Liputan6.com, Banjarnegara - Warga di Banjarnegara dan sekitarnya dibikin heboh oleh temuan batuan candi kuno dalam proses pembangunan rest area Dieng, Jawa Tengah. Batuan itu turut terangkat dalam pengalian menggunakan alat berat.
Pro dan kontra pun terjadi. Sebagian pihak menduga bahwa lokasi tersebut merupakan area situs kuno atau candi. Sedangkan lainnya berpendapat bahwa tempat tersebut bukan lokasi candi, melainkan berdekatan dengan Candi Prau dan Situs Watu Kelir.
Namun begitu, suara untuk menyelamatkan material pembentuk candi kuno atau situs kuno ini pun nyaring terdengar. Alasannya, batuan pembentuk candi itu adalah saksi peradaban tinggi masyarakat Jawa pada masa silam.
Advertisement
Salah satunya, Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara (KCB). Mereka mendesak agar pembangunan rest area di utara eks terminal Dieng dihentikan menyusul ditemukannya ratusan batuan candi saat penggalian awal untuk konstruksi bangunan.
Pembina Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara Heni Purwono mengatakan, batuan penyusun candi dan situs kuno itu harus diselamatkan. Ia meminta agar pemerintah menghentikan pembangunan rest area hingga dilakukan penelitian.
“Penghentian pembangunan itu bagian dari komitmen Pemkab untuk upaya pelestarian cagar budaya,” katanya, Kamis sore, 19 September 2019.
Menurut dia, masih banyak alternatif tempat untuk rest area. Sebabnya, kawasan Dieng begitu luas. Maka, pembangunan sebaiknya berada di luar wilayah yang diduga bekas lokasi candi atau tempat bersejarah lainnya.
“Lagipula itu berdekatan dengan persimpangan jalan. Bisa menyebabkan kemacetan,” dia beralasan.
Kemacetan hanya menjadi alasan lain penghentian pembangunan rest area. Terpenting adalah penyelamatan benda-benda purbakala, seperti candi kuno dan situs kuno.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Catatan Thomas Stamford Raffles
Heni juga meminta Balai Arkeologi Yogyakarta dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah untuk menindaklanjuti temuan batuan candi itu. Kajian diperlukan untuk mengetahui potensi peluang ekskavasi dalam skala lebih luas.
Heni menduga, batuan candi yang ditemukan di lahan bakal rest area ini adalah material Candi Prau yang hilang. Lokasi Candi Prau diperkirakan berada di sekitar lahan itu.
“Dalam laporan Thomas Stamford Raffles, potret candi Prau dalam laporan itu masih berdiri utuh dengan kemuncaknya yang ditumbuhi tanaman liar,” dia mengungkapkan.
Namun begitu, dia pun mengakui, eskavasi bukan perkara mudah. Sebab, kebijakan itu bisa menuai pro kontra.
Masyarakat Dieng pasti khawatir dengan proses eskavasi yang bisa jadi bakal mengancam keberadaan perumahan maupun homestay mereka. Pasalnya, tempat ditemukannya benda purbakala ini berdekatan dengan homestay dan perumahan penduduk.
Ada kemungkinan, peninggalan purbakala tersebut juga terpendam di bangunan milik masyarakat. Dia memperkirakan bakal ada pihak yang kontra dengan eskavasi atau restorasi candi dan situs kuno ini.
Kondisi ini berbeda dari situs Liyangan, yang relatif jauh dari permukiman penduduk. Proses eskavasi Liyangan berlangsung mulus.
Tetapi, ia berharap agar masyarakat Dieng menyadari bahwa bisa jadi, di bawah rumah mereka terbenam saksi perdaban kuno yang begitu dahsyat. Perlu kearifan semua pihak agar eskavasi, restorasi dan penyelamatan situ kuno tanpa hambatan.
"Tetapi kami harap semua pihak menyadari dan mengutamakan kelestarian cagar budaya,” dia menerangkan.
Advertisement
Temuan Candi, Wajah Baru Wisata Dieng
Dia pun berharap agar masyarakat Dieng tidak mencemaskan temuan ini. Sebab, Ekskavasi yang dilakukan justru akan membuat industri pariwisata Dieng semakin berkembang dengan semakin beragamnya destinasi wisata.
Temuan candi, di luar candi-candi di kompleks Dieng bakal membuat Dieng tidak hanya dikenal di lever nasional, tetapi juga di dunia internasional. Candi sebagai warisan budaya bakal memperkuat ikon Dieng sebagai destinasi wisata alam sekaligus warian budaya dunia.
Penelitian ini juga berguna untuk membuktikan tulisan Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku The History of Java yang menyebut ada ratusan candi di Dieng. Disebut-sebut, candi dan situs kuno di Dieng berjumlah sekitar 400.
“Saya meminta pemerintah tidak meneruskan pembangunan ini sampai dilakukan penelitian. Jangan menggunakan asumsi atau cerita masyarakat bahwa lokasi tersebut adalah pesanggrahan dan bukan Candi Prau,” dia mengungkapkan.
Kepala UPT Dieng, Aryadi Darwanto membantah bahwa lokasi pembangunan rest area merupakan bekas Candi Prau. Diduga lokasi dibangunnya rest area adalah pesanggrahan yang dibangun oleh pemerintah Belanda ketika mengeskavasi candi di kompleks Candi Arjuna.
Dia mengungkapkan, Saat pemerintah Belanda menemukan situs Candi di Dieng, kawasan Dataran Tinggi Dieng yang berada di lembah bekas kaldera rakasa ini merupakan rawa. Untuk dapat dilalui, batu-batu candi diambil dan ditumpuk untuk meninggikan jalan.
Akibatnya, material candi dan situs kuno penting hilang. Di antaranya, Candi Prau, Magersari, Parikesit, Candi Nakula dan Sadewa, serta Watu Kelir.
Aryadi mengemukakan, temuan material candi ini sudah dilaporkan ke Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah. Tim BPCB mengambil sampel untuk diteliti di Semarang. Namun, ironisnya, pembanguan rest area tak dihentikan. Alasannya, artefak yang ditemukan tidak in situ, alias bukan dalam kondisi asli dan bukan berada di tempat aslinya.
“Belum, dan memang tidak ada eskavasi sampai sekarang,” Aryadi menjelaskan.