11 Februari lalu menjadi hari di mana penyiksaan terhadap anak di bawah umur tercium. Hal ini berkat laporan warga sekitar panti asuhan melalui hotline kepada Komnas Pelindungan Anak, lantaran ada dugaan tindak eksploitasi anak yakni penganiayaan, pelecehan seksual, bahkan hingga meninggal dunia.
Panti Asuhan Samuel yang dimiliki dan dikelola Pendeta Chemuel Watulingas, menjadi saksi bisu penyiksaan ini. Tempat yang tidak layak dengan kasur tipis, ruang makan seadanya, tempat bermain tidak memadai, menjadi awal bukti penyiksaan yang kerap dialami anak panti di panti asuhan yang beralamat di Sektor 6 GC No 10 Cluster Miccelia Summarecon Gading, Serpong, Tangerang itu.
Sebanyak 25 anak dari usia balita hingga belasan tahun diduga ditelantarkan. 12 Lainnya berusia di bawah 5 tahun, 7 di antaranya telah kabur dan menjadi saksi kasus ini. Saat ini ke-7 bocah tersebut telah diamankan ke LBH Mawar Sharon.
Sebagian lainnya Senin 24 Februari kemarin dievakuasi Komnas Perlindungan Anak. Mereka kini tengah berada di bawah naungan lembaga kemasyarakatan milik Kementerian Sosial di Jalan Cipayung Raya, Jakarta Timur. 2 Di antaranya mendapatkan penanganan intensif di Rumah Sakit Bethsaida, Sumarecon Gading Serpong, Senin malam. 6 Anak lainnya belum sempat dievakuasi, sebab sedang sekolah dan 1 balita meninggal dunia.
"Kemarin pagi (pukul 11.00 WIB) kami sudah evakuasi 12 balita. Usianya di bawah 5 tahun, 2 di antaranya saat ini berada di rumah sakit, V (3 tahun) dan M (8 bulan). Saat ditemuakan kedua balita ini panas tinggi 39 drajat Celcius. Hingga saat ini ke-enamnya belum dievakuasi," ungkap Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait di gedung Komnas Perlindungan Anak, di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (25/2/2014).
Akibat penyiksaan yang kerap dilakukan pemilik panti, sejumlah luka ditemukan di tubuh anak-anak ini. Seperti bekas pukulan, sabetan, bekas gigitan orang dewasa. Bahkan, di antara mereka ada yang harus mengalami penyiksaan tidur di kandang anjing. Tak hanya itu, anak-anak tersebut juga terlihat kurus, lusuh, dan tak terurus. Balita berusia 3 bulan berinisial C pun meregang nyawa.
Saat dievakuasi, kondisi mereka terlihat menyedihkan di panti ini. Bukan hanya fasilitas yang dianggapnya tidak memadai. Panti ini juga ternyata hanya mempekerjakan 1 pembantu rumah tangga berusia 59 tahun. Selain itu, kata Arist, anak-anak di panti ini pun kerap diperbudak untuk menjaga anak-anak lainnya.
"Bukan sesuatu yang pantas, ketika anak justru menjaga anak-anak," kata Arist Merdeka.
Terkait bantahan-bantahan yang dilayangkan pihak Panti Asuhan Samuel. Komnas Perlindungan Anak menanggapi santai. "Syukur jika penyiksaan yang dilaporkan masyarakat itu tidak terbukti. Itu merupakan harapan pribadi saya. Silahkan buktikan saja," pungkas Arist.
Bantah
Baca juga:
Melongok Bangunan Lama Panti Samuel
Donatur: Panti Asuhan Samuel Agak Bau dan Jorok
Anak Panti Asuhan Samuel Juga Dikurung di Kandang Anjing
Panti Asuhan Samuel yang dimiliki dan dikelola Pendeta Chemuel Watulingas, menjadi saksi bisu penyiksaan ini. Tempat yang tidak layak dengan kasur tipis, ruang makan seadanya, tempat bermain tidak memadai, menjadi awal bukti penyiksaan yang kerap dialami anak panti di panti asuhan yang beralamat di Sektor 6 GC No 10 Cluster Miccelia Summarecon Gading, Serpong, Tangerang itu.
Sebanyak 25 anak dari usia balita hingga belasan tahun diduga ditelantarkan. 12 Lainnya berusia di bawah 5 tahun, 7 di antaranya telah kabur dan menjadi saksi kasus ini. Saat ini ke-7 bocah tersebut telah diamankan ke LBH Mawar Sharon.
Sebagian lainnya Senin 24 Februari kemarin dievakuasi Komnas Perlindungan Anak. Mereka kini tengah berada di bawah naungan lembaga kemasyarakatan milik Kementerian Sosial di Jalan Cipayung Raya, Jakarta Timur. 2 Di antaranya mendapatkan penanganan intensif di Rumah Sakit Bethsaida, Sumarecon Gading Serpong, Senin malam. 6 Anak lainnya belum sempat dievakuasi, sebab sedang sekolah dan 1 balita meninggal dunia.
"Kemarin pagi (pukul 11.00 WIB) kami sudah evakuasi 12 balita. Usianya di bawah 5 tahun, 2 di antaranya saat ini berada di rumah sakit, V (3 tahun) dan M (8 bulan). Saat ditemuakan kedua balita ini panas tinggi 39 drajat Celcius. Hingga saat ini ke-enamnya belum dievakuasi," ungkap Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait di gedung Komnas Perlindungan Anak, di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (25/2/2014).
Akibat penyiksaan yang kerap dilakukan pemilik panti, sejumlah luka ditemukan di tubuh anak-anak ini. Seperti bekas pukulan, sabetan, bekas gigitan orang dewasa. Bahkan, di antara mereka ada yang harus mengalami penyiksaan tidur di kandang anjing. Tak hanya itu, anak-anak tersebut juga terlihat kurus, lusuh, dan tak terurus. Balita berusia 3 bulan berinisial C pun meregang nyawa.
Saat dievakuasi, kondisi mereka terlihat menyedihkan di panti ini. Bukan hanya fasilitas yang dianggapnya tidak memadai. Panti ini juga ternyata hanya mempekerjakan 1 pembantu rumah tangga berusia 59 tahun. Selain itu, kata Arist, anak-anak di panti ini pun kerap diperbudak untuk menjaga anak-anak lainnya.
"Bukan sesuatu yang pantas, ketika anak justru menjaga anak-anak," kata Arist Merdeka.
Terkait bantahan-bantahan yang dilayangkan pihak Panti Asuhan Samuel. Komnas Perlindungan Anak menanggapi santai. "Syukur jika penyiksaan yang dilaporkan masyarakat itu tidak terbukti. Itu merupakan harapan pribadi saya. Silahkan buktikan saja," pungkas Arist.
Bantah
Pemilik dan pengelola Panti Asuhan Samuel, Pendeta Chemuel Watulingas menepis semua tudingan dari LBH Mawar Sharon. Chemuel membantah adanya penyiksaan, apalagi mengakibatkan anak panti yang meninggal dunia.
"Penganiayaan dari mana? LBH Mawar Sharon pernah datang ke sini secara tiba-tiba. Mana buktinya? Kalau terbukti, saya Pendeta Chemuel siap dipenjara," jelas Pendeta Chemuel saat dihubungi Liputan6.com, Minggu 23 Februari 2014. (Rmn/Ism)Baca juga:
Melongok Bangunan Lama Panti Samuel
Donatur: Panti Asuhan Samuel Agak Bau dan Jorok
Anak Panti Asuhan Samuel Juga Dikurung di Kandang Anjing