FOTO: Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak

oleh Johan Fatzry, diperbarui 23 Jun 2022, 14:02 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2018, 19:00 WIB
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Dokumen klasifikasi penyakit internasional ke-11 yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO menggolongkan kecanduan bermain game di komputer atau ponsel pintar sebagai penyakit mental.
Foto 1 dari 6
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Suasana warnet di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). Dokumen klasifikasi penyakit internasional ke-11 yang dikeluarkan WHO menggolongkan kecanduan bermain game di komputer atau ponsel pintar sebagai penyakit mental. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 2 dari 6
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Seorang anak bermain game online di salah satu warung internet (warnet) di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). Kecanduan game online atau gaming disorder dapat berisiko pada penurunan kosentrasi belajar, daya ingat. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 3 dari 6
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Sejumlah anak bermain game online di salah satu warung internet (warnet) di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). Kecanduan game online atau gaming disorder berisiko tingkat kecemasan tinggi, sulit mengontrol emosi. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 4 dari 6
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Sejumlah anak bermain game online di salah satu warnet di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). Kecanduan game online atau gaming disorder berisiko depresi, hingga menyebabkan kurang mampu berkomunikasi. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 5 dari 6
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Sejumlah anak bermain game online di salah satu warung internet (warnet) di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 6 dari 6
Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Seorang anak bermain game online di salah satu warung internet (warnet) di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). Kecanduan game online atau gaming disorder dapat berisiko pada penurunan kosentrasi belajar, daya ingat. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)