naik mobil, bagaimana ini?) Minta sedekah untuk bisa naik mobil? Plat Jakarta lagi, makasih ya besok minta-minta lagi," ucap perekam video.
Menurut keterangan dari unggahan tersebut, kejadian ini direkam di depan SMP 5 Lhokseumawe. Tak butuh waktu lama untuk video ini mencuri perhatian warganet dan menjadi viral.
Â
7. Pengemis di Gorontalo Punya Simpanan Rp490 Juta
Warga Gorontalo dihebohkan dengan penemuan dua buah buku rekening pengemis dengan total saldo mencapai angka Rp490 juta. Rekening tersebut milik LH alias Lutfi, seorang pengemis yang kerap berkeliling di Kota Gorontalo.
Lufti yang kini tinggal di Kelurahan Ipilo, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo, menghebohkan warganet. Bahkan, pengemis tersebut viral dan hingga kini masih diperbincangkan.
Melihat hal tersebut, Pemerintah Kelurahan Ipilo kemudian melakukan pemanggilan terhadap Lutfi. Tidak hanya pemerintah kelurahan, pihak kepolisian juga turut dihadirkan.
Dari hasil pertemuan tersebut, Lutfi mengaku jika uang tersebut didapatkan selama dirinya mengemis. Kurang lebih 13 tahun, uang itu kemudian disetorkan ke dua rekening yang berbeda.
Terungkap pula, jika modus Lufti untuk mengemis dengan membawa sebuah proposal masjid yang dibuatnya sendiri. Selain itu, Lufti juga kerap memaksa warga untuk memberikan sumbangan itu.
Selain menggunakan proposal palsu, saat menjalankan aksi itu, dirinya menggunakan pakaian bekas dan kotor. Hal itu demi membuat warga yang melihat merasa iba kepadanya.
"Untuk modus, pengemis itu menggunakan proposal pembangunan masjid," kata Kapolsek Kota Timur, Ipda Imanuel Ivan Bagus Pratama Thaaba, Senin 6 Juni 2022.
"Tadi, kami sudah minta yang bersangkutan membuatkan surat perjanjian untuk tidak mengulangi perbuatannya," Ipda Ivan menambahkan.
Sementara itu, Lufti mengaku uang yang dikumpulkan kerap dirampok oleh orang yang tidak dikenal. Kejadian itu dialaminya saat di jalan hingga di rumahnya sendiri.
"Biasanya ada orang yang sering rampas uang saya. Saat memasuki rumah dan di jalan," ia menandaskan.
Â
Advertisement
8. Heboh Pengemis di Kota Bogor Punya Cek Rp1,3 Miliar
Yang terbaru, Tini, pengemis di Kota Bogor, Jawa Barat, bikin heboh karena memiliki cek senilai Rp 1,3 miliar. Selama ini, Tini tinggal di kolong jembatan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dan kesehariannya memang menjadi pengemis.
Kisah Tini terkuak dari hasil operasi penertiban penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) oleh Satpol PP dan Dinas Sosial Kota Bogor, Kamis 27 April 2023.
Petugas menggiring Tini untuk dimintai keterangan tentang aksinya. Ternyata, bukan kali pertama Tini terjaring operasi.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kota Bogor Dodi Wahyudin, mengatakan Tini mengejutkan para petugas yang menginterogasinya. Pasalnya wanita berkulit hitam memakai topi ini diduga memiliki harta kekayaan senilai lebih dari Rp 1 miliar.
"Ditemukan ada cek senilai Rp 1.350.000.000 dan 2 STNK sepeda motor, salah satunya Honda 150 cc," ujar Dodi.
Namun, pihaknya belum bisa memastikan kebenaran cek yang dimiliki Tini, sebab belum melakukan validasi ke pihak bank.
"Di cek itu tertera Bank BCA cabang Antasari Samarinda. Ada kemungkinan juga dia cuma nemu di jalan, kan kadang dia suka memulung juga. Tertera juga tahun dan tanggalnya sudah kedaluarsa," ucap Dodi.
Seorang perempuan yang diketahui beralamat di Rumpin, Kabupaten Bogor itu juga kedapatan mengantongi uang tunai Rp 1,8 juta dari hasil mengemis selama beberapa hari.
Tini diketahui mendapatkan hasil yang besar setiap kali mengemis, terutama selama Ramadan dan lebaran. Bahkan dia sudah beberapa kali terjaring operasi.
"Sudah 3 kali pernah tertangkap. Kami hitung uang tunainya ada Rp 1,8 juta," ucap Dodi.
Dodi lalu mengingatkan agar warga tidak memberikan bantuan kepada pengemis di pinggir jalan. Hal ini akan membuat mereka semakin betah dan menjadikan pengemis sebagai profesi untuk mencari uang.
"Alangkah baiknya bantuan disalurkan langsung ke panti, Baznas atau lembaga resmi lainnya," imbaunya.
Langkah selanjutnya Tini dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya akan dibina dan ditampung di Rusunawa agar ke depan mereka bisa hidup mandiri tidak mengandalkan belas kasihan orang lain.
"Kami bersama dinas lain memang menyediakan fasilitas kesehatan, sekolah gratis dan sembako untuk bantalan kebutuhan sehari-hari," pungkasnya.