HEADLINE: Kebakaran dan Ledakan Gudang Peluru TNI di Bekasi, Antisipasi Tak Berulang?

Siapa yang menyangka bunyi dentuman pada Sabtu 30 Maret 2024 setelah senja berganti malam bukanlah bunyi long bumbung atau meriam bambu yang biasanya sering didengar saat bulan Ramadhan tiba.

oleh Putu Merta Surya PutraDelvira HutabaratMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 02 Apr 2024, 00:01 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2024, 00:01 WIB
Imbas Kebakaran Gudang Peluru Bekasi
Klaster Visalia di Kota Wisata Cibubur menjadi perumahan warga terdampak dari kebakaran di Gudang Amunisi TNI AD, Sabtu (30/3/2024) malam. (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang menyangka bunyi dentuman pada Sabtu 30 Maret 2024 setelah senja berganti malam bukanlah bunyi long bumbung atau meriam bambu yang biasanya sering didengar saat Ramadhan.

Apa yang didengar warga merupakan suara dari 65 ton dari Munisi Kaliber Kecil (MKK) dan Munisi Kaliber Besar yang meledak di Gudang Amunisi (Gudmurah) Kodam Jaya, Desa Ciangsana, Jawa Barat.

Disebut, 65 ton amunisi tersebut berasal dari berbagai satuan yang berada di wilayah teritori Kodam Jaya. Amunisi tersebut diketahui sudah habis massa pakai atau expired sehingga dikumpulkan untuk dimusnakan atau disposal di Gudmurah Jaya.

Bukan hanya ledakan, warga sekitar juga merasakan sejumlah proyektil dan amunisi ada yang masuk berhamburan dan menghancurkan rumah, yang salah satunya di komplek Visalia, Kota Wisata Cibubur. Bahkan sebuah granat lempar masuk ke rumah warga yang membuat mereka panik, langsung berhamburan keluar rumah dan menyelamatkan barang yang ada.

"Ada yang pecah kaca, genteng soalnya (proyektil) mental-mental gitu," kata Ketua RT 03 Komplek Visalia, Andre kepada wartawan, Minggu 31 Maret 2024.

Dia pun menceritakan, di mana mendengar ledakan saat waktu hendak memasuki azan Magrib dan berbuka puasa. Tidak berselang lama, suara dentuman yang amat keras jelas terdengar oleh seluruh warga komplek. "Kencang banget, sudah kayak perang," ujar Andre sambil menunjuk asal ledakan.

Sementara, berdasarkan data yang dihimpun, sebanyak 31 rumah di Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, rusak terdampak ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurah) Kodam Jaya.

Kepala Desa Ciangsana, Udin Saputra menyebutkan, hasil pendataan sementara tercatat ada 31 unit rumah yang di dekat lokasi kejadian ledakan gudang amunisi mengalami kerusakan.

Udin mengatakan, jenis kerusakan yakni dengan kategori rusak ringan (RR) dan rusak sedang (RS). Kerusakan akibat efek getaran ledakan gudang amunisi pada Sabtu petang, 30 Maret 2024.

"Kerusakan seperti atap jebol atau bolong, retak. Lalu jendela maupun pintu yang bergeser dan pecah," beber Udin kepada Liputan6.com.

Udin memastikan bahwa baik pemerintah maupun TNI telah berjanji akan memperbaiki rumah warga yang terdampak ledakan gudang amunisi yang berada di wilayah perbatasan Bogor dan Bekasi ini.

"Dari Pj Gubernur, Pj Bupati, hingga Pangdam Jaya memastikan akan memperbaiki rumah warga yang rusak," ungkapnya.

Sementara itu, sebanyak 85 kepala keluarga (KK) di Kampung Pinang, Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, diungsikan. Dari jumlah tersebut, 86 jiwa diungsikan di rumah Kepala Desa Ciangsana. Selebihnya mengungsi ke rumah keluarga mereka.

Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas mengatakan, kejadian seperti ini sebenarnya bukanlah yang pertama terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, insiden serupa telah beberapa kali terjadi.

Berdasarkan data yang dimilikinya,  pada 5 Maret 2014, gudang amunisi milik Kopaska yang terletak di Markas Komando Pasukan Katak di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, meledak. Insiden ini melukai 87 orang dan 1 meninggal dunia.

Selanjutnya, gudang berisi bahan peledak milik Brimbob Polda Jateng, Semarang, meledak pada 14 September 2019. Insiden ini melukai 1 orang.

Terakhir, gudang milik Detasemen Gegana, Satuan Brimob Polda Jatim, Surabaya, Jawa Timur, meledak pada 4 Maret 2024. Ledakan disebutkan berasal dari mortir yang akan didisposal.

"Mengingat insiden ini kerap berulang, penting kiranya untuk dilakukan evaluasi secara menyeluruh terkait standar penanganan munisi terutama yang telah kadaluarsa dan akan dimusnahkan," kata Anton saat dikonfirmasi, Senin (1/4/2024).

Menurut dia, baik TNI maupun Polri memang telah ada aturan baku perihal penanganan munisi dan bahan peledak. "Akan tetapi, mengingat beberapa insiden terakhir melibatkan bahan peledak kadaluarsa maka sudah sepatutnya ada peninjauan aturan yang komprehensif," jelasnya.

Anton menuturkan, belajar dari kejadian kemarin, ada baiknya ke depan, Panglima TNI bersama para Kepala Staf untuk meninjau ulang semua lokasi penyimpanan munisi dan bahan peledak.

"Sebaiknya gudang penyimpanan munisi terletak jauh dari pemukiman masyarakat guna menghindari adanya dampak yang lebih serius dari insiden serupa," ungkap Anton.

Dia juga menyarankan, Panglima TNI menurunkan tim investigasi, di mana penyelidikan hendaknya tidak hanya berhenti pada mekanisme penjagaan di lapangan saja tetapi hingga setingkat Pangdam.

"Sekalipun tidak menimbulkan korban jiwa, pertanggungjawaban pimpinan dalam satuan tetap dibutuhkan. Hal ini dikarenakan terkait dengan penyediaan rasa aman di masyarakat," tutur Anton.

Infografis Kebakaran dan Ledakan Gudang Peluru Bekasi. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Kebakaran dan Ledakan Gudang Peluru Bekasi. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Perlu Investigasi dan Audit yang Mendalam

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, dalam kejadian terakhir tidak bisa buru-buru secara spekulatif menyimpulkan bahwa adanya kelalaian.

Selain kemungkinan adanya kelemahan dalam pemeliharaan maupun kondisi gudang, masih ada keadaan kahar atau force majeur yang harus dipastikan.

"Pertama diperlukan audit dan investigasi mendalam untuk mendapatkan informasi komprehensif mengenai apa yang terjadi di balik insiden ini. Misalnya soal rincian jenis dan kondisi amunisi yang disimpan, kondisi kelaikan gudang maupun apakah pelaksanaan penyimpanan dan perawatannya sudah sesuai mekanisme dan prosedur yang diatur dalam petunjuk pelaksanaan tentang penyelenggaraan pemeliharaan amunisi di lingkungan Kemhan dan TNI," kata Fahmi kepada Liputan6.com, Senin (1/4/2024).

Dia juga menuturkan, diperlukan penilaian risiko atau risk assessment terhadap gudang-gudang amunisi milik TNI dan Polri. Untuk memperbarui dan memastikan tingkat risiko yang dihadapi, serta menyiapkan langkah mitigasinya agar kerentanan dan bahaya bisa dihindari semaksimal mungkin.

"Memang semua jenis amunisi sangat mungkin mengalami penurunan kondisi pada selongsong/proyektil, bubuk mesiu atau bahan peledak primer karena penyimpanan dalam waktu yang lama," ungkap Fahmi.

"Kasus yang mungkin terjadi sebagai dampaknya; ya selongsong atau proyektil berkarat, bubuk mesiu atau bahan peledak primer menjadi lapuk. Sehingga amunisi berpotensi meledak sendiri atau sebaliknya gagal ledak/gagal tembak," sambungnya.

Fahmi menuturkan, karena sangat mungkin terjadi penurunan kondisi, diperlukan pemeriksaan dan inspeksi secara berkala terhadap amunisi yang disimpan untuk memastikan kelas kondisi amunisi.

Baik dari amunisi kelas 0 organik yang artinya kondisinya masih sangat baik, relatif baru, sampai amunisi kelas IV yang artinya kondisinya rusak, tidak dapat diperbaiki dan berbahaya.

"Amunisi yang mengalami kondisi seperti itu, harus dilakukan tindakan penyingkiran dan preservasi dan segera diusulkan untuk dimusnahkan. Nah, dalam konteks kemarin, kalau mengacu pada keterangan para pimpinan TNI, berarti ya prosedur sudah dijalankan dan kondisi bangunan gudang dianggap layak," tuturnya.

 

Banyak Pemicu Penyebab Terjadinya Ledakan

Fahmi menyadari banyak pertanyaan yang akan timbul soal kejadian di Gudmurah Kodam Jaya kemarin. Baik kemungkinan ada getaran, perubahan suhu, bahkan waktu menunggu suatu amunisi untuk dimusnahkan.

"Tentunya makin besar jumlah dan bobot kerusakannya, makin besar juga risikonya jika disimpan dalam waktu yang panjang sebelum dimusnahkan. Belum lagi kondisi gudangnya. Kalau kondisi gudangnya ada kerentanan tertentu, misalnya terkait getaran dan suhu udara, ya tingkat kepekaan, ketelitian dan respon dari para personel yang bertugas di sana ya harus makin tinggi untuk memperkecil risiko," jelas dia.

Fahmi menuturkan, soal waktu pemusnahan, tentu Ada banyak hal yang harus diperiksa dan diverifikasi sebelum persetujuan diberikan.

"Misalnya, apakah benar amunisi itu dalam keadaan rusak dan tidak dapat diperbaiki? Apakah jumlahnya sesuai yang dilaporkan? Nah mungkin bisa dikaji apakah hal-hal itu memungkinkan untuk dilakukan dalam waktu yang lebih singkat?," jelasnya.

 

Kepekaan dan Tata Ruang Harus Mulai Dipikirkan

Karena itu, agar ini tidak terulang, Fahmi menuturkan, perlu menyempurnakan prosedur dan memperketat pelaksanaannya.

"Meningkatkan kepekaan, ketelitian dan ketanggapan dari para personel pelaksana pemeliharaan amunisi. Kemudian meningkatkan kualitas bangunan. konsekuensinya, efisiensi berkurang, kebutuhan anggaran pasti meningkat," ungkap dia.

Tapi yang lebih penting, sambung Fahmi, adalah mengenai keamanan lokasi. Misalnya, jarak aman antara lingkungan warga dengan area gudang, yang berkaitan dengan pengelolaan tata ruang kota itu sendiri.

"Dulunya, mungkin tidak ada masalah dengan lokasi dan jarak aman. Tapi seiring dinamika pertumbuhan penduduk dan ekonomi, pembangunan yang ambisius, kawasan yang awalnya relatif kosong, jadi padat, yang awalnya ideal dari sisi keamanan kemudian memjadi rentan, baik dari sisi keamanan bangunan maupun keamanan masyarakat," ungkap dia.

Menurut Fahmi, solusi jangka pendek dan termudah memang dipindahkan, tapi ini bukan menjadi solusi yang komprehensif dan berkelanjutan.

"Tadi saya katakan bahwa ini juga berkaitan dengan dinamika tata ruang. Tidak hanya di Bantargebang ini saja, tapi tantangan dan kerentanan yang mirip-mirip, dialami juga oleh banyak instalasi militer di berbagai daerah," jelas dia.

Fahmi menegaskan, ada banyak aspek yang dipertimbangkan dalam pembangunan instalasi militer, terutama yang bersifat vital, khusus atau memiliki tingkat bahaya tertentu. Dalam kasus gudang amunisi misalnya, kawasan padat penduduk, kawasan padat kendaraan terutama angkut berat, pasti dihindari.

"Masalahnya, bagaimana jika kawasan yang semula ideal kemudian perkembangannya tidak terkendali dan mengakibatkan kerentanan? Ini memerlukan solusi lintas sektor. Apalagi banyak daerah cenderung tidak disiplin bahkan abai dalam hal pengelolaan tataruang. Misalnya, kawasan pertanian mendadak alihfungsi jadi kawasan industri jadi praktik yang cukup lazim," tuturnya.

"Hal-hal ini sangat mungkin berdampak pada makin sulitnya mencari kawasan yang ideal untuk instalasi militer. Karena itu penyelarasan antara rencana tataruang daerah dan tataruang pertahanan itu penting dan kemudian implementasinya harus disiplin jangan dilanggar. Karena akan berbahaya bagi masyarakat dan merugikan bagi negara," pungkasnya.

 

TNI Akan Berbenah dan Mengevaluasi Kembali

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto meninjau gudang amunisi daerah (Gudmurah) milik Kodam Jaya yang terbakar pada Sabtu malam (30 Maret 2024) di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Minggu (31/3/2024)
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto meninjau gudang amunisi daerah (Gudmurah) milik Kodam Jaya yang terbakar pada Sabtu malam (30 Maret 2024) di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Minggu (31/3/2024). (Foto: dokumentasi Puspen TNI).

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal (Mayjen) Nugraha Gumilar memastikan, usai ledakan yang terjadi di Gudmurah Kodam Jaya tersebut, pihaknya terus melakukan evaluasi dan pembenahan diri, terlebih untuk menangani amunisi yang sudah tak bisa digunakan lagi.

"Salah satu yang akan dievaluasi, masa rentang waktu dari munisi masuk gudang sampai dengan disposal akan diperpendek," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (1/4/2024).

Nugraha mengungkapkan, nantinya hasil evaluasi ini akan disampaikan ke seluruh prajurit, khususnya mereka yang menangani dan berada di gunang amunisi milik TNI. Sehingga, kejadian serupa tak terjadi lagi.

"Tentunya hasil evaluasi akan diimplementasikan ke seluruh jajaran terkait, sehingga bisa dipedomani dan dilaksanakan," ungkap dia.

Terkait kejadian di Desa Ciangsana tersebut, pihaknya masih menunggu hasil investigasi, yang diketahui atau sampai berita ini diturunkan belum selesai dilakukan.

"Investigasi msh berjalan, belum selesai." singkat Nugraha.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, mengatakan bakal mengevaluasi Sistem Operasional Prosedur (SOP) penempatan munisi di Gudmurad.

Sebetulnya terkait dengan gudang yang terbakar, kata Agus, dibangun secara khusus. Salah, satunya dengan dibangun bunker di dalam gudang hingga tanggul di dalam gudang dengan kondisi yang rapat.

Bahkan di dalamnya sengaja tidak disediakan listrik lantaran sejumlah ton amunisi yang telah kedaluwarsa menjadi lebih berbahaya.

"Di dalam gudang itu nggak ada listrik, jadi memang steril tidak listrik karena itu sangat sensitif," tutur Agus.

Dia menerangkan, disimpannya amunisi mulai dari kaliber kecil hingga besar juga tidak berarti akan didiamkan di gudang secara terus menerus.

Agus menyebut sejatinya 65 ton munisi kedaluwarsa itu bakal diledakkan di tempat yang khusus atau disebut disposal. Proses itu pun kata Agus saat ini tengah dalam pemeriksaan.

"Karena kita sedang menunggu tahap tahap tadi itu. Tetapi sebelum waktu disposal sudah meledak. Karena tadi itu sensitif itu amunisi tersebut," tuturnya.

"Apabila amunisi sudah terkumpul, sistem pemeriksaan akan kita percepat akan segera kita disposal," sambung Agus Subiyanto.

 

DPR Hanya Mengingatkan

Ketua Komisi 1 DPR Meutya Hafid menyayangkan insiden ledakan yang terjadi di Gudmurah Kodam Jaya, yang menyebabkan gangguan bagi keamanan dan keselamatan penduduk sekitar.

Dia pun mengingatkan, agar ke depan TNI AD menyiapkan standar pengamanan soal amunisi, terlebih jika gudangnya berada di dekat pemukiman padat penduduk.

"TNI AD harus menyiapkan standar penanganan pengamanan pemeliharaan dan perawatan alutsista, terutama yang lokasi penyimpanannya berada di daerah padat penduduk seperti yang terjadi di Bekasi kemarin," kata Meutya dalam keterangannya, dikutip Senin (1/4/2024).

Politikus Golkar ini juga meminta TNI AD proaktif mendata kerugian masyarakat terkait kerusakan rumah warga yang terdampak akibat kebakaran gudang senjata tersebut.

"TNI AD harus bertanggung jawab mengganti kerugian jika ada kerugian di masyarakat akibat kejadian kebakaran itu," ungkap Meutya.

Dia juga berharap, TNI AD dapat memperbaiki hal tersebut di masa mendatang, sekaligus melaksanakan petunjuk teknis mengenai pemeliharaan dan perawatan amunisi di lingkungan TNI secara lebih ketat.

"Penanganan insiden ini dilakukan secara cepat dan tepat guna menghindari kerusakan lebih banyak terhadap fasilitas TNI maupun warga sekitar," pungkasnya.

Senada, Anggota Komisi I DPR Dave Laksono menyampaikan keprihatinannya terkait ledakan gudang peluru tersebut.

Dave meminta TNI mendalami asal muasal ledakan terjadi. “Sekarang mesti didalami dan dicari tahu itu mengapa kejadian ini bisa terjadi, mengapa ledakan itu bisa bermulai, bisa menyebabkan ledakan besar,” kata dia.

Dave meminta penyelidikan terkait kemungkinan kelalaian dalam penyimpanan atau ada amunisi tidak layak.

“Harus didalami apakah ada kesalahan dalam prosedur penyimpanannya, apakah memang ada sejumlah amunisi yang tidak layak disimpan. Hal ini harus dicari tahu sehingga bisa didalami dan juga bisa diperbaiki, baik dalam aturan penyimpanannya, juga untuk memastikan keamanan masyarakat sekitar terjamin,” pungkasnya. 

Anggota Komisi I DPR Bobby Rizaldi, meminta TNI segera melakukan evaluasi dan selidiki penyebab ledakan tersebut.

“Musibah ini harus segera diselidiki dan di evaluasi,” kata Bobby saat dikonfirmasi, Senin (1/4/2024).

 Bobby menuturkan, dalam penyelidikan tersebut bisa disimpulkan apakah ada potensi penyebabnya kelalaian atau ada sabotase.

“Investigasi harus segera dilakukan agar bisa dipastikan apa murni kecelakaan, atau ada kelalaian human error atau sabotase,” ungkapnya.

Bobby menyarankan agar ada teomasi gudang agar tak lagi membahayakan kediaman warga. “Adanya gudang amunisi dengan radius lokasi pemukiman yang sudah berkembang berpuluh tahun setelah gedung dibangun, perlu dipertimbangkan untukdi relokasi,” kata dia.

 Menurut Bobby, Komisi I DPR akan memanggil petinggi TNI untuk menanyakan kasus tersebut dalam rapat terdekat.

"Dalam rapat terdekat hal ini akan ditanyakan, apakah lokasi-lokasi gudang militer yang dalam lokasi padat pemukiman penduduk, masih layak dipertahankan atau sudah saatnya di relokasi,” kata dia. 

Infografis Ledakan Gudang Amunisi di Indonesia, 1984 hingga 2024

Infografis Ledakan Gudang Amunisi di Indonesia, 1984 hingga 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Ledakan Gudang Amunisi di Indonesia, 1984 hingga 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya