Gempa Guncang China, Lebih dari 100 Orang Tewas

oleh Arny Christika Putri, diperbarui 19 Des 2023, 14:35 WIB

Diterbitkan 19 Des 2023 14:35 WIB

Tim penyelamat di desa-desa terpencil di barat laut China menggali reruntuhan rumah-rumah yang runtuh pada hari Selasa setelah gempa bumi paling mematikan di China dalam beberapa tahun terakhir menewaskan sedikitnya 118 orang dan melukai ratusan lainnya.

Foto 1 dari 10

Bangunan-bangunan yang runtuh terlihat setelah gempa bumi di Dahejia, Kabupaten Jishishan, di provinsi Gansu, barat laut China, Selasa (19/12/2023). (STR / AFP)

Foto 2 dari 10

Sedikitnya 118 orang tewas ketika gempa meluluhlantak bangunan-bangunan di wilayah China barat laut, lapor media pemerintah pada Selasa (19/12). (STR / AFP)

Foto 3 dari 10

Petugas penyelamat kini tengah bergegas menggali puing-puing bangunan yang runtuh. (STR / AFP)

Foto 4 dari 10

Berita Terkait

Gempa magnitudo 6,2 terjadi pada malam hari saat banyak orang tertidur di dekat perbatasan provinsi Gansu dan Qinghai, menyebabkan orang-orang bergegas keluar ke jalan. (STR / AFP)

Foto 5 dari 10

Gempa menyebabkan kerusakan besar, termasuk rumah-rumah roboh. Pasokan listrik dan air terganggu di beberapa desa, menurut laporan media pemerintah. Zhang Hongxiang/Xinhua via AP)

Foto 6 dari 10

Rekaman dari CCTV menunjukkan harta benda keluarga berserakan di antara batu-batu dari sebuah rumah yang ambruk saat gempa terjadi. (Chinatopix via AP)

Foto 7 dari 10

Upaya penyelamatan sedang dilakukan dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menyerukan “upaya sekuat tenaga” dalam upaya pencarian dan bantuan. (Chinatopix via AP)

Foto 8 dari 10

Hampir 1.500 petugas pemadam kebakaran dikerahkan dan 1.500 lainnya bersiaga, menurut media pemerintah. (Chinatopix via AP)

Foto 9 dari 10

Pusat gempa berada sekitar 100 kilometer di sebelah barat daya ibu kota provinsi Gansu, Lanzhou. Beberapa gempa susulan yang lebih kecil terjadi setelah gempa awal. (CNS / AFP)

Foto 10 dari 10

Gempa tersebut merupakan yang paling mematikan di China setidaknya sejak tahun 2014, ketika lebih dari 600 orang tewas di provinsi Yunnan barat daya. (Wang Xi via AP)