Ada banyak cerita dari Pak Gubernur Kota Metropolitan berperawakan kurus dan wajah ndeso. Jokowi namanya. Atau lebih lengkap dengan nama Joko Widodo.
Orang nomor wahid di DKI Jakarta ini blak-blakan tentang berbagai hal yang pernah dialaminya, sejak dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga sekarang.
Di hadapan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jokowi buka-bukaan soal isu impeachment atau pelengseran yang sempat menghantam dirinya, terkait program Kartu Jakarta Sehat (KJS) untuk warga kurang mampu.
Jadi ceritanya, program KJS Jokowi dinilai gagal lantaran ada beberapa rumah sakit mengundurkan diri dari kerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Lalu beberapa anggota DPRD DKI Jakarta mewacanakan hak interpelasi untuk memakzulkan Jokowi.
Jokowi mengaku heran dengan rencana pelengseran tersebut. Padahal dirinya mengaku benar-benar ingin menerapkan program yang membantu wong cilik.
"Saya lihat masyarakat. Di masyarakat bapaknya sakit nggak bisa ke RS. Anaknya di RS, nggak bisa bawa pulang. Itu yang saya lihat awal-awal masuk kampung," kata Jokowi dalam Seminar Dewan Guru Besar UI bertema 'Indonesia Menjawab Tantangan; Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang' di Aula FK UI, Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu 30 November 2013.
Mantan Walikota Solo ini menjelaskan, karena masih terdapat ketidaksiapan fasilitas di rumah sakit milik pemerintah di Jakarta, program KJS mendapat kritikan keras dan dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menyerang dirinya. "Dibelokkan pogram ini tidak siap. Sehingga saya mau di-impeachment," ujar Jokowi.
Namun, bukan Jokowi namanya jika ia takut dengan ancaman pemakzulan dirinya oleh DPRD DKI. Ia pun menegaskan tidak ambil pusing terhadap serangan lawan politiknya.
"Kalau saat itu betul-betul bisa dibuat mundur, saya senang. Saya dimakzulkan karena membuat kartu (KJS) ini saya senang banget," tegas Jokowi.
Belakangan usulan impeachment itu mengendur dan akhirnya lenyap. "Tapi sampai sekarang nggak berani. Saya tunggu nggak ada," pungkasnya sembari mendapat tepuk tangan meriah oleh hadirin.
Memang pada Mei 2013, sebanyak 30 anggota DPRD DKI mengumpulkan tanda tangan untuk hak interpelasi atau hak tanya terkait kabar mundurnya 16 rumah sakit swasta dari program KJS. Tapi pada akhirnya tidak ada keputusan yang mengindikasikan Jokowi dilengserkan.
Selain bicara pelengseran, Jokowi juga mengaku dikadalin pemerintah pusat. Ia pun menyampaikan kekecewaannya terhadap pemerintah pusat.
Jokowi berujar, dirinya merasa dibohongi pemerintah pusat. Sebab selama perbincangan dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat tidak pernah menyinggung mengenai mobil murah.
"Jadi ketika ada pertemuan yang dibicarakan adalah mengenai MRT, monorail, dan sterilisasi jalur Transjakarta. Tapi nggak pernah menyinggung mobil murah, dan tiba-tiba itu keluar," kata Jokowi, kesal.
Mengenai tanggapan pemerintah terkait kebijakan mobil murah, Jokowi merasa tidak pernah menolak ide adanya mobil murah tersebut. "Saya ngomong yang dibutuhkan itu transportasi murah bukan melarang mobil murah," tegasnya.
Selain merasa dikibuli, Jokowi juga menyindir mengenai komunikasi yang dibangun antara pemerintah pusat dengan daerah yang tidak berjalan dua arah. Seharusnya, komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah. "Menurut saya yang paling bagus ada komunikasi dua arah tetapi bukan mendengarkan pidato," ungkap Jokowi.
[Baca juga: Kepolosan Jokowi Saat Isi Seminar di UI]
Rahasia Blusukan
Cerita eksklusif langsung dari Jokowi soal sepak terjangnya mengurus ibukota belum selesai. Jokowi mengungkap rahasia blusukan yang sudah menjadi trademark dirinya.
Apa gerangan yang membuatnya memilih ke lapangan daripada di kantor? Mantan pengusaha mebel ini mengungkapkan, blusukan yang dilakukannya setiap hari bertujuan untuk melatih mata batinnya.
"Kalau kita bersentuhan kulit saja dengan masyarakat tidak pernah, bagaimana mata batin kita terlatih. Kalau kita tidak langsung turun lihat kenapa kumuh, bagaimana kita melatih mata batin kita? Jika pemimpin tidak begitu, nggak akan sanggup saya jamin menyelesaikan permasalan," jelas Jokowi.
Selain bisa melatih mata batinnya, menurut Jokowi, blusukan juga bisa meningkatkan rasa spiritual. Dengan blusukan mendatangi masyarakat, rasa spiritualnya akan tinggi.
"Karena saya ingin melatih mata batin dan rasa spiritual. Saya paling seneng sebetulnya bukan di lapangan, tapi mendekati rakyat mendengarkan masalah. Itu intinya," jelas Jokowi.
Mantan Walikota Solo itu mengaku setiap harinya hanya berada di kantor selama 1 atau 2 jam. Itu pun hanya untuk memimpin rapat. Kebanyakan ia berada di luar kantor.
"Penduduk Jakarta itu punya problem. Dan itu problem kita. Seperti masalah macet, tata kota dan masalah kualitas hidup. Kenapa di kantor satu sampai dua jam? kalau tidak turun langsung, kita tidak tahu harus menyelesaikannya," ujar Jokowi. "Saya memang paling tidak kuat disuruh berlama-lama di kantor.
Terus untuk datang ke warga, panas-panas, atau bahkan ke tempat kumuh dan jembatan reyot, nyalinya dari mana Pak Jokowi? "Belinya? Pertama di pasar dan kedua di kampung. Kalau kita ke pasar dan tahu masalah detil, kita tahu masalahnya detil di kampung, problemnya riil, kita akan berani mau putuskan apa," ujar Jokowi.
Jokowi tak pernah merasa takut menemui siapapun di lapangan. Termasuk preman. Bahkan dari hasil blusukannya, kini suami Iriana Jokowi itu sekarang kenal semua preman di Tanah Abang.
"Berapa puluh kali saya ke sana, karena saya ingin tahu peta lapangannya, premannya siapa saja, di timur siapa, di barat siapa, utara siapa, selatan siapa. Jadi kalau ditanya, 'Pak sebelah timur siapa premannya', saya bisa jawab," papar Jokowi.
Pak Gubernur juga membeberkan kenapa sering pakai kemeja putih, baik saat blusukan atau di kantor. "Alasannya karena harganya murah. Ya setiap hari saya selalu pakai baju putih begini. Ada yang harganya Rp 50 ribu, 70 ribu."
Jokowi pun mengakui, ia selalu mengenakan pakaian favoritnya tersebut semasa ia masih menjabat Walikota Solo, Jawa Tengah. "Ya memang dari dulu, ya begini yang saya pakai," tandasnya.
Begitulah Jokowi. Apa adanya, tak dibuat-buat. Santun namun tegas. Kalau dibilang iya, ya iya. Kalau tidak, ya tidak. Selamat bekerja Pak Jokowi! (Riz)