Bahas OECD dengan Biden, Prabowo Sebut Semua Demi Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto mengaku membahas soal Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 14 Nov 2024, 08:15 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2024, 08:15 WIB
Prabowo Bertemu Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih
Presiden RI Prabowo Subianto bertemu Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. (Foto: Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto mengaku membahas soal Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Menurut dia tidak ada masalah memperbincangkan hal terkait, di satu sisi Indonesia juga tengah mempertimbangkan soal keanggotaan bersama BRICS. 

“Saya kira tidak ada masalah (membahas soal OECD) kita juga ikut Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF), kita juga ikut Comprehensive and Progressive Agreement to Trans Pacific Partnership (CPTPP),” kata Prabowo di Washington DC, seperti dikutip Kamis (14/11/2024).

Prabowo meyakini, dengan banyak bergabung dengan komunitas ekonomi dunia maka dapat memberi peluang tambahan bagi Indonesia untuk menambah kesejahteraan rakyat.

“Kita memang ikut beberapa kelompok, untuk ekonomi kita ingin mencari yang terbaik, peluang untuk ekonomi kita,” ungkap Prabowo.

Prabowo menegaskan, tidak ada tujuan lain saat berpartisipasi bila menjadi bagian dari komunitas atau kelompok tersebut, kecuali demi rakyat Indonesia.

“Kita harus memikirkan kesejahteraan rakyat kita,” Prabowo memungkasi.

Seperti diketahui, Indonesia berusaha menjaga keseimbangan antara kepentingan strategis dan ekonomi. Sebelumnya saat di kota Kazan, Rusia, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Sugiono melakukan kunjungan diplomatik untuk mempromosikan upaya Jakarta menjadi anggota penuh Brics, blok ekonomi berkembang yang didukung Tiongkok.

 

Pencalonan Keanggotaan BRICS

Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono dan sejumlah pemimpin negara/utusan khusus berpose saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis, (24/10/2024).
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono dan sejumlah pemimpin negara/utusan khusus berpose saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis, (24/10/2024). (Alexander Nemenov, Pool Photo via AP)

Menanggapi hal itu, Dosen hubungan internasional di Universitas Indonesia, Yeremia Lalisang mencatat bahwa Indonesia mungkin sedang menunggu "usulan yang lebih baik" dari Washington, yang menunjukkan bahwa pencalonan keanggotaan BRICS bisa jadi merupakan isyarat kepada Barat.

"Saya tidak percaya Indonesia akan segera bergabung dengan BRICS. Saya rasa Prabowo masih ingin menunggu kunjungannya ke Amerika Serikat untuk melihat apakah AS bisa menawarkan usulan yang lebih baik.” ujarnya seperti diberitakan kanal ekonomi Liputan6.com pada 7 November 2024.

"Indonesia selalu ingin berteman dengan semua pihak. Jika proses negosiasi BRICS berjalan lancar, maka kita bisa melihat langkah selanjutnya bagi Indonesia untuk memperkuat kemitraannya dengan Amerika Serikat juga.” tutup Yeremia.

Infografis 17 Prioritas dan 8 Program Percepatan Kabinet Prabowo-Gibran. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 17 Prioritas dan 8 Program Percepatan Kabinet Prabowo-Gibran. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya