Liputan6.com, Jakarta Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menegaskan, tidak akan memakai operasi militer sebagai upaya pembebasan pilot Susi Air. Kapten Philip Mark Mehrtens disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua sejak Februari 2023 lalu.
"Ya tetep kita usahakan. Tetep kita, berusaha dan berusaha (membebaskan pilot). Jadi jangan sampai ada kerugian masyarakat kalau kita laksanakan dengan operasi militer," kata Yudo, di Jakarta Selatan, Jumat 14 Juli 2023.
Advertisement
Oleh karena itu, TNI akan memaksimalkan peran Penjabat (Pj) Bupati Nduga Edison Gwijangge sebagai negosiator.
"Saya kira kita tetap dengan negosiasi. (Dengan negisiator) Sudah ada (Bupati Nduga Edison Gwijangge)," sebut Yudo.
Petugas, lanjut dua, masih memantau perkembangan dari hasil negosiasi yang dilakukan Bupati Nduga Edison Gwijangge ke KKB. Namun, tidak ada target waktu yang ditetapkan terkait negosiasi tersebut. Tujuannya, agar pembebasan pilot Susi Air berjalan lancar.
"Artinya kita tetap melaksanakan negosiasi, ini PJ bupati yang baru kan, kita berikan mandat kepada PJ bupati yang baru dan terutama tokoh warga masyarakat," kata dia.
"Kita tetap supaya situasi tetap kondusif dengan situasi yang damai. Target waktu enggak ada," tambahnya.
Pernyataan tidak memakai pendekatan operasi militer ini bukan pertama kali dilontarkan oleh Yudo. Pasalnya beberapa waktu lalu, dia juga menegaskan bakal memakai pendekatan dialog dalam penyelamatan Kapten Philip.
"(Pencarian Pilot Susi Air) Kita lanjutkan. Kita tetap mengutamakan tadi, dilaksanakan oleh tokoh-tokoh agama, masyarakat maupun Pj Bupati di sana," ujarnya usai membuka kegiatan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2023, di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Makassar, Senin 5 Juni 2023.
Diklaim Lebih Efektif
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) ini mengaku proses penyelamatan dengan komunikasi dengan tokoh masyarakat dianggap lebih efektif dibandingkan dengan melakukan operasi militer.
Yudo menyebut jika dilakukan operasi militer, maka masyarakat yang akan terkena dampak secara langsung.
"Karena kalau kita mengutamakan dengan operasi militer tentunya akan berdampak negatif dengan keselamatan masyarakat. Sehingga kita harus hati-hati sekali dalam melaksanakan penyelamatan pilot ini," tuturnya.
Sekedar informasi, Pilot Philips adalah warga negara Selandia Baru yang disandera oleh KKB ketika di Bandar Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2).
Pesawat dengan nomor registrasi PK-BVY itu diduga dibakar oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya sesaat setelah mendarat. Sampai sekarang TNI-Polri masih melakukan upaya penyelamatan terhadap Pilot Philips.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka
Advertisement