TPA Leuwigajah Ditutup

Sampah organik dan nonorganik warga Bandung dan Cimahi untuk sementara dibuang di lahan di sekitar Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat. Korban tewas yang sudah ditemukan berjumlah 51 orang.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Feb 2005, 14:32 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2005, 14:32 WIB
230205bTpaLeuwigajah.jpg
Liputan6.com, Cimahi: Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah di Cimahi Selatan, Cimahi, Jawa Barat, ditutup. Selama tiga hari ini, sampah organik dan nonorganik warga Bandung dan Cimahi untuk sementara ditampung di lahan di sekitar Jalan Pasteur, Bandung. Demikian hasil pemantauan SCTV dari TPA Leuwigajah, Rabu (23/2) siang.

Tumpukan sampah di TPA Leuwigajah memang sudah gila-gilaan. Sampah di TPA yang mulai beroperasi sejak 20 tahun silam itu sudah menutup 25 hektare lahan dengan ketinggian sekitar 22 meter. Benar-benar menjadi ancaman bagi warga di sekitar. Dan, ancaman itu benar-benar terbukti ketika gunung sampah itu luruh dan mengubur ratusan rumah di sekelilingnya, Senin silam.

Pascamusibah itu, baru semua mata terbelalak. Puluhan jiwa melayang ditimbun sampah, sementara puluhan warga lainnya belum diketemukan. Belum selesai, persoalan baru datang. Pemerintah daerah setempat bingung mencari tempat baru untuk menampung sampah dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Cimahi yang volumenya mencapai 2.000 hingga 4.000 ton per hari atau 7.500 meter kubik.

Sampah-sampah itu kemungkinan dibuang ke Sumedang. Tapi, sampai berita ini disusun, izin dari bupati Sumedang belum turun. Alhasil, lautan sampah menghampar di beberapa lahan terbuka di sepanjang Jalan Pasteur, Kota Bandung.

Sementara proses pencarian korban akibat musibah di TPA Leuwigajah terus dilakukan. Sekitar pukul 10.00 WIB, ditemukan lagi seorang korban yang diketahui bernama Unah. Perempuan tua itu ditemukan di antara reruntuhan rumahnya di Kampung Cilimus.

Begitu ditemukan, jenazah Unah langsung digotong ke sebuah masjid di kampung itu untuk disalatkan, sebelum akhirnya dikebumikan di Kampung Cipaganti. Sedangkan nasib lima anggota keluarga Unah yang lain belum diketahui. Besar kemungkinan mereka juga tewas tertimbun sampah.

Sejauh ini, tim evakuasi sudah menemukan 51 dari 136 korban yang diperkirakan tewas dalam musibah itu. Korban tewas, rata-rata ditemukan di bawah reruntuhan rumah mereka yang ambruk digodam ratusan ton sampah.

Hampir seluruh warga di sekitar TPA Leuwigajah menyalahkan pemerintah daerah setempat. Warga menilai, selama ini, pemda tak pernah peduli dengan nasib mereka sampai musibah benar-benar terjadi. Padahal jauh-jauh hari mereka sudah mengingatkan pemda kalau tumpukan sampah di TPA Leuwigajah bisa mengancam keselamatan warga.

Tak berlebihan kalau akhirnya Engkus dan Dodo sampai meledak-ledak. Apalagi semua anggota keluarga Kampung Cilimus ini menjadi korban dalam peristiwa mengenaskan itu. "Mana tanggung jawab mereka [pemda]. Mereka enak-enak duduk di kantor, sementara kami menderita," kata Engkus, menahan geram.

Kakak adik itu menyalahkan pemda dan Perusahaan Daerah Kebersihan Kabupaten Bandung dan harus bertanggung jawab atas kematian 14 anggota keluarga mereka. Dodo menuturkan, saat kejadian, keluarga mereka sedang tertidur pulas [baca: TPA Cireundeu Longsor, Enam Tewas]. Dia selamat setelah berhasil menjebol atap rumah. Engkus sendiri sedang berada di luar rumah.

Engkus dan Dodo, kini terus memeriksa jenazah yang berhasil dievakuasi dari timbunan sampah. Keduanya berharap, keluarga mereka dapat segera ditemukan.(ICH/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya