Biksu Sri Lanka Protes Pembangunan Zona Industri China

oleh Fatkhur Rozaq Rosyidi, diperbarui 08 Jan 2017, 14:05 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2017, 15:01 WIB
20170108-Sri-Lanka-AFP
Seorang polisi mengamankan biksu saat aksi protes di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). Mereka memprotes pembuatan zona ind
Foto 1 dari 7
20170108-Sri-Lanka-AFP
Seorang polisi mengamankan biksu saat aksi protes di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). Mereka memprotes pembuatan zona industri untuk investasi China di sebuah kawasan di Sri Lanka. (AFP/ Ishara S. Kodikara)
Foto 2 dari 7
20170108-Sri-Lanka-AFP
Ekspresi seorang biksu saat melakukan aksi protes di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). Aksi protes ini mengakibatkan beberapa korban terluka akibat tembakan gas air mata dari bentrokan dengan pihak kepolisian. (AFP/Ishara S. Kodikara)
Foto 3 dari 7
20170108-Sri-Lanka-AFP
Sejumlah biksu melakukan aksi protes dengan di jaga ketat oleh petugas keamanan di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). (AFP/Ishara S. Kodikara)
Foto 4 dari 7
20170108-Sri-Lanka-AFP
Ekspresi seorang biksu saat melakukan aksi protes di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). Warga menentang rencana tersebut dikarenakan mereka akan mengalami penggusuran di pemukiman mereka. (AFP/Ishara S. Kodikara)
Foto 5 dari 7
20170108-Sri-Lanka-AFP
Sejumlah biksu dan aktivis bentrok dengan polisi saat aksi protes di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). Meski warga lokal akan di berikan lahan baru mereka tetap menolak pembangunan zona industri tersebut. (AFP/Ishara S. Kodikara)
Foto 6 dari 7
20170108-Sri-Lanka-AFP
Polisi Sri Lanka menembakan water canon untuk membubarkan aktivis dan biksu saat aksi protes di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). (AFP/Ishara S. Kodikara)
Foto 7 dari 7
20170108-Sri-Lanka-AFP
Sejumlah biksu dan aktivis bentrok dengan polisi saat aksi protes di kota pelabuhan selatan Hambantota, Sri Lanka (7/1). Akibat aksi ini, peresmian yang dihadiri oleh Perdana Menteri Ranil Wickeremesinghe, akhirnya tertunda. (AFP/Ishara S. Kodikara)