FOTO: Perayaan Waisak Suku Tengger

oleh Johan Fatzry, diperbarui 23 Jun 2022, 14:24 WIB

Diterbitkan 27 Mei 2021, 08:00 WIB

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan Waisak yang dilakukan masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas kali ini tampak sederhana. Hal itu dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 di desa yang hingga kini belum ditemukan kasus virus corona atau nol kasus.

Foto 1 dari 6

Sejumlah warga Suku Tengger, yang memeluk Buddha Jawa Sanyata, menghadiri upacara perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2565 di Vihara Paramitta, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, pada Rabu (26/5/2021) malam waktu setempat. (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)

Foto 2 dari 6

Suasana pelaksanaan upacara perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2565 di Vihara Paramitta, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, Rabu (26/5/2021). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan Waisak yang dilakukan masyarakat Suku Tengger ini tampak sederhana. (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)

Foto 3 dari 6

Kekhusyukan warga Suku Tengger, yang memeluk Buddha Jawa Sanyata, ketika melaksanakan upacara perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2565 di Vihara Paramitta, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, pada Rabu (26/5/2021). (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)

Foto 4 dari 6

Berita Terkait

Seorang warga tengah memakai udeng sebelum mengikuti upacara perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2565 di Vihara Paramitta, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, pada Rabu (26/5/2021) malam waktu setempat. (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)

Foto 5 dari 6

Suasana ketika warga Suku Tengger, yang memeluk Buddha Jawa Sanyata, melakukan perenungan dalam pelaksanakan upacara perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2565 di Vihara Paramitta, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, pada Rabu (26/5/2021) malam waktu setempat. (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)

Foto 6 dari 6

Suasana pelaksanaan upacara perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2565 di Vihara Paramitta, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, Rabu (26/5/2021). Kesederhanaan ini terlihat dengan tidak adanya tradisi tumpeng kebuli, arak-arakan, hingga tari-tarian. (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)