Kepolisian Daerah Papua masih memeriksa belasan orang , termasuk panitia penyelenggara, terkait insiden pertandingan ‘tinju berdarah’ di Nabire, Papua. Pertandingan tinju Bupati Nabire Cup itu berakhir ricuh dan menewaskan 18 orang.
Seperti ditayangkan Liputan6 Malam, Senin (15/7/2013), sebanyak 4 korban tewas dalam insiden tersebut merupakan pasangan suami-istri (pasutri) dan kakak-beradik.
Di rumah duka, Jalan Kota Lama, Nabire, terbujur kaku dua jenazah pasutri Yanus Manibui dan Aniwaiya. Sanak keluarga dan kerabat korban memenuhi persemayaman kedua jenazah.
Kakak korban, Deni Sawaki mengatakan, dia dan keluarga terpukul dengan kematian adiknya. Deni mengaku, sebelumnya sudah melarang adiknya itu untuk pergi menonton pertandingan tinju amatir tersebut.
"Dia pakai anting emas pas berangkat. Ternyata dirampas saat kerusuhan berlangsung," kata Deni.
Masih di Jalan Kota Lama, di sebuah rumah duka juga disemayamkan dua jenazah kakak beradik, Yosiana dan Teresiya Wayne. Keduanya yang datang dari Kabupaten Dogiyai ke Nabire untuk membuat pas foto guna keperluan sekolah. Namun, kakak-beradik ini meregang nyawa saat menyaksikan pertandingan tinju.
Polisi Amankan Situasi Nabire
Hingga saat ini Polda Papua masih memeriksa seluruh panitia pertandingan tinju amatir tersebut. Termasuk pihak keamanan yang bertugas saat kejadian. Karena itu, Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Tito Karnavian berharap para kepala suku pun turut berkoordinasi dengan baik untuk menyelesaikan masalah ini.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Timur Pradopo juga menyatakan pihaknya bersama TNI telah menerjunkan pasukan gabungan untuk mengamankan situasi di Nabire. Khususnya guna mengantisipasi kisruh pascakejadian.
Seperti diketahui, pertandingan final tinju amatir Bupati Nabire Cup, Minggu 14 Juli 2013, berlangsung ricuh. Insiden berdarah itu menewaskan 18 orang penonton dan melukai puluhan lainnya.
Kericuhan dipicu protes pendukung petinju Yulianus Pigome yang dinyatakan kalah dari lawannya, petinju Alpius Rumkoren. Pendukung Yulianus mengamuk dan melemparkan kursi ke arah panitia.
Menghindari amuk pendukung Yulianus, sekitar 1.500 penonton bergegas keluar gedung olahraga yang hanya berkapasitas 800 orang itu. Dari tiga pintu yang ada, hanya satu pintu yang berfungsi. Alhasil para penonton berebut keluar di pintu tersebut dan kemudian banyak di antaranya terinjak-injak. (Osc)
Seperti ditayangkan Liputan6 Malam, Senin (15/7/2013), sebanyak 4 korban tewas dalam insiden tersebut merupakan pasangan suami-istri (pasutri) dan kakak-beradik.
Di rumah duka, Jalan Kota Lama, Nabire, terbujur kaku dua jenazah pasutri Yanus Manibui dan Aniwaiya. Sanak keluarga dan kerabat korban memenuhi persemayaman kedua jenazah.
Kakak korban, Deni Sawaki mengatakan, dia dan keluarga terpukul dengan kematian adiknya. Deni mengaku, sebelumnya sudah melarang adiknya itu untuk pergi menonton pertandingan tinju amatir tersebut.
"Dia pakai anting emas pas berangkat. Ternyata dirampas saat kerusuhan berlangsung," kata Deni.
Masih di Jalan Kota Lama, di sebuah rumah duka juga disemayamkan dua jenazah kakak beradik, Yosiana dan Teresiya Wayne. Keduanya yang datang dari Kabupaten Dogiyai ke Nabire untuk membuat pas foto guna keperluan sekolah. Namun, kakak-beradik ini meregang nyawa saat menyaksikan pertandingan tinju.
Polisi Amankan Situasi Nabire
Hingga saat ini Polda Papua masih memeriksa seluruh panitia pertandingan tinju amatir tersebut. Termasuk pihak keamanan yang bertugas saat kejadian. Karena itu, Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Tito Karnavian berharap para kepala suku pun turut berkoordinasi dengan baik untuk menyelesaikan masalah ini.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Timur Pradopo juga menyatakan pihaknya bersama TNI telah menerjunkan pasukan gabungan untuk mengamankan situasi di Nabire. Khususnya guna mengantisipasi kisruh pascakejadian.
Seperti diketahui, pertandingan final tinju amatir Bupati Nabire Cup, Minggu 14 Juli 2013, berlangsung ricuh. Insiden berdarah itu menewaskan 18 orang penonton dan melukai puluhan lainnya.
Kericuhan dipicu protes pendukung petinju Yulianus Pigome yang dinyatakan kalah dari lawannya, petinju Alpius Rumkoren. Pendukung Yulianus mengamuk dan melemparkan kursi ke arah panitia.
Menghindari amuk pendukung Yulianus, sekitar 1.500 penonton bergegas keluar gedung olahraga yang hanya berkapasitas 800 orang itu. Dari tiga pintu yang ada, hanya satu pintu yang berfungsi. Alhasil para penonton berebut keluar di pintu tersebut dan kemudian banyak di antaranya terinjak-injak. (Osc)