Warga Banyumas dan Cilacap Pakai Cara Kuno Lihat Gerhana Matahari Cincin

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gerhana matahari cincin (GMC) bisa diamati di Banyumas dengan Magnitudo Gerhana Matahari.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 26 Des 2019, 13:39 WIB
Diterbitkan 26 Des 2019, 13:39 WIB
Penampakan Gerhana matahari cincin di Bandara Tunggul Wulung, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Rendy untuk Muhamad Ridlo)
Penampakan Gerhana matahari cincin di Bandara Tunggul Wulung, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Rendy untuk Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Wilayah Banyumas dan Cilacap bukan merupakan wilayah yang mengalami gerhana matahari cincin (GMC) total pada hari ini Kamis, 26 Desember 2019.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, gerhana matahari cincin (GMC) bisa diamati di Banyumas dengan Magnitudo Gerhana Matahari 0,7. Itu artinya, masyarakat bisa menyaksikan gerhana matahari hanya kisaran 75 persen.

Durasi GMC cukup lama, sekitar 3,5 jam, yakni antara Pukul 10.50 WIB hingga Pukul 14.30 WIB. Puncak GMC Magnitudo 0,7 terjadi sekitar pukul 12.45 WIB.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan, meski bukan gerhana matahari cincin total, GMC masih cukup menarik karena bisa teramati langsung dengan bantuan pelindung atau peneduh mata.

Lantaran cuaca berawan, gerhana matahari di beberapa wilayah tidak bisa terlihat dengan jelas. Akan tetapi, khusus di cilacap, GMC bisa terlihat jelas.

"Gerhana matahari, tutupannya yaitu terlihat 75 persen. Jadi gerhana itu, bayangannya itu, menutupi matahari sekitar 75 persen. Masih cukup menarik untuk dilihat," ucapnya.

Meski bisa diamati langsung tanpa bantuan alat, dia menyarankan agar warga yang hendak menyaksikan gerhana matahari memakai pelindung mata. Di antaranya, dengan menggunakan kacamata hitam polaroid, klise film, atau peneduh mata lainnya.

Sebab, pengamatan gerhana matahari secara langsung bisa membahayakan retina mata. Pelindung mata juga berfungsi agar pengamatan lebih nyaman.

 

Cara Unik Menyaksikan Gerhana Matahari

Jadwal dan magnitudo gerhana matahari cincin (GMC) di Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/BMKG/Muhamad Ridlo)
Jadwal dan magnitudo gerhana matahari cincin (GMC) di Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/BMKG/Muhamad Ridlo)

Cara kuno dan unik yang kini tak lagi lazim digunakan adalah dengan menggunakan baskom berisi air. Warga bisa melihat pantulan gerhana matahari lewat pantulannya.

Tetapi rupanya cara-cara orang zaman dulu itu masih bisa terapkan. Terutama untuk warga yang tak memiliki filter atau pelindung mata.

"Tadi saya mencoba, cukup membantu bisa terlihat," ujarnya.

Rendy mengemukakan, GMC adalah fenomena biasa. Karenanya, dampaknya tidak terlalu besar untuk cuaca. GMC juga tak berpengaruh terhadap pasang surut air laut.

Umat Islam di beberapa wilayah menggelar salat gerhana matahari. Salah satunya di Masjid Baitussalam, Purwokerto.

Ketua Takmir Masjid Baitussalam, Hizbul Muflihin, menjelaskan para ulama umumnya sepakat bahwa salat gerhana matahari hukumnya sunnah muakkadah, kecuali mazbah Al-Hanafiyah yang berpendapat hukumnya wajib.

Tata cara salat gerhana, umat Islam disunahkan untuk mandi sunah sebelum salat gerhana. Kedua, salat gerhana matahari dilakukan berjamaah. Ketiga, salat gerhana dilakukan tanpa didahului dengan azan atau iqamat.

"Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafaz "As-Shalatu Jamiah". Keempat, salat gerhana boleh juga dilakukan dengan sirr (merendahkan suara) maupun dengan jahr (mengeraskannya)," ucap Hizbul.

 

Syarat dan Rukun Salat Gerhana

Ilustrasi - Alquran. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Alquran. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Salat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat. Masing-masing rakaat dilakukan dengan dua kali berdiri, dua kali membaca qiraah surat Alquran, dua ruku' dan dua sujud.

Kemudian, bacaan Alquran pada shalat gerhana termasuk jenis shalat sunnah yang panjang dan lama durasinya. Disunahkan untuk memanjangkan ruku' dan sujud dengan bertasbih kepada Allah SWT, baik pada 2 ruku' dan sujud rakaat pertama maupun pada dua ruku' dan sujud pada rakaat kedua.

Hizbul mengemukakan, gerhana matahari atau bulan adalah fenomena biasa dan bukan merupakan suatu tanda akan timbul suatu kejadian yang aneh dan mengkhawatirkan.

"Gerhana itu berlaku atas sifat wajib bagi Allah Subhanahu Wata’ala yaitu berkehendak dan berkuasa atas segala sesuatu yang tidak dapat dihalang oleh apa jua kekuatan pun di dunia ini," ujarnya.

Namun, sebagai muslim, mengikuti anjuran Rasulullah SAW supaya bersegera melakukan kebajikaan dan beribadah, seperti berdoa, berzikir, bersembahyang, bertakbir, bersedekah dan beristigfar.

"Marilah kita melakukan perkara-perkara yang berkebajikan dan menghindari daripada melakukan perkara-perkara mungkar dan maksiat serta perbuatan syirik yang bertentangan dengan ajaran agama Islam," katanya menambahkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya