Raibnya Peninggalan Mataram Kuno

4 Benda peninggalan Mataram Kuno dari Abad X raib dari Museum Gajah. Apakah kita akan menjadi bangsa yang tak menghargai sejarah?

oleh Muhammad Ali diperbarui 13 Sep 2013, 00:02 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2013, 00:02 WIB
rajut-hilang-1130912c.jpg
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah.” Begitu ungkapan yang kerap terdengar di tengah masyarakat. Indonesia selain memiliki ragam budaya, juga mengandung banyak sejarah. Mulai dari zaman kerajaan hingga reformasi saat ini.

Begitu pentingnya nilai sejarah bagi masa depan penerus bangsa, sejumlah museum yang berisikan peninggalan-peninggalan sejarah pun didirikan di wilayah Indonesia. Beragam artefak dan peninggalan kuno mulai zaman kerajaan hingga benda-benda tokoh Indonesia dipamerkan.

Namun sayang, banyak peninggalan-peninggalan tersebut dicuri oleh orang yang tak menghargai sejarah demi kepentingan sesaat. Seperti yang terjadi di Museum Nasional atau Museum Gajah di Jalan Medan Merdeka Barat No 12, Jakarta Pusat, pada Rabu 11 September kemarin. 4 Buah koleksi yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dari abad X yang dilapisi emas, raib digondol maling.

Empat benda itu ialah lempengan Naga (berbentuk serpihan terbuat dari emas) 8 sentimeter dan tebal sekitar 1 milimeter, lempengan Bulan Sabit Beraksara (berbentuk serpihan terbuat dari emas) 8 sentimeter lebar 5,5 sentimeter, wajan bertutup Cepuk (berbentuk serpihan terbuat dari emas) 6,5 sentimeter, dan lempengan Harihara (berbentuk serpihan terbuat dari emas) 10,5 sentimeter dan lebar 5,5 sentimeter.

`Orang Dalam` Terlibat?

Benda purbakala yang seharusnya aman dan jauh dari tangan jahil, kini raib dari lantai 2 Gedung Museum Gajah, Jakarta Pusat. Tak hanya dijaga petugas keamanan selama 24 jam, gedung megah itu pun tentu dipasang alat pengaman lainnya. Namun, garong itu tetap saja bisa lolos. Dan kini muncul pertanyaan, mengapa itu bisa terjadi?

Kepala Museum Nasional Intan Mardiana menuturkan, peristiwa itu terjadi pada pukul 09.10 WIB, Rabu 11 Rabu 11 September kemarin. Pencurian itu langsung dilaporkan ke polisi kemarin, namun baru diperiksa pada Kamis (12/9/2013).

"Saat kejadian, pintu dalam keadaan renggang dan semua koleksi tersebut sudah tidak ada. (Pencuri) dengan cara mencongkel pintu kaca lemari (Vitrin)," jelas Intan di Museum Gajah, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.

Seyogyanya peristiwa ini dapat terekam dengan baik oleh CCTV yang terpasang di dalam gedung tersebut. Namun sayang, alat perekam itu diketahui sudah tidak berdungsi. Intan pun menampik bila alat itu tak berfungsi sejak 1 tahun lamanya.

"Satu tahun, informasi dari mana itu? Saya bilang kan saat hari itu saja ketika kehilangan. Jadi ketika kejadian itu hari Rabu ya, ternyata CCTV di gedung itu mati. Itu ketahuan pas kita cek monitor," ucap Intan di Museum Gajah, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (12/9/2013).

Intan mengaku heran mengapa CCTV tersebut tak berfungsi saat pencurian berlangsung. Untuk itu, kepolisian saat ini fokus menyelidiki penyebab matinya CCTV tersebut. "Paling difokuskan kepada CCTV, saya juga heran kenapa bisa mati itu CCTV (saat kejadian)," ujar Intan.

Lantas adakah `orang dalam` yang terlibat dalam aksi jahat ini? Intan enggan berkomentar lebih jauh. Meski demikian, dirinya tak menampik bisa saja itu terjadi. "Kemungkinan bisa ada keterkaitan orang dalam, tapi saya belum berani ke arah situ. Kita tunggu saja hasil penyelidikan polisi," tukas Intan.

Bukan yang Pertama

Pada era 1990-an, Museum Nasional alias Museum Gajah juga pernah mengalami pencurian koleksi bersejarahnya. Dalam kurun satu dasa warsa itu, 2 kali pencurian telah terjadi.

"Pertama tahun 1992, kehilangan kehilangan keramik. Tidak kembali," kata Kepala Museum Nasional Intan Mardiana di Jakarta, Kamis (12/9/2013).

Selang 4 tahun kemudian, museum ini kembali diobok-obok maling. Kali ini, lukisan pelukis terkenal Basoeki Abdullah yang raib. "Tapi kembali. Dan (pencurian 4 benda) ini yang ketiga," kata Intan.

Akibat pencurian tersebut, para pengunjung Museum Gajah dilarang memasuki ruangan di lantai 2 tersebut. Para pengunjung hanya diperbolehkan masuk di lantai bawah saja.

Menurut keterangan salah seorang petugas keamanan, polisi masih melakukan pemeriksaan di ruangan tersebut. "Semetara ditutup untuk pengunjung, dari tadi siang sampai sekarang. Di atas sedang dilakukan penyelidikan dari Polsek Gambir," ucap petugas yang enggan disebut namanya itu.

Tak hanya pengunjung, para wartawan yang akan mengambil gambar pun dilarang belasan keamanan museum. Jurnalis hanya diperbolehkan berada di luar gedung.

Sementara terkait jumlah kerugian materiil akibat pencurian benda bersejarah ini, Dirjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Kacung Marijan mengaku belum dapat merincinya secara pasti. Meski begitu, Kacung menyebutkan benda yang hilang tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat mendalam.

"Dilihat dari bentuk dan ukuran memang kecil, tapi ini nilai yang sangat besar karena peninggalan sejarah. Nilai benda sejarah semakin lama semakin mahal," jelas Kacung.

Untuk menghindari hal ini terulang, Kacung menyatakan Kemendikbud akan mengevaluasi secara berkala terhadap harga-harga setiap benda yang tersedia di setiap museum. "Mulai tahun depan akan memprogramkan untuk melakukan penilaian terhada benda-benda sejarah dan mengevaluasi berapa harga. Agar jika ada apa-apa langsung bisa dihitung," tukas Kacung.

Kisah Kusni Kasdut

Tak hanya kali ini Museum Nasional atau Museum Gajah kehilangan koleksi berharganya. Kisah yang paling menggemparkan terkait raibnya koleksi Museum Gajah adalah kasus perampokan yang dilakukan gerombolan perampok yang dipimpin Kusni Kasdut.

Perampokan itu terjadi pada 31 Mei 1961. Saat itu, Kusni kasdut menyamar dengan memakai seragam polisi masuk ke halaman Museum Gajah dengan mengendarai Jeep.

Kusni Kasdut kemudian menyandera pengunjung dan melukai petugas Museum Gajah. Dalam aksi itu, Kusni Kasdut berhasil membawa kabur 11 permata koleksi museum yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat tersebut.

Kusni Kasdut merupakan perampok legendaris. Pria yang dieksekusi mati pada tahun 1980-an itu ternyata membagi-bagikan sebagian harta rampokannya kepada orang tidak mampu. Kusni Kasdut yang bernama asli Ignatius Waluyo itu sejatinya ikut berperan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Setelah revolusi, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu ingin mengubah nasib.

Sampai suatu saat, dia ingin masuk TNI dengan berbekal pengalaman semasa revolusi. Namun ditolak. Sebab Kusni Kasdut tak terdaftar resmi di kesatuan. Lagi pula di kaki kirinya terdapat cacat.

Kejahatan demi kejahatan dia lakukan setelah itu. Hingga dia dan kawanannya merampok Museum Gajah. Dia akhirnya tertangkap saat akan menjual permata-permata itu di Semarang. Selama di penjara, dia sudah 8 kali berusaha kabur. Namun gagal dan dihukum mati.

Saat-saat terakhir "Robin Hood Indonesia" itu dijadikan ide untuk menulis lagu dari grup God Bless. Lagu itu diberi judul Selamat Pagi Indonesia di album "Cermin". (Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya