Kebumen Pasang 4 EWS, Terkait Potensi Gempa dan Tsunami 20 Meter?

Pesisir selatan Kebumen, sebagimana pesisir selatan Pulau Jawa lainnya, rawan terdampak gempa dan tsunami

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 22 Jul 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 00:00 WIB
Dampak gelombang tinggi di perairan selatan Kebumen, Desember 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)
Dampak gelombang tinggi di perairan selatan Kebumen, Desember 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Akhir-akhir ini, masyarakat dibikin heboh oleh adanya prakiraan potensi gempa megathrust Magnitude 8,8 yang menggoncang Pulau Jawa, terutama di sisi selatan. Tak hanya itu, gempa itu disebut berpotensi memicu tsunami 20 meter.

Pakar Tsunami BPPT, Widjo Ongko menyebut tsunami setinggi itu bisa menerjang daratan hingga empat kilometer. Tentu saja, dengan kondisi tanah datar, bukan pegunungan.

Akibat prakiraan potensi tsunami 20 meter itu, sebagian warga pesisir selatan, mulai Cilacap, Kebumen resah. Bahkan, di Cilacap, bupati sampai turun tangan untuk menenangkan warga yang resah dan panik.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kominfo, Humas Setda Cilacap sampai menggelar konferensi pers untuk menjelaskan bahwa prakiraan gempa dan tsunami bukan lah prediksi. Mereka menggunakan seluruh saluran informasi, mulai dari media massa hingga media sosial.

Berangsur, masyarakat tenang begitu membaca koran, mendengar radio, atau membaca status akun-akun resmi pemerintah. Mereka tak lagi panik, meski tetap waspada ancaman tsunami.

"Alhamdulillah, sudah kondusif," ucap Kepala Bagian Humas Setda Cilacap, Taryo, Sabtu malam, 20 Juli 2019.

Di Kebumen, BPBD juga tengah berkegiatan yang berhubungan dengan tsunami. Mereka memasang empat Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini tsunami di pesisir selatan Kebumen.

Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah pemasangan empat EWS Tsunami itu berkaitan dengan prakiraan gempa megatrust M 8,8 dan tsunami 20 meter

Beda Prakiraan dan Prediksi Gempa

Dampak gelombang tinggi di perairan selatan Kebumen, Desember 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)
Dampak gelombang tinggi di perairan selatan Kebumen, Desember 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kebumen, Eko Widianto mengatakan empat unit EWS Tsunami itu bakal melengkapi 10 EWS yang telah terpasang. EWS itu akan menambah sistem peringatan dini sepanjang perairan antara Pantai Mirit hingga Logending.

Eko menyatakan pemasangan empat alat peringatan dini tsunami itu tak ada kaitannya dengan pernyataan ahli tsunami tersebut. Pemasangan alat ini lebih kepada bentuk kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami yang berpotensi terjadi di pesisir selatan.

Pasalnya, Kebumen memiliki garis pantai sepanjang 51 kilometer. Ada 32 desa di delapan kecamatan yang berisiko terdampak tsunami.

"Tidak ada kaitannya sama sekali. Ini memang untuk menambah agar alat peringatan dini bisa menjangkau kawasan lebih luas," ucap Eko.

Dia mengakui, pesisir selatan Kebumen, sebagimana pesisir selatan Pulau Jawa lainnya, rawan terdampak gempa dan tsunami. Namun, dia menjelaskan waktu pasti terjadinya gempa bumi tidak bisa diprediksi. Para ahli memprakirakan potensi dan bukan prediksi waktu gempa.

"Prakiraan itu kan potensi. Kalau prediksi waktu gempa sendiri tidak bisa dipastikan," dia mengungkapkan.

Kondisi Masyarakat Pesisir Selatan Kebumen

Pesisir selatan Cilacap rawan terdampak gelombang tsunami. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pesisir selatan Cilacap rawan terdampak gelombang tsunami. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Karenanya, ia meminta agar masyarakat tetap tenang menanggapi informasi potensi gempa yang mungkin terjadi di perairan selatan Jawa, termasuk kebumen.

Menilik potensi tsunami tersebut, BPBD Kebumen membentuk desa tangguh bencana (Destana) di desa-desa yang paling berisiko tsunami. Jalur evakuasi tsunami juga terus dibangun agar masyarakat tidak tersesat saat terjadi gempa.

Eko juga menyatakan bahwa masyarakat tak terlalu terpengaruh terhadap isu tsunami yang muncul usai adanya prakiraan gempa bumi Magnitude 8,8 da tsunami 20 meter. Sebagian besar telah paham bahwa prakiraan berbeda dengan prediksi waktu gempa.

"Masyarakat sudah menyadari bahwa tempat tinggalnya berisiko tsunami. Alhmadulillah tetap tenang," dia mengungkapkan.

Untuk memastikan kesiapan EWS tsunami, tiap satu bulan sekali, alat peringatan dini tsunami itu dinyalakan. Hal itu dilakukan untuk mengingatkan masyarakat mengenai potensi gempa dan tsunami yang berpotensi terjadi di selatan Kebumen.

"Harapannya sih masyarakat simulasi. Tapi kan untuk simulasi tiap bulan tidak mungkin juga. Jadi ini untuk mengecek alat dan sebagai pengingat," terangnya.

Saksikan video piluhan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya