Liputan6.com, Karangasem - Sejumlah obyek wisata di Kabupaten Karangasem terdampak imbas status awas Gunung Agung. Salah satunya adalah rumah pohon yang terletak di Bukit Lemped, Peladu, Padangkerta, Karangasem. Meski berada sekitar 15 kilometer dari zona bahaya Gunung Agung, pengunjung yang datang tetap saja sepi.
Ketut Sari, penjaga rumah pohon di Bukit Lemped menuturkan, sebelum Gunung Agung ditetapkan awas pada 22 September 2017, saban hari objek wisata ini dikunjungi sekitar 100-150 wisatawan. Namun, sejak status awas diberlakukan, jumlah kunjungan menurun drastis.
"Sekarang sehari sekitar 20-30 orang saja yang datang ke sini," katanya saat ditemui di lokasi, Sabtu, 14 Oktober 2017.
Advertisement
Di pusat kota Karangasem, sejumlah warga juga merasakan imbas status Awas Gunung Agung. Pantauan di lokasi, sejumlah tempat usaha sudah tutup. Salah satunya adalah pusat perbelanjaan Hardys yang sudah tutup sejak 22 September 2017.
"Sampai sekarang belum buka lagi," kata Mas Panjul, pedagang bakso di depan pusat perbelanjaan tersebut.
Baca Juga
Mas Panjul juga merasakan dampak yang tak kalah berat. Saat gunung setinggi 3.142 mdpl itu berstatus Awas, ia harus menutup usaha baksonya selama tiga hari.
"Karena warga di sini mengungsi semua, mau jualan siapa yang beli. Daging di pasar juga tidak ada karena pedagangnya tutup semua," ujar dia.
Belakangan, meski roda ekonomi belum pulih, sejumlah usaha mulai berputar. Usaha daging telah buka kembali. Mas Panjul kembali membuka kedai baksonya.
"Tapi, pendapatan saya turun 70 persen. Warga masih sepi. Sebelum Gunung Agung Awas saya bisa habiskan 25 kilogram daging sehari. Tapi sekarang 10 kilogram saja tidak habis," ucapnya.
Mas Panjul juga saban hendak pergi ke pasar harus mengambil uang jauh ke Klungkung atau Gianyar. Sebab, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kota Karangasem tidak berisi.
"ATM sekarang tidak ada isinya. Saya harus ke Klungkung atau Gianyar kalau mau ambil uang," kata Mas Panjul.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Bangkitkan Bali Lewat Ajang Lari
Ajang Rock'nRun kembali digelar tahun ini. Ajang lari dengan misi amal yang akan berlangsung ke-17 kalinya bakal digelar pada 22 Oktober 2017 nanti di Kuta, Bali.
Marketing Communication Manager Hardrock Hotel, Ketut Narendra Wiriadijaya, mengatakan, ajang lari legendaris itu tahun ini bertujuan untuk membantu pengungsi Gunung Agung. Rute peserta lari dimulai dari Jalan Pantai Kuta, tepatnya di depan Hardrock Hotel, melewati Jalan Melasti, Jalan Sriwijaya, dan Jalan Legian, serta berakhir di Pantai Kuta.
"Di tahun ke-17 ini, kita membantu ke pengungsi Gunung Agung. Sebelumnya selama 16 tahun, kita sudah membantu adik adik di SLB B, bibir sumbing, kanker payudara, HIV, dan anak-anak kurang mampu lainnya," kata Rendra saat ditemui di Kuta, Bali, Kamis siang, 12 Oktober 2017.
Bagi yang berminat ikut serta dalam ajang lari tahunan ini, peserta bakal dikenai biaya Rp 230 ribu untuk pelari profesional dan Rp 300 ribu untuk umum. Sebagian pendapatan akan didonasikan bagi pengungsi Gunung Agung.
Dalam ajang lari ini, pihaknya menargetkan 1.500 peserta. "Peserta biasanya didominasi dari Bali," ucap Rendra.
Ia mengatakan acara berlari tahun ini juga untuk menunjukkan bahwa Bali tetap aman meski status Gunung Agung saat ini Awas. Pasalnya, jarak Kuta dari kawasan Gunung Agung mencapai 82 kilometer, sementara zona bahaya hanya sampai 12 kilometer dari puncak kawah.
Ia mengakui jika status Gunung Agung saat ini memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan. "(Status awas Gunung Agung) Lumayan memengaruhi. Ada penurunan yang cukup signifikan dan ada pembatalan dari beberapa tamu juga," ujarnya.
Untuk itu, pihaknya kini gencar menyebar informasi jika Bali tetap aman meski Gunung Agung bergejolak di dalam. Selain ajang lari, pihaknya juga giat menyebarkan testimoni wisatawan di media sosial.
"Kita membikin campaign di social media, Mbak, men-share pengalaman tamu di hotel yang sebenarnya tidak terpengaruh situasi Gunung Agung," kata Rendra.
Advertisement