7 Versi Kematian Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar sosok kontroversial dalam sejarah Islam dan Jawa. Beragam versi kematiannya beredar di masyarakat. Masih misterius.

diperbarui 06 Agu 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2018, 14:30 WIB
Ilustrasi Wali Songo
Ilustrasi Wali Songo

Suaramerdeka.com, Semarang - Syekh Siti Jenar adalah sosok kontroversial dalam dunia mistik Islam dan Kejawen. Selain karena ajaran manunggaling kawula gusti-nya, ikhwal asal-usul dan nasabnya masih diperdebatkan hingga sekarang.

Syekh Siti Jenar lahir sekitar 829 H/1348 Caka/1426 H di lingkungan Pakuwuan, Caruban, pusat kota Caruban yang sekarang dikenal dengan Astana Japura, sebelah tenggara Kota Cirebon. Di luar kelahirannya tersebut, riwayat kematiannya juga kontroversial. Berikut beberapa versi kematian Syekh Siti Jenar yang dirangkum Suaramerdeka.com dari berbagai sumber.

Versi pertama, Syekh Siti Jenar meninggal karena dihukum mati oleh Sultan Demak, yaitu Raden Patah, atas persetujuan Dewan Wali Songo yang dipimpin oleh Sunan Bonang. Sebagai algojo hukuman pancung adalah Sunan Kalijaga, dan eksekusi hukuman dilaksanakan di alun-alun Kesultanan Demak. Sebagian versi ini mengacu pada Serat Syeikh Siti Jenar yang ditulis Ki Sosrowidjojo.

Versi kedua, Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Sunan Gunung Jati. Sebagai algojo atau pelaksana hukuman adalah Sunan Gunung Jati. Eksekusi dilakukan di Masjid Ciptarasa, Cirebon. Jenazahnya dimandikan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Giri, lalu dimakamkan di Graksan, yang kemudian disebut sebagai Pasarean Kemlaten. Riwayat ini tercantum dalam Wawacan Sunan Gunung Jati Pupuh ke-39 karya Emon Suryaatmana dan T.D. Sudjana.

Versi ketiga, Syekh Siti Jenar meninggal karena dijatuhi hukuman mati oleh Sunan Giri, dan sebagai algojo hukuman mati adalah Sunan Gunung Jati. Sebagian riwayat ini menyebutkan bahwa vonis yang diberikan Sunan Giri atas usulan Sunan Kalijaga.

Versi keempat, Syekh Siti Jenar meninggal karena vonis hukuman mati yang dijatuhkan Sunan Giri. Peristiwa kematian Syekh Siti Jenar versi ini dikisahkan dalam Babad Demak. Menurut Babad Demak, Syekh Siti Jenar meninggal bukan karena kemauannya sendiri (karena dengan kesaktiannya, ia dapat menemui ajalnya), tetapi ia dibunuh oleh Sunan Giri. Keris ditusukkan ke badannya hingga tembus ke punggung dan mengucurkan darah berwarna kuning.

Setelah mengetahui bahwa suaminya dibunuh, istri Syekh Siti Jenar menuntut bela kematian itu kepada Sunan Giri. Sunan Giri menghiburnya dengan mengatakan bahwa dia bukan yang membunuh Syekh Siti Jenar tetapi dia mati atas kemauannya sendiri. Diberitahukan juga bahwa suaminya kini berada di dalam surga.

Sunan Giri meminta dia melihat ke atas dan di sana dia melihat suaminya berada di surga dikelilingi bidadari yang agung, duduk di singgasana yang berkilauan. Kematian Syekh Siti Jenar dalam versi ini juga ditulis dalam Babad Tanah Jawa yang disadur S Santoso, dengan versi sedikit berbeda.

Versi kelima, vonis hukuman Syekh Siti Jenar dijatuhkan oleh Sunan Gunung Jati, sedangkan yang menjalankannya adalah Sunan Kudus. Kematian Syekh Siti Jenar versi ini dapat ditemukan dalam Serat Negara Kertabumi suntingan Rahman Selendraningrat. Kisah ini diduga bercampur aduk dengan kisah eksekusi Ki Ageng Pengging yang dilakukan Sunan Kudus.

Versi keenam, Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Wali Songo. Pada saat hukuman mati harus dilakukan, para anggota Wali Songo mendatangi Syekh Siti Jenar untuk mengeksekusi. Namun hukuman tak jadi dilakukan karena Syekh Siti Jenar memilih cara kematiannya sendiri dengan memohon kepada Allah agar diwafatkan tanpa dihukum pihak sultan dan para sunan.

Ia ingin menemui ajalnya seperti yang telah ditetapkan Allah. Versi ini mengacu pada Serat Syekh Siti Jenar yang digubah oleh Ki Sosrowidjojo, dan disebarkan oleh Abdul Munir Mulkan.

Versi ketujuh, ada dua orang yang sama-sama menaruh dendam pada Syekh Siti Jenar. Kedua orang ini memiliki nama yang mirip dengan nama kecil Syekh Siti Jenar, San Ali. Pertama, Hasan Ali (Pangeran Anggaraksa, anak Rsi Bungsi) yang diusir dari keraton karena kedurhakaannya kepada Rsi Bungsi dan pemberontakannya pada Cirebon. Ia dendam pada Syekh Siti Jenar karena berhasil menjadi guru suci utama di Giri Amparan Jati.

Yang kedua, San Ali Anshar al-Isfahani dari Persia, teman seperguruan Syekh Siti Jenar. San Ali Anshar juga dendam kepada Syekh Siti Jenar karena kalah dalam ilmu dan kerohanian. Kedua orang ini lalu berkeliling Jawa sambil mengaku murid Syekh Siti Jenar.

Mereka memasukkan ajaran mistik. Bahkan lama kelamaan Hasan Ali mengaku sebagai Syekh Lemah Abang, sementara San Ali Anshar mengaku sebagai Syekh Siti Jenar. Menurut versi ini, mereka berdualah yang sebenarnya dieksekusi Wali Songo karena sudah melancarkan fitnah keji terhadap Syekh Siti Jenar.

Baca berita menarik Suaramerdeka.com lain di sini. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya