Fokus Bangkitkan Ekonomi Kreatif, Kota Tarakan Gali Lebih Jauh Potensi Wisata Daerahnya

Wali Kota Tarakan Dr. Khairul menyampaikan berbagai upaya dan program yang saat ini tengah dilakukan Pemkot untuk mengangkat potensi wisata daerah di kota Tarakan.

oleh Wuri Anggarini diperbarui 10 Jul 2023, 14:22 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2023, 14:22 WIB
Fokus Bangkitkan Ekonomi Kreatif, Kota Tarakan Gali Lebih Jauh Potensi Wisata Daerahnya
Wali Kota Tarakan Khairul dalam sesi Diskusi Lintas Generasi di Festival 6 yang berlangsung pada Minggu (09/07/2023).

Liputan6.com, Jakarta Bukan rahasia lagi kalau pandemi Covid-19 yang berlangsung pada 2020 lalu membawa dampak dalam berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali ekonomi nasional. Pembatasan sosial yang terjadi sempat meruntuhkan pariwisata tanah air yang menjadi salah satu penopang ekonomi nasional. 

Kabar baiknya, pasca Covid-19, pariwisata tanah air sudah menunjukkan tren positif. Dari data BPS diketahui bahwa jumlah wisata ke Indonesia sudah mencapai 2,5 juta kunjungan. Berbagai upaya pun dilakukan pemerintah pusat maupun daerah untuk terus mendorong kebangkitan pariwisata tanah air. Seperti upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tarakan yang ternyata menyimpan berbagai potensi wisata daerah yang mungkin belum banyak orang tahu. 

Dalam sesi talkshow yang berlangsung di event Festival 6, Wali Kota Tarakan Dr. Khairul menyampaikan berbagai upaya dan program yang saat ini tengah dilakukan untuk mengangkat potensi wisata daerah di kota tersebut. Apa saja?

2 Festival Unggulan Tarakan Berhasil Masuk dalam KEN 2023

2 Festival Unggulan Tarakan Berhasil Masuk dalam KEN 2023
Wali Kota Tarakan Khairul dalam sesi Diskusi Lintas Generasi di Festival 6 yang berlangsung pada Minggu (09/07/2023).

Potensi wisata budaya jadi salah satu hal yang diunggulkan dari Kota Tarakan. Hal ini bahkan sudah dibuktikan bahwa 2 event festival budaya di kota tersebut berhasil masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2023. KEN sendiri merupakan program dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam mendorong geliat dan kebangkitan sektor pariwisata tanah air. 

“Jadi sejak 2019, sebenarnya cuma 1 yang masuk KEN yaitu Iraw Tengkayu. Alhamdulillah Tahun ini ada 2 dari Tarakan yaitu Festival Budaya Gawas Dumud dan Iraw Tengkayu. Ini adalah upaya sistematis dari kita untuk memperkenalkan kegiatan tersebut. Dulu sudah ada sejak lama, hanya saja jadi konsumsi orang Tarakan saja. Kini kita mulai promosikan lewat berbagai media, baik itu media lokal maupun nasional dan Alhamdulillah kegiatan ini saya kira mulai dikenal di luar. Ini kita lakukan setiap tahun,” ungkap Khairul dalam sesi Diskusi Lintas Generasi bertema "Geliat Industri Hiburan dan Pariwisata Pasca Pandemi"di Festival 6 yang berlangsung pada Minggu (09/07/2023).

Rangkaian Festival Budaya Penuh Makna

Khairul menjelaskan bahwa Tarakan ibarat miniature Indonesia karena hampir seluruh suku ada di kota tersebut. Jadi, ada serangkaian acara yang dilakukan sebelum memasuki puncak Festival Iraw Tengkayu yang penuh filosofi dan makna mendalam. 

“Sebelumnya ada kegiatan, karena Tarakan itu seperti miniatur Indonesia. Hampir seluruh suku itu ada di Tarakan. Maka sebelum ada puncaknya Iraw Tengkayu, ada 1 minggu festival budaya kita lakukan. Semua suku kita tampilkan budayanya. Kita perkenalkan musiknya, makanannya dan budayanya. Lalu puncaknya kita lakukan di bulan Oktober, tahun ini tanggal 1-7 Oktober festival budaya, lalu tanggal 8 Itu Iraw Tengkayu. Ini sebenarnya bagian dari budaya Tidung, jadi ungkapan terima kasih suku Tidung kepada alam. Karena orang Tidung itu penghasilannya dari laut yang memberikan mereka rejeki. 

Sementara itu, Guwus Dumud menurut Khairul memiliki makna filosofi memperkenalkan kehidupan Tidung dari aspek perkawinan, naik ayun atau akikah, termasuk kulinernya yang juga dilakukan selama 1 minggu. Kegiatan tersebut terus didukung pemerintah kota hingga akhirnya beberapa tahun ini berhasil masuk dalam program KEN.

Upaya Menggali Potensi Wisata Tarakan

Upaya Menggali Potensi Wisata Tarakan
Wali Kota Tarakan Khairul dalam sesi Diskusi Lintas Generasi di Festival 6 yang berlangsung pada Minggu (09/07/2023).

Khairul menjelaskan bahwa berbagai festival yang digelar di Tarakan menjadi bagian dari upaya menggeliatkan sektor pariwisata. Ia pun percaya bahwa Tarakan punya potensi besar, tidak hanya dari sisi budaya tapi juga sejarahnya. 

“Tidak banyak kota di Indonesia yang punya sejarah Perang Dunia II. Dikenal sebagai Pearl Harbour di Indonesia, pecahnya Perang Dunia II di Asia Pasifik itu masuknya di Tarakan dulu. Peninggalannya masih banyak, ada bunker, senjata, makam tentara Jepang, tentara sekutu,” lanjutnya. 

Selain kedua wisata itu, Khairul juga tidak meninggalkan potensi kuliner Tarakan yang dikenal dari kepiting dan udang yang sudah diekspor hingga mancanegara. Wisata alam di kota tersebut juga layak diperhitungkan. 

“Tarakan punya pantai bagus. Pantai Amal sepanjang 1,2 km sedang kita garap. Kalau dulu kumuh, sekarang kita poles habis-habisan,” terangnya.

Integrasi dan Kolaborasi dengan Berbagai Pihak

Maksimalkan Promosi Wisata
Wali Kota Tarakan Dr. Khairul bersama Sekjen PHRI, Maulana; Sekda Provinsi Kalimantan Timur, Dra. Sri Wahyuni, M.PP; Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraft, Muhammad Neil El Himam dalam sesi Diskusi Lintas Generasi di Festival yang digelar pada hari Minggu, (09/07/2023) di The Dome, Senayan Park, Jakarta.

Selain upaya yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah, Khairul juga menganggap pentingnya integrasi dan kolaborasi yang perlu dilakukan dengan berbagai pihak. Misalnya saja harapan bahwa pelaku wisata aktif mempromosikan wisata yang ada di Tarakan.

“Tantangannya adalah mengubah budaya untuk menerima, melayani, memang harus dibangun. Itu yang agak sulit memang mendidik masyarakat agar dapat melayani dengan baik orang-orang yang datang. Menjadi kota yang aman, nyaman, jangan sampai ada kerusuhan karena membuat orang tidak nyaman. Kita juga menjaga kota ini agar sehat, karena kalau banyak penyakit mana ada yang mau datang. 

Ia juga menekankan bahwa kesan pertama saat berwisata akan terlihat dari pintu masuk, seperti bandara dan pelabuhan. Supir, sebagai pihak yang menyambut wisatawan pertama kali juga harus diberikan pelatihan agar memberikan pelayanan terbaik. 

“Kalau supirnya nggak jelas, harga nggak jelas, pakaian nggak jelas, orang mungkin akan bertanya-tanya. Jadi itu yang kita benahi dulu. Semua supir termasuk supir aplikasi online kita beri pelatihan bagaimana bersikap supaya jelas kalau ini supir resmi,” ungkap Khairul. 

Selanjutnya, pintu masuk kedua adalah hotel dan homestay. Khairul berharap agar bisa menyamakan standar hotel baik itu internasional maupun lokal untuk memberikan kesan mendalam pada wisatawan agar mau berkunjung kembali. 

“Hal seperti ini kecil, tapi berdampak pada orang agar mau datang lagi,” pungkasnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya